Banjir di Grobogan Belum Surut, Lahan Pertanian Turut Terdampak
Memasuki hari ketiga, banjir di Grobogan belum surut. Lahan pertanian ikut terimbas. Demak pun kini dilanda banjir.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
GROBOGAN, KOMPAS — Banjir yang melanda sebagian wilayah di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, sejak Selasa (6/2/2024) dilaporkan belum sepenuhnya surut hingga Kamis (8/2/2024). Ribuan hektar lahan pertanian padi, jagung, dan bawang merah di puluhan desa tak luput dari dampak banjir sehingga terancam gagal panen.
Banjir yang menerjang Grobogan turut berdampak pada lahan pertanian. Berdasarkan catatan Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jateng, setidaknya 4.309 hektar lahan pertanian terdampak banjir di Grobogan. Lahan itu tersebar di 58 desa di 15 kecamatan, yakni Tanggungharjo, Tawangharjo, Brati, Grobogan, Wirosari, Toroh, Kedungjati, Pulokulon, Gubug, Penawangan, Godong, Klambu, Tegowanu, Karangrayung, dan Purwodadi.
Dampak banjir paling parah di lahan pertanian terjadi di Kecamatan Brati. Di wilayah itu ada 689 hektar lahan yang tergenang air dengan ketinggian mencapai 140 sentimeter (cm). Seluruh lahan yang terendam merupakan lahan tanam padi dengan usia tanam 70-80 hari.
Selain lahan tanam padi, banjir juga merendam lahan tanam jagung dan bawang merah. Lahan tanam jagung yang paling banyak terendam adalah di Kecamatan Kedungjati dengan luas lahan terendam setidaknya 95 hektar. Sementara itu, lahan tanam bawang merah yang paling banyak terdampak banjir berada di Kecamatan Purwodadi dengan luasan lahan tanam sedikitnya 33 hektar.
”Untuk luasan lahan yang puso belum diketahui karena baru bisa diukur minimal setelah tiga hari terendam. Semoga saja tidak banyak yang puso,” kata Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng Francisca Herwati Prarastyani saat dihubungi, Kamis (8/2/2024).
Menurut Herwati, petani yang tanamannya puso akan diberi bantuan oleh pemerintah. Alternatif bantuan yang bakal diberikan adalah benih. Sementara itu, petani yang terdaftar dalam program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) bisa melakukan klaim untuk mendapatkan ganti rugi berupa uang tunai.
Ahmadi, pengurus Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Gubug, mengatakan, ada empat desa yang terdampak banjir di Kecamatan Gubug. Yang terdampak paling parah adalah Desa Kemiri dengan total luasan terdampak 159 hektar. Seluruhnya merupakan lahan tanam padi.
”Mayoritas tanaman yang rusak umurnya 40-50 hari. Setelah dua hari terendam, hari ini sudah mulai surut, tetapi masih meninggalkan lumpur dengan ketebalan sekitar 20 cm,” ucap Ahmadi, Kamis petang.
Ahmadi menyebut, dari 159 hektar yang terdampak banjir, yang sudah pasti puso sekitar 50 hektar. Adapun sisanya masih bisa diselamatkan, dengan catatan segera ada hujan sehingga lumpur yang memenuhi lahan pertanian bisa terkikis.
”Tanaman yang saat ini terkena lumpur itu mungkin masih bisa diselamatkan, tetapi produktivitasnya tidak maksimal. Jika normalnya bisa panen 7-8 ton per hektar, kalau sudah terkena banjir atau lumpur ini paling-paling cuma bisa 3-4 ton per hektar,” tuturnya.
Dihubungi secara terpisah, Wakil Ketua KTNA Grobogan Hardiono berharap para petani yang terdampak banjir sudah terdaftar dalam program AUTP. Dengan terdaftar dalam program tersebut, petani yang terdampak bisa mendapatkan bantuan berupa uang ganti rugi.
”Iuran AUTP itu tergolong murah, yakni sebesar Rp 36.000 per hektar per musim tanam. Kalau misal puso, gagal panen, yang ikut (program AUTP) dapat Rp 6 juta per hektar. Lumayan daripada tidak dapat ganti sama sekali,” ujar Hardiono.
Jumlah keluarga yang terdampak sekitar 12.390 dengan jumlah jiwa sebanyak 56.919 orang. Jumlah pengungsi sekitar 2.188 orang. Pengungsian tersebar di 10 titik.
Hardiono mengatakan, banjir yang melanda Grobogan berdampak pada hasil pertanian di wilayah bagian barat Grobogan. Di sisi lain, di wilayah bagian timur Grobogan, sebagian petani telah memanen tanaman mereka. Hal itu karena mereka mulai menanam sebelum musim tanam, berbeda dengan petani di wilayah barat yang mulai tanam pada Januari-Februari.
”Ada 100-an hektar lahan tanam padi di wilayah timur yang sudah panen. Rata-rata mereka mulai tanam pada November-Desember. Karena saat itu belum hujan, para petani mengairi tanamannya dengan cara memompa air yang ada di embung dan sungai-sungai,” katanya.
Belum surut
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, banjir di Grobogan sudah relatif surut. Namun, masih ada 10 kecamatan yang sebagian wilayahnya belum surut. Ketinggian air yang masih menggenangi permukiman ataupun lahan pertanian berkisar 10-100 cm.
”Karena sebagian besar wilayah terdampak sudah mulai surut, warga mulai bergotong royong membersihkan rumah-rumah mereka dari lumpur sisa banjir. Warga dibantu sejumlah sukarelawan dari Grobogan dan berbagai daerah, seperti Kudus, Karanganyar, Sragen, Jepara, serta Salatiga,” ujar Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Jateng Muhamad Chomsul.
Tak hanya di Grobogan, banjir juga melanda 25 desa di tujuh kecamatan di Demak. Wilayah terdampak banjir akibat hujan lebat dan tanggul sungai yang jebol meliputi Karangawen, Kebonagung, Wonosalam, Karangtengah, Gajah, Dempet, dan Karanganyar.
”Jumlah keluarga yang terdampak sekitar 12.390 dengan jumlah jiwa sebanyak 56.919 orang. Jumlah pengungsi sekitar 2.188 orang. Pengungsian tersebar di 10 titik,” kata Chomsul.