Prosesi ”Dhaup Ageng” Putra Bungsu Paku Alam X Siap Digelar
Kadipaten Pakualaman, Yogyakarta, akan menggelar pernikahan putra kedua sekaligus anak bungsu dari KGPAA Paku Alam X. Puncak acara ”dhaup ageng” itu digelar pada 10 Januari 2024.
Oleh
MOHAMAD FINAL DAENG
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Kadipaten Pakualaman, Yogyakarta, bersiap menggelar pernikahan Bendoro Pangeran Haryo Kusumo Kuntonugroho dengan dr Laily Annisa Kusumastuti. Puncak rangkaian acara yang disebut dhaup ageng atau pernikahan agung itu berlangsung pada 10 Januari 2024.
Bendoro Pangeran Haryo (BPH) Kusumo Kuntonugroho (27) adalah putra kedua sekaligus anak bungsu dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X dan istrinya, Gusti Kanjeng Bendoro Raden Ayu Adipati (GKBRAA) Paku Alam. Paku Alam X merupakan pemimpin di Kadipaten Pakualaman sekaligus Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Calon mempelai wanita, Laily Annisa Kusumastuti (27), adalah putri pertama dari Tri Wibowo dan almarhumah Wijayatun Handrimastuti. Kusumo saat ini sedang menempuh program doktoral di Departemen Bioteknologi Osaka University, Jepang, sedangkan Laily merupakan lulusan Program Pendidikan Profesi Dokter Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
GKBRAA Paku Alam menjelaskan, rangkaian upacara adat dhaup ageng dimulai sejak Rabu (3/1/2024) ini. Adapun puncak acara, yakni akad nikah dan resepsi hari pertama, digelar pada 10 Januari. ”Semoga seluruh rangkaian acara berjalan lancar dan baik,” ujarnya saat jumpa pers di Bangsal Kepatihan Kadipaten Pakualaman, Yogyakarta, Rabu (3/1/2024).
GKBRAA Paku Alam menambahkan, tema dhaup ageng itu adalah ”Manifestasi Kecerdasan Bathara Indra”. Tema itu diwujudkan dalam motif batik yang dikenakan dalam berbagai rangkaian acara. Bathara Indra yang memiliki karakter cendekiawan, cerdas, dan suka ilmu pengetahuan diharapkan dapat menjadi penuntun kecerdasan pikir dan hati kedua mempelai dalam mengarungi kehidupan sehari-hari.
Ketua Bidang II Panitia Dhaup Ageng Kanjeng Raden Tumenggung Radyowisroyo mengatakan, seluruh upacara pernikahan tersebut digelar dalam adat Jawa sebagai upaya merawat dan melestarikan kebudayaan. ”Banyak aspek budaya yang mungkin sudah tidak banyak diketahui masyarakat yang akan digelar saat pernikahan ini,” katanya.
Radyowisroyo memaparkan, rangkaian acara dimulai dengan kegiatan wilujengan yang berlangsung pada 3-5 Januari. Kegiatan itu terdiri dari bucalan, wilujengan, ziarah, dan doa bersama. Wilujengan berasal dari kata wilujeng atau selamat. Upacara ini merupakan bentuk memohon keselamatan kepada Tuhan agar seluruh rangkaian acara berjalan dengan selamat dan lancar.
Sementara itu, bucalan yang berasal dari kata bucal atau buang merupakan acara adat yang dimaknai sebagai upaya membuang atau menyingkirkan semua rintangan dan gangguan secara metafisik ataupun nyata.
Prosesi dilanjutkan pada 7 Januari dengan upacara pasang tarub, bleketepe, dan majang. Tarub yang bermakna hiasan untuk pernikahan merupakan rangkaian dedaunan yang menyimbolkan harapan bagi pengantin agar kelak hidup selamat dan sejahtera.
Bleketepe yang terbuat dari anyaman daun kelapa dimaknai sebagai penyaring energi negatif sehingga seluruh prosesi pernikahan diharapkan dapat berjalan selamat, lancar, dan diberkahi Tuhan.
Adapun majang adalah prosesi menata perlengkapan yang akan digunakan oleh calon pengantin laki-laki dan perempuan di kamar masing-masing. Prosesi ini mengandung harapan agar pasangan pengantin itu senantiasa mampu menata diri sehingga tercipta suasana yang indah dan harmonis.
Setelah itu, digelar pula nyengker atau atau upacara pingit mempelai perempuan pada 8 Januari. Sehari kemudian digelar sejumlah upacara, seperti siraman, tantingan, midodareni, dan tuguran. Acara puncak pada 10 Januari adalah akad nikah, panggih, sungkeman, resepsi hari pertama, dan tampa kaya.
Pada resepsi hari pertama ini, jumlah undangan sebanyak 1.500 tamu. Sejumlah tamu undangan itu termasuk Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin, para pejabat tinggi negara, menteri, dan duta besar negara sahabat. Tiga pasangan calon presiden-calon wakil presiden juga diundang dalam acara ini. ”Kami juga mengundang 58 kerajaan di Nusantara,” ujar GKBRAA Paku Alam.
Resepsi masih berlanjut pada hari kedua dengan 4.000 tamu undangan. Radyowisroyo menyebutkan, karena rangkaian acara itu, ada kemungkinan aktivitas masyarakat di sekitar Pura Pakualaman pada 10-11 Januari akan terganggu. ”Karena itu, kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada masyarakat,” katanya.
Bathara Indra yang memiliki karakter cendekiawan, cerdas, dan suka ilmu pengetahuan diharapkan dapat menjadi penuntun kecerdasan pikir dan hati kedua mempelai.