Pulau Arnavat, Tempat Wisata Baru, Penghalau Abrasi di Demak
Kemunculan hamparan pasir di tengah perairan di Demak, Jateng, menjadi berkah bagi warga. Selain jadi tempat wisata, hamparan pasir yang dinamai Pulau Arnavat itu juga diharapkan menjadi benteng dari abrasi.
Warga Desa Surodadi, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, seolah mendapat kiriman hadiah dari semesta berupa hamparan pasir di tengah perairan yang kemudian dinamai Pulau Arnavat. Pulau itu kemudian dikembangkan menjadi tempat wisata sekaligus diharapkan bisa menghalau abrasi yang selama ini menggerus daratan.
Matahari di atas Pulau Arnavat bersinar cerah, Jumat (5/1/2024) siang. Teriknya sinar matahari itu pun memaksa buliran-buliran keringat meluncur dari dahi Sukoco (54), warga setempat, yang sejak pagi hilir mudik menuju Pulau Arnavat untuk mengantar pengunjung dengan kapalnya.
Meski bermandi keringat, senyum lebar tetap menghiasi wajah Sukoco. Bagaimana tidak, pria itu menjadi salah satu yang ketiban pulung akibat adanya Pulau Arnavat. Sudah lima tahun terakhir, Sukoco yang ”pensiun” dari pekerjaannya sebagai nelayan itu menjajal usaha baru, yakni mengantar-jemput pemancing.
Normalnya, Sukoco bolak-balik tiga hingga empat kali dalam sehari untuk mengantar pemancing. Namun, sejak kabar ihwal Pulau Arnavat viral pada bulan-bulan terakhir 2023, Sukoco bisa bolak-balik hingga delapan kali dalam sehari. Dalam sekali jalan, kapal dengan mesin tempel 8 PK milik Sukoco itu bisa mengangkut hingga tujuh penumpang. Setiap penumpang dikenai biaya Rp 10.000.
”Semoga Pulau Arnavat ini bisa semakin ramai dikunjungi sehingga perekonomian masyarakat di sekitar sini juga bisa ikut terangkat,” kata Sukoco saat ditemui, Jumat.
Baca juga : Genangan Rob yang Menggerus Kehidupan Masyarakat Pesisir Demak
Kepala Desa Surodadi Supriyanto mengatakan, sekitar setahun terakhir, muncul hamparan pasir di perairan yang berjarak sekitar 1 kilometer dari wilayah daratan Surodadi. Kala itu, luasan hamparan pasir hanya sekitar 5 meter persegi.
Seiring berjalannya waktu, hamparan pasir itu hilang timbul. Kemudian, pada Oktober 2023, hamparan pasir itu mulai menetap dan terus melebar hingga diperkirakan mencapai 60 hektar.
Sejak saat itu, sejumlah kegiatan digelar di atas hamparan pasir tersebut, salah satunya penanaman mangrove pada November 2023. Acara itu digelar pemerintah desa setempat bersama Direktorat Kepolisian Air dan Udara Kepolisian Daerah Jateng.
Dari acara itu, tercetus ide untuk menamai pulau tersebut. Nama yang akhirnya disepakati adalah Pulau Arnavat. Menurut Supriyanto, nama itu diambil dari semboyan Polair, yaitu ”Arnavat Dharpa Mahe” yang berarti ’karena di laut kami bangga’.
Baca juga : Jateng Bakal Ambil Peluang Ekonomi dari Pariwisata Halal
”Setelah informasi terkait Pulau Arnavat ini viral, banyak masyarakat yang berkunjung. Puncak kunjungan terjadi pada Desember 2023, di mana ada ratusan orang yang berkunjung dalam sehari,” ujar Supriyanto.
Tak hanya menarik perhatian masyarakat, keberadaan Arnavat juga menyita perhatian Pemerintah Kabupaten Demak. Jelang akhir 2023, tepatnya pada Rabu (27/12/2023), Pemkab Demak meresmikan Pulau Arnavat menjadi salah satu destinasi wisata. Surat keterangan pembentukan desa wisata Surodadi juga dikeluarkan oleh Pemkab Demak.
Setelah diresmikan menjadi destinasi wisata, jumlah pengujung ke Pulau Arnavat meningkat pesat. Pada pergantian tahun, misalnya, pengunjung di pulau itu disebut Supriyanto mencapai 1.000 orang dalam sehari.
Untuk berwisata ke Pulau Arnavat, pengunjung belum dikenai tiket masuk. Pengunjung hanya perlu membayar biaya parkir kendaraan Rp 3.000 per kendaraan dan biaya menyeberang menggunakan perahu untuk pergi-pulang ke Pulau Arnavat Rp 10.000 per orang.
Baca juga : Kawasan Kota Lama Banyumas Ditata untuk Tingkatkan Pariwisata
Pada Jumat siang, jumlah pengunjung di Pulau Arnavat sekitar 10 orang. Kebanyakan pengunjung merupakan pemancing. Salah satu pemancing itu adalah Mustain (60), warga Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. Dia tertarik memancing di pulau tersebut karena melihat unggahan seorang temannya di media sosial Facebook.
