Ajakan Saling Menguatkan meski Berbeda dari Kota Singkawang
Singkawang adalah kota tertoleran di Indonesia selama 3 tahun berturut-turut. Modal ideal menghadapi pesta demokrasi.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
Kota Singkawang di Kalimantan Barat dinobatkan sebagai kota paling toleran di Indonesia untuk ketiga kalinya. Di tahun politik kali ini, Singkawang ingin menjadi contoh perbedaan seharusnya menguatkan, bukan menjauhkan.
Sekitar 7.000 lampion kembali menyemarakkan Imlek di beberapa kawasan di Kota Singkawang. Pada Kamis (8/2/2024), misalnya, bersama ornamen bunga mei hwa, nyala merah lampion menghiasi Beringin Corner, salah satu ruang publik di Singkawang.
Di Jalan Sejahtera, lampion tampil berbeda. Disusun menjadi replika naga yang bersinar terang, banyak orang ingin mengabadikan momen setahun sekali itu.
Ikon Singkawang, Wihara Tri Dharma Bumi Raya, juga tidak ingin ketinggalan bersolek menjadi yang terbaik. Di sana ditampilkan balon udara raksasa yang ampuh menarik orang untuk datang melihatnya.
Akan tetapi, bagi Ketua Pelaksana Imlek 2575 dan Cap Go Meh 2024 Kota Singkawang Bun Cin Thong, paling menarik dari perayaan kali ini bukan hanya ornamen khas. Keterlibatan banyak pihak tanpa memandang perbedaan justru menjadi daya tarik utama.
”Yang terlibat memasang lampion-lampion itu sebagian besar mereka yang tidak merayakan Imlek. Panitianya pun dari beragam etnik,” ujar Bun Cin Thong pada Jumat (9/2/2024).
Hal itu, katanya, sejalan dengan tema Imlek dan Cap Go Meh tahun ini, ”Budaya Pemersatu Bangsa”. Imlek bukan lagi milik satu kelompok etnis, melainkan kekayaan budaya Indonesia. Semua orang bisa ikut datang dan merayakannya.
Menyatukan
Rizal (21), warga Singkawang, misalnya, datang ke halaman Kelenteng Fab Zhu Kung di Jalan P Natuna, Kota Singkawang, meski tidak merayakan Imlek. Dia antusias melihat dekorasi yang ada di sana. Bagi dia, perbedaan bukan untuk dipertentangkan, melainkan disatukan.
”
”
Fuad (22), pengunjung lainnya, juga tidak sungkan menikmati dekorasi Imlek. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah terowongan naga. Selain menarik untuk diabadikan di media sosial, perayaan Imlek dengan segala ciri khasnya menjadi kesempatan bagi warga Singkawang terus merayakan semangat perbedaan.
Bagi kami, tidak ada gunanya sampai ribut di keluarga gara-gara beda pilihan.
Sekretaris Yayasan Fab Zhu Kung Trifina menuturkan, kunjungan ratusan orang dari berbagai latar belakang sedikit banyak membuktikan semangat toleransi terus terjaga di Singkawang. Tidak heran jika Singkawang dinobatkan sebagai kota paling toleran di Indonesia.
Tahun 2023, Setara Institute kembali menobatkan Singkawang sebagai kota paling toleran. Ini adalah gelar ketiga yang didapat dalam tiga tahun terakhir. Singkawang disebut memiliki visi dan rencana pembangunan inklusif dan regulasi kondusif bagi praktik dan promosi toleransi.
Selain itu, kepemimpinan yang progresif bagi praktik promosi toleransi dan tingkat intoleransi dan pelanggaran kebebasan beragama yang rendah ada di Singkawang. Upaya berkelanjutan dalam mengelola keberagaman dan inklusi sosial juga tidak dilupakan.
Ketua Badan Pengurus Setara Institute Ismail Hasani menuturkan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Singkawang mendukung promosi toleransi. Hal itu diturunkan dalam rencana kerja pemerintah daerah dengan menyelenggarakan pendidikan toleransi di sekolah.
”Kemudian ada rembuk warga lintas iman dalam perayaan besar, misalnya Imlek, Idul Fitri, dan Natal. Poinnya, ada agenda konkret. Bagaimana proses perjumpaan sosial dalam suatu kegiatan tertentu tumbuh di Singkawang,” ujarnya.
Singkawang juga menonjol dalam pola kepemimpinan yang diperlukan dalam memperkuat ekosistem toleransi di sebuah kota, yaitu kepemimpinan kemasyarakatan, politik, dan kepemimpinan birokrasi. Toleransi juga tercipta dari kerja kepemimpinan-kepemimpinan tersebut.
”Diseminasi toleransi juga dilakukan di setiap jenjang,” ujarnya lagi.
Tahun politik
Penjabat Wali Kota Singkawang Sumastro menuturkan, predikat sebagai kota toleran sangat berpotensi memberikan rasa aman dan menarik kepercayaan investor. Untuk mewujudkannya, dia menyebut, regulasi akan diperkuat.
Kini, katanya, Pemerintah Kota Singkawang sedang menyusun naskah akademik rancangan peraturan daerah (perda) kehidupan pemerintahan yang inklusif dan toleran. Tahun ini, hal itu akan dimasukkan ke dalam program pembentukan perda.
Oleh karena itu, untuk mendukung bisa terus memberikan banyak makna bagi semua sendi kehidupan, dia mengajak warga terus memupuk persaudaraan. Apalagi, dia mengingatkan, ada momen Pemilu 2024, yang bakal dilalui Indonesia, termasuk warga Singkawang. Dengan segala dinamikanya, dia yakin Singkawang bisa menyebarkan pesan kedamaian di tengah perbedaan.
Muhammad Juhadi (24), warga Singkawang, tidak keberatan dengan ajakan itu. Meski anggota keluarga besarnya punya pilihan berbeda dalam Pemilu 2024, dia yakin politik tidak akan merusak hubungan harmonis yang terjaga selama ini.
”Bagi kami, tidak ada gunanya sampai ribut di keluarga gara-gara beda pilihan. Saling menghargai saja,” ujarnya.
Nindi (24), warga Singkawang lainnya, juga begitu. Meski berbeda pilihan dengan ayahnya, ia dan keluarga menyikapinya dengan bijaksana. Tidak ada permusuhan. Perbedaan pilihan tidak membuat canda dan tawa antara dia dan ayahnya hilang.
”Kami terbiasa saling menghargai dalam banyak hal, termasuk pilihan saat pemilu kali ini,” katanya.
Ajakan menghargai perbedaan terus digaungkan banyak pihak, terutama di tahun politik kali ini. Namun, penerapannya kerap tidak semudah mengucapkannya. Untuk mewujudkannya, Kota Singkawang sepertinya tidak keberatan menjadi contoh baiknya.