Banjir di Grobogan Meluas, Lebih dari Seribu Keluarga Terisolasi
Banjir di Grobogan, Jawa Tengah, meluas. Pemerintah berupaya mengevakuasi warga dan menambal tanggul yang jebol.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
GROBOGAN, KOMPAS — Banjir yang terjadi di Grobogan, Jawa Tengah, meluas dari 12 menjadi 16 kecamatan pada Rabu (7/2/2024). Ketinggian air di sejumlah lokasi mencapai sekitar 1 meter hingga membuat seribuan keluarga terisolasi di rumah mereka.
Hujan deras kembali turun di wilayah Grobogan pada Selasa (6/2/2024). Kondisi itu membuat banjir meluas dan ketinggiannya bertambah. Pada Rabu, banjir dilaporkan melanda 67 desa di 16 kecamatan di Grobogan. Angka itu meningkat dibandingkan dengan sehari sebelumnya, yakni di 34 desa di 12 kecamatan.
Jumlah rumah yang terendam juga dilaporkan bertambah. Pada Selasa, jumlah rumah yang terendam banjir sedikitnya 2.662 unit. Adapun jumlah rumah yang terendam pada Rabu dilaporkan sedikitnya 2.838 unit.
Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Jateng Muhamad Chomsul mengatakan, ketinggian banjir yang merendam 67 desa tersebut pada Rabu beragam, mulai dari 20 sentimeter (cm) hingga 100 cm. Kondisi itu membuat rumah-rumah yang ditinggali sedikitnya 1.240 keluarga terisolasi.
”Di Desa Mayahan, Kecamatan Tawangharjo, ada 1.070 keluarga di empat dusun terisolasi. Sementara itu, di Desa Sembungharjo, Kecamatan Pulokulon, ada 170 keluarga yang terisolasi. Di wilayah itu, jalanan tidak bisa dilalui karena ketinggian air banjir mencapai 1 meter,” kata Chomsul saat dihubungi, Rabu malam.
Selain di permukiman, banjir yang merendam lahan pertanian warga juga meluas. Sebelumnya, pemerintah setempat melaporkan, lahan pertanian yang terendam seluas 56 hektar. Sementara itu, pada Rabu, luasan lahan pertanian yang dilaporkan terendam meluas hingga 1.576 hektar.
Banjir di Gobogan juga menelan korban. Pada Selasa, seorang bocah berusia 10 tahun asal Desa Karanganyar, Kecamatan Purwodadi, meninggal setelah tercebur dalam kubangan banjir di area persawahan di sekitar rumahnya.
”Pada Rabu, jalur Semarang-Purwodadi dan sebaliknya tidak bisa dilewati karena terendam banjir sekitar 50 cm. Pengguna jalan kami sarankan untuk memutar melalui jalur Demak-Dempet-Godong,” ucap Chomsul.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jateng Bergas Catursasi Penanggungan mengatakan, pihaknya masih terus berupaya menanggulangi banjir yang terjadi di Grobogan. Evakuasi warga yang masih terjebak banjir juga terus dilakukan hingga Rabu malam.
”Kami juga mendirikan dapur-dapur umum di 13 titik terdampak banjir. Pendistribusian nasi bungkus untuk korban terdampak banjir juga terus kami lakukan,” ujar Bergas.
Menurut Bergas, pihaknya juga menyalurkan bantuan berupa karung berisi pasir, tanah, dan batu untuk tanggul darurat di sejumlah titik. Penanggulan darurat dilakukan untuk menambal tanggul-tanggul permanen yang jebol pada Selasa. Tanggul yang ditambal antara lain di Desa Menduran, Jangkungharjo, dan Kronggen di Kecamatan Brati serta di Kelurahan Kuripan di Kecamatan Purwodadi.
Penanganan banjir akibat meluapnya Sungai Tuntang perlu ditangani bersama antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
Sementara itu, Penjabat Gubernur Jateng Nana Sudjana menuturkan, pihaknya bakal memerintahkan jajarannya untuk memetakan tanggul-tanggul yang rawan jebol untuk diperbaiki. Salah satu titik tanggul jebol disebut Nana berada di Sungai Tuntang yang alirannya melewati tiga daerah, yakni Kabupaten Semarang, Grobogan, dan Demak.
”Penanganan banjir akibat meluapnya Sungai Tuntang perlu ditangani bersama antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Ke depan, akan kami telusuri dan pelajari lagi,” tutur Nana.
Menurut Nana, berbagai bantuan sudah mulai tersalurkan kepada korban yang terdampak banjir di Grobogan, mulai dari makanan anak, makanan siap saji, peralatan evakuasi, tenda, selimut, kasur, penjernih air, mobil double cabin dan perahu karet. Bantuan itu berasal dari Kementerian Sosial, Pemerintah Provinsi Jateng, dan Pemerintah Kabupaten Grobogan.