Puncak ”Dhaup Ageng” Pakualaman, Cermin Tradisi Adiluhung
Puncak acara ”dhaup ageng” Kadipaten Pakualaman digelar pada Rabu (10/1/2024). Acara itu digelar dengan tradisi Jawa.
Oleh
HARIS FIRDAUS, MOHAMAD FINAL DAENG
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Puncak acara dhaup ageng atau pernikahan agung Kadipaten Pakualaman, Yogyakarta, digelar pada Rabu (10/1/2024). Rangkaian acara pernikahan Bendoro Pangeran Haryo Kusumo Kuntonugroho dengan Laily Annisa Kusumastuti itu dinilai mencerminkan tradisi adiluhung Jawa.
Bendoro Pangeran Haryo (BPH) Kusumo Kuntonugroho merupakan putra kedua sekaligus anak bungsu Adipati Pakualaman, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X, dan istrinya, Gusti Kanjeng Bendoro Raden Ayu Adipati (GKBRAA) Paku Alam. Sementara itu, Laily Annisa Kusumastuti adalah putri pertama dari Tri Wibowo dan almarhumah Wijayatun Handrimastuti.
Pada Rabu pagi, rangkaian acara dhaup ageng diawali dengan ijab atau akad nikah yang digelar di Masjid Agung Pakualaman. Sebelum menuju ke lokasi ijab, BPH Kusumo Kuntonugroho dilepas oleh KGPAA Paku Alam X dan GKBRAA Paku Alam dari tratag Bangsal Sewatama Pura Pakualaman.
Setelah itu, BPH Kusumo Kuntonugroho bersama sejumlah kerabat berjalan kaki menuju ke Masjid Agung Pakualaman. Sesudah rombongan sampai, acara dilanjutkan dengan pembacaan Al Quran dan penyampaian khotbah nikah. Acara kemudian dilanjutkan dengan akad nikah. Yang bertugas sebagai wali nikah adalah Tri Prabowo yang merupakan ayah calon pengantin putri.
”Kalimat ijab kabul menggunakan bahasa Jawa. Adapun mas kawin adalah seperangkat alat shalat dan Al Quran,” ujar panitia urusan Pranatan Lampah Dhaup Ageng Kadipaten Pakualaman, Mas Ngabehi Citropanambang.
Dia menambahkan, selama ijab dilakukan, Laily tidak berada di ruangan akad nikah, tetapi menunggu di bagian pengulon di kompleks Masjid Agung Pakualaman. ”Di pengulon, calon pengantin putri menunggu dan menyaksikan melalui layar karena secara adat belum boleh berjumpa (dengan pengantin putra),” katanya.
Dalam acara ijab, pengantin putra dan putri menggunakan kain batik dengan motif Indra Widagda atau Indra yang pandai. Motif batik tersebut dibuat berdasarkan iluminasi atau hiasan bingkai tentang sosok Batara Indra yang terdapat dalam dua naskah kuno di Kadipaten Pakualaman, yakni Sestradisuhul dan Sestra Ageng Adidarma.
Sesudah ijab selesai, pengantin putri dan pengantin putra kembali ke kompleks Pura Pakualaman secara terpisah. Pengantin putri bersama rombongan menuju ke Pura Pakualaman dengan naik mobil listrik. Sementara itu, pengantin putra dan rombongan berjalan kaki dari Masjid Agung Pakualaman menuju Pura Pakualaman.
Citropanambang menuturkan, setelah sampai di kompleks Pura Pakualaman, pengantin putri dan pengantin putra belum boleh bertemu sehingga mereka ditempatkan di ruangan terpisah. Pengantin putri ditempatkan di Gedhong Parangkarsa, sedangkan pengantin putra berada Gedhong Purworetno.
Rangkaian acara dhaup ageng akan dilanjutkan dengan acara panggih atau pertemuan pengantin putra dengan pengantin putri setelah upacara ijab. Selain itu, pada Rabu siang, akan digelar resepsi hari pertama dengan jumlah undangan sebanyak 1.500 orang.
Tradisi adiluhung
Dalam acara ijab dhaup ageng Kadipaten Pakualaman, turut hadir sejumlah tamu, termasuk Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sekaligus calon wakil presiden nomor urut 3, Mahfud MD.
Mahfud menyatakan, pernikahan BPH Kusumo Kuntonugroho dan Laily Annisa Kusumastuti menghadirkan nuansa tradisi. ”Saya beruntung bisa hadir di acara yang bernuansa tradisi adiluhung,” ujarnya sesuai menghadiri ijab.
Mahfud juga menilai, acara ijab dalam dhaup ageng Kadipaten Pakualaman itu menggabungkan tradisi Jawa dengan hukum Islam dan hukum negara. Dia menyebut, upacara pernikahan tersebut berlangsung dengan mengesankan.
”Ini pernikahan yang mencampurkan antara tradisi yang sangat indah, dicampurkan dengan hukum Islam, dicampur juga dengan hukum negara yang sangat harmonis sehingga pernikahan berlangsung dengan sangat mengesankan. Saya mengucapkan selamat kepada mempelai berdua,” kata Mahfud.
Saya beruntung bisa hadir di acara yang bernuansa tradisi adiluhung.
Ketua Bidang II Panitia Dhaup Ageng Kanjeng Raden Tumenggung Radyowisroyo mengatakan, seluruh rangkaian acara dhaup ageng memang digelar dengan adat Jawa. Hal itu sekaligus menjadi salah satu upaya untuk merawat dan melestarikan kebudayaan Jawa.
”Banyak aspek budaya yang mungkin sudah tidak banyak diketahui masyarakat yang akan digelar saat pernikahan ini,” kata Radyowisroyo.
Sementara itu, pada Selasa (9/1/2023) malam, Wakil Presiden Ma’ruf Amin telah hadir ke Pura Pakualaman. Wapres Amin hadir beserta istri, Nyonya Wury Ma’ruf Amin.
Rombongan mobil Wapres Amin tampak memasuki kompleks Pura Pakualaman pada Selasa sekitar pukul 20.00. Rombongan kemudian diterima di Bangsal Sewatama Pura Pakualaman.
Begitu tiba di Bangsal Sewatama, Wapres Amin disambut oleh KGPAA Paku Alam X, GKBRAA Paku Alam, beserta BPH Kusumo Kuntonugroho. Hadir pula Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X dan Gusti Kanjeng Ratu Hemas.
Setelah berkunjung sekitar 30 menit, Wapres Amin dan rombongan meninggalkan Pura Pakualaman. Iring-iringan mobil Wapres Amin terlihat meninggalkan kompleks Pura Pakualaman sekitar pukul 20.30.