”Saya penasaran, katanya di sini ikannya banyak, terus tempatnya juga enak. Jadi, saya coba. Pas sampai sini ternyata benar, ikannya bermacam-macam, pemandangannya bagus, jadi bisa sekalian cuci mata,” ucap Mustain.
Tambahan fasilitas
Menurut Mustain, Pulau Arnavat yang menyuguhkan pemandangan berupa hamparan pasir, keindahan laut, serta pepohonan bakau sudah cukup baik. Kendati demikian, perlu ada tambahan fasilitas agar pengunjung bisa lebih nyaman beraktivitas di pulau tersebut.
”Kalau bisa ada payung atau semacam tempat berteduhnya. Jadi, kalau pengunjung datang ke sini siang hari tidak kepanasan. Kemudian kalau (berkunjung di waktu) hujan juga tidak kehujanan,” tutur Mustain.
Selain tidak ada tempat berteduh, satu-satunya toilet yang ada di pulau tersebut juga tidak berfungsi optimal. Hal itu karena belum ada akses air bersih ke tempat itu. Padahal, air bersih sangat penting untuk menunjang kebersihan pengunjung.
Toilet dengan air bersih yang paling dekat berada di sekitar dermaga Desa Surodadi. Jaraknya dari Pulau Arnavat sekitar 1 km. Diperlukan waktu 5-7 menit untuk sampai di tempat tersebut.
Selain itu, di Pulau Arnavat juga belum ada penjual makanan ataupun minuman. Oleh karena itu, pengunjung harus membawa sendiri makanan dan minuman yang ingin mereka konsumsi.
Belum adanya penjual di pulau itu karena belum ada tempat yang memadai bagi mereka untuk menggelar dagangan. Namun, saat ramai pengunjung, pedagang dari daratan Surodadi biasanya membawa dagangannya ke Pulau Arnavat.
Kepala Dusun Surodadi, Desa Surodadi, Bayu Adi Kristianto, mengatakan, penambahan fasilitas di Pulau Arnavat sudah diusulkan kepada Dinas Pariwisata Demak. Sebab, dana desa yang ada dinilai tidak cukup untuk mengembangkan destinasi wisata baru itu.
”Kemarin sudah disurvei dinas pariwisata dan kami mengusulkan bantuan dana untuk melengkapi fasilitas di Pulau Arnavat. Sementara ini, pengembangan-pengembangan kami lakukan dengan dana hibah dan dana swadaya masyarakat,” kata Bayu.
Saat berkunjung ke Pulau Arnavat, pekan lalu, Bupati Demak Eistianah berjanji akan membantu pengembangan tempat wisata tersebut. Salah satu bantuan yang diberikan adalah perbaikan infrastruktur jalan menuju Pulau Arnavat.
”(Anggarannya) Kami pikirkan nanti karena anggaran untuk tahun 2024 sudah dibahas. Nanti, entah bagaimana caranya, entah (disusulkan) di pertengahan atau bagaimana,” ucap Eistianah.
Tanggul laut
Peresmian Pulau Arnavat sebagai tempat wisata baru disebut Eistianah menambah keragaman wisata alam di Demak. Dia berharap, pulau dengan pemandangan berupa pantai utara Jawa itu bisa dikunjungi lebih banyak wisatawan. Dengan begitu, perekonomian masyarakat setempat bisa turut terungkit.
”Munculnya tanah timbul ini merupakan suatu keajaiban alam. Panjangnya tanah timbul ini semoga menjadi salah satu tanggul laut juga. Kendati kami juga tetap akan menyelesaikan tanggul laut yang telah direncanakan,” imbuhnya.
Sama dengan Eistianah, Supriyanto juga menilai munculnya Pulau Arnavat sebagai anugerah. Kendati tak mengetahui alasan ilmiah di balik kemunculan pulau itu, Supriyanto meyakini bahwa Pulau Arnavat adalah jawaban dari doa-doa yang dirapal masyarakat agar bebas dari abrasi.
”Setiap Jumat Wage, kami selalu doa terus-menerus supaya dibebaskan dari abrasi. Munculnya pulau ini melindungi wilayah kami dari terjangan air laut. Air laut yang biasanya langsung masuk bisa terhalau oleh pulau ini,” ujar Supriyanto.
Ia menceritakan, abrasi yang memicu banjir rob pernah melumpuhkan aktivitas masyarakat di wilayahnya, setidaknya selama tujuh tahun berturut-turut. Ketika punya uang, warga tak memakainya untuk membeli gawai terbaru atau pakaian yang bagus, tetapi membeli tanah padas untuk menguruk rumah dan lingkungannya.
Munculnya pulau ini melindungi wilayah kami dari terjangan air laut.
Beberapa tahun terakhir, kondisi itu berubah. Perbaikan demi perbaikan dilakukan. Bantuan dari pemerintah juga datang silih berganti, hingga banjir rob yang bertahun-tahun menggenang berangsur mengering.
”Aktivitas masyarakat sudah mulai pulih, tapi perekonomiannya masih sulit. Dengan adanya pulau ini jadi ada potensi wisata yang bisa digarap untuk memulihkan perekonomian masyarakat yang sempat jatuh karena rob,” tuturnya.
Transpor sedimen
Guru Besar Ilmu Oseanografi Universitas