Tawuran Dipicu Konten Kembali Telan Korban di Cirebon, Empat Akun Diawasi
Tawuran antarpemuda yang dipicu saling tantang di media sosial kembali menelan korban di Kota Cirebon, Jawa Barat. Polisi pun tengah memantau empat akun yang diduga bisa memicu tawuran.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Tawuran antarpemuda di Kota Cirebon, Jawa Barat, kembali menelan korban. Pemicunya, saling tantang di media sosial. Polisi pun mengawasi empat akun untuk mencegah kejadian berulang.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Cirebon Kota Ajun Komisaris I Putu Hasti Hermawan, Minggu (21/3/2021), mengatakan, pelaku tawuran kini memanfaatkan media sosial untuk menebar tantangan. Jika bersepakat, mereka lalu tawuran secara langsung.
Seperti Sabtu (20/2/2021) lalu, tawuran pecah di Jalan Tentara Pelajar pukul 02.30. Kejadian ini bermula dari dua akun Instagram berinisial CG dan CB yang saling memojokkan.
”Ajakannya, ayo kita main malam ini di sini. Berani enggak?” ungkap Putu menirukan isi konten pemicu tawuran tersebut.
Saat bertemu, kedua kelompok yang membawa senjata tajam itu sontak saling serang di dekat rel kereta api Stasiun Prujakan. Anggota buser Polres Cirebon Kota yang tengah berpatroli di sekitar lokasi langsung membubarkan massa.
Namun, Daffa (17), warga Kecamatan Lemahwungkuk, meninggal setelah terkena batu dan celurit. Korban sempat dirawat di rumah sakit, tetapi tak selamat. Seorang polisi juga terluka akibat sabetan parang di lengannya.
Para pelaku membawa cakram sepeda motor, bom molotov, batang besi, hingga gergaji besi sepanjang 55 sentimeter. Berbagai senjata itu dikumpulkan dari beberapa pelaku dan disimpan di suatu tempat.
Dalam kejadian itu, polisi menangkap sembilan tersangka. Mereka adalah RF, SR, ER, RJ, IZ, BJ, DM, RS, dan IM. Empat tersangka lainnya masih buron, yakni D, N, R, dan F. Berusia 16–19 tahun, beberapa di antaranya merupakan anak putus sekolah dan penganggur.
Menurut Putu, para tersangka sudah sering tawuran. Malam sebelum tawuran, Jumat (19/2), tersangka sempat melempar bom molotov di Jalan Cipto Mangunkusumo. ”Antisipasi sudah dilakukan. Bahkan, kami masuk ke jejaring (medsos) mereka. Waktu kejadian, kami di lokasi,” ungkapnya.
Ada tiga atau empat akun (yang teridentifikasi). Kami tidak sebutkan akunnya agar penjejakannya tidak terkendala (Putu Hasti Hermawan)
Untuk mencegah kejadian berulang, pihaknya berpatroli siber dan memantau konten berupa ajakan tawuran. ”Ada tiga atau empat akun (yang teridentifikasi). Kami tidak sebutkan akunnya agar penjejakannya tidak terkendala,” ujarnya.
Meski demikian, pihaknya masih sebatas memantau aktivitas akun itu karena belum ada tindak pidana. Pihaknya akan memproses hukum jika menemukan senjata tajam atau konvoi yang diduga menimbulkan tawuran.
Putu mengakui, potensi tawuran masih ada di Cirebon. ”Namun, indikasi ke sana semakin kecil. Buktinya, kami belum melakukan upaya (hukum) lagi karena mereka sudah tidak melakukan (tawuran) atau mereka sembunyi-sembunyi,” paparnya.
Wakil Kepala Polres Cirebon Kota Komisaris Ali Rais Ndraha mengatakan, sudah ada tim khusus yang patroli untuk mencegah tawuran. Pihaknya menegaskan tidak main-main memproses hukum pelaku tawuran, termasuk anak-anak. ”Tersangka diancam hukuman penjara 12 atau 15 tahun,” ucapnya.
Saling menantang
Kasus tawuran yang berawal dari saling tantang di medsos bukan kali ini saja. Awal Januari 2020 lalu, M Anenta Bentar (22) dan Asmail Sevani (15) meninggal dalam tawuran. Anenta terluka tusuk di punggung sebelah kanan hingga tembus ke paru-paru. Sementara Sevani terluka akibat benda tumpul di kepala dan wajahnya.
Siti Fatimah, pekerja sosial dari Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Cirebon, menilai, tawuran berpotensi pecah di tengah berbagai pembatasan kegiatan selama pandemi Covid-19. ”Mereka yang usia sekolah ini bukan lagi bosan, tetapi stres. Mereka punya banyak waktu luang tetapi tidak digunakan dengan baik,” katanya.
Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk medsos. Di dunia maya itu, mereka saling memancing amarah dan tawuran di kehidupan nyata. Penyebabnya, seperti menjelek-jelekkan kelompok dan daerah tertentu hingga menggoda anggota perempuan kelompok lain.
”Untuk mencegah tawuran, keluarga bisa mengajak para pemuda ini beraktivitas bersama, seperti bercocok tanam dan lainnya. Pemerintah dan aparat keamanan juga meningkatkan patroli dan menyediakan wadah beraktivitas positif tanpa risiko penularan Covid-19,” paparnya.