Harga Beras di Kepulauan Sultra Naik, Pangan Lokal Cuma Jadi Selingan
Harga beras di kepulauan Sultra melambung tinggi. Pangan lokal yang begitu beragam hanya jadi selingan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Harga beras di wilayah kepulauan Sulawesi Tenggara terus melonjak hingga mencapai Rp 750.000 per karung. Kenaikan terus terjadi, bahkan mencapai Rp 50.000 dalam sepekan. Sebagian warga memanfaatkan pangan lokal di tengah melambungnya harga beras.
Harga beras terus melonjak secara merata di sejumlah daerah, utamanya di kepualuan Sultra. Kenaikan tertinggi terjadi di wilayah kepulauan Wakatobi, di mana harga beras 50 kilogram telah mencapai Rp 750.000 untuk setiap karung.
”Di Wangi-wangi ini harga beras sudah Rp 750.000 per karung. Itu per kilogramnya ada yang jual Rp 15.000, bahkan sampai Rp 16.000. Padahal, minggu lalu harga beras itu Rp 700.000 per karung,” kata Wa Ode Musnia (44), salah seorang warga yang dihubungi pada Jumat (15/2/2024).
Kenaikan harga beras, tutur Musnia, terus terjadi selama beberapa bulan terakhir. Harga beras premium yang awalnya hanya di kisaran Rp 600.000 per karung perlahan naik. Kenaikan drastis terjadi dalam tiga pekan terakhir hingga harga beras di kisaran Rp 750.000 per karung.
Masyarakat Wakatobi, ia melanjutkan, memang memiliki pangan lokal seperti ubi dan singkong. Olahan ubi dan singkong ini menjadi pengganti beras saat harga melambung tinggi. Namun, ia dan keluarganya tetap harus membeli beras karena anak-anaknya tidak lagi minat ke pangan lokal.
”Jadi, mau tidak mau harus beli beras meski harga mahal. Sudah kami ini yang harga berasnya cepat sekali berubah,” katanya.
Yudin (28), warga di Kabupaten Muna, mengatakan, harga beras di wilayahnya berkisar Rp 730.000 per karung. Harga ini naik bertahap selama satu bulan terakhir, dari sebelumnya yang berkisar Rp 650.000 per karung.
Kondisi ini membuat warga mengeluh. Terlebih lagi, beras menjadi makanan utama keluarganya selama ini. Dalam satu bulan, ia dan keluarganya rerata menghabiskan setengah karung beras.
”Kami juga makan jagung, ubi, dan singkong. Tapi, yang utama tetap beras, jadi kalau harga beras naik, pasti terasa,” ucapnya.
Musdalifah (40), warga Baubau, menuturkan, harga beras premium memang lumayan naik beberapa waktu terakhir. Harga beras premium di Baubau berada di kisaran Rp 14.000 per klogram (kg) hingga Rp 15.000 per kg. Dalam satu bulan terakhir, harga beras naik lebih dari Rp 2.000 per kg.
Meski melonjak, ia dan keluarganya tidak begitu terpengaruh. Sebab, selama ini ia telah membiasakan anak-anaknya untuk memakan pangan non-beras. Mulai dari olahan jagung, ubi, dan singkong.
”Kalau kami di rumah sehari itu hanya butuh sekitar 1 liter beras. Kami campur jagung di sayur, hingga olahan ubi, jadi nasinya tidak perlu banyak. Tapi, ini di keluarga kami, yang lain bisa saja beda,” kata Musdalifah.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sultra Fitra menyampaikan, harga beras memang naik dalam beberapa waktu terakhir. Kenaikan berada di kisaran Rp 700 per kg, yakni dari Rp 12.800 per kg menjadi Rp 13.500 per kg.
Turunnya hasil produksi berkelindan dengan permintaan yang tinggi. Pembeli dari sejumlah daerah datang untuk membeli beras dari petani Sultra.
Menurut Fitrah, kenaikan harga terjadi karena harga beli di penggilingan cukup tinggi, yaitu Rp 11.000 per kg-Rp 12.000 per kg. Pedagang akhirnya menjual jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Situasi ini dipengaruhi kondisi cuaca dan hasil panen yang berbeda dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Turunnya hasil produksi berkelindan dengan permintaan yang tinggi. Pembeli dari sejumlah daerah datang untuk membeli beras dari petani Sultra.
”Kalau dibilang beras kita banyak ke daerah lain, sebenarnya itu karena tidak terserap juga. Harga beli gabah pemerintah itu Rp 6.800 per kg, sementara pedagang membeli dengan harga Rp 7.200 per kg. Jadi, pasti petani menjual ke harga tertinggi,” katanya.
Terkait pangan lokal, tutur Fitra, perhatian terhadap pengembangan berbagai jenis tanaman ini terus dikembangkan. Program perluasan tanam hingga pengolahan dilakukan di sejumlah daerah setiap tahun.