Di Cirebon, Tawuran Remaja Menggunakan Pipa hingga Pedang
Tawuran di Cirebon memakai paralon hingga pedang. Polisi dan pemerintah akan menyiapkan wadah kreativitas bagi remaja.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Sejumlah remaja yang hendak tawuran bersenjatakan pipa hingga pedang ditangkap aparat Polresta Cirebon, Jawa Barat. Tawuran rawan terjadi di Cirebon dan tidak jarang memakan korban jiwa.
Kepala Polresta Cirebon Komisaris Besar Sumarni, Selasa (16/1/2024), mengatakan, rencana tawuran dengan senjata tajam itu terungkap saat anggotanya berpatroli pada Minggu (14/1/2024) pukul 04.30 di Desa Kedongdong, Kecamatan Susukan. Ketika itu, polisi melihat sekelompok remaja sedang berkumpul.
”Ada enam remaja. Usianya 17-18 tahun. Dari enam remaja ini, satu jadi tersangka karena memiliki senjata tajam,” ujar Sumarni.
Tersangka berinisial MIK (18) itu membawa sepotong besi sepanjang 120 sentimeter. Dari pengembangan, polisi menemukan barang bukti lainnya.
Bukti itu antara lain tiga pelat besi ukuran 120 cm, pelat besi berbentuk sabit dengan panjang 60 cm, dan pipa plastik berbentuk L dengan panjang 180 cm. Polisi juga menyita dua batang samurai berbahan kayu berwarna hijau. Namun, polisi belum menemukan para pemilik senjata tersebut.
Menurut Sumarni, polisi masih mendalami kepemilikan dan asal senjata itu. Dari penyelidikan, MIK merupakan anggota geng motor yang akan tawuran dengan geng lainnya. Dia dan kawan-kawannya berencana menggunakan senjata tajam itu.
Atas kepemilikan senjata tajam itu, MIK terancam melanggar Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951. ”Tersangka terancam hukuman penjara 10 tahun. Bagi warga yang melihat dugaan kepemilikan senjata tajam, silakan melapor ke polisi atau nomor telepon 110,” ungkap Sumarni.
Ke depan, Sumarni akan berupaya mencegah kasus tawuran dengan patroli, terutama setiap Sabtu malam hingga Minggu dini hari. Menurut dia, pendekatan sosial juga diperlukan untuk mengantisipasi bentrokan antar-remaja. Polisi, misalnya, mengecek latar belakang keluarga pelaku tawuran.
”Setelah dipelajari, ada (tersangka) yang tinggal sama neneknya, ada yang orangtuanya pergi ke luar negeri,” ungkapnya.
Itu sebabnya, menurut Sumarni, remaja yang terlibat tawuran perlu didampingi oleh polisi hingga pemda. Salah satunya dengan mewadahi remaja dengan kegiatan positif.
Ketika menjadi Kapolres Subang, Jabar, misalnya, Sumarni membuat pelatihan barista bagi anak-anak jalanan. ”Saya enggak apa-apa siang malam menyediakan rumah saya untuk membina anak-anak ini,” ungkapnya.
Wakil Bupati Cirebon Wahyu Tjiptaningsih mengakui, kasus tawuran geng motor di Cirebon sudah meresahkan. Bahkan, bentrokan yang melibatkan remaja usia belasan tahun itu telah menelan korban jiwa. Akhir 2022, misalnya, tawuran menyebabkan SA (17) meregang nyawa.
Menurut dia, faktor keluarga yang kurang harmonis hingga minimnya wadah kreativitas memicu tawuran antar-remaja di Cirebon. ”Anak-anak Cirebon itu kreatif. Namun, wadahnya saja (tidak ada). Ini butuh anggaran. Nanti, kami coba dengan menganggarkan untuk masalah ini,” ujarnya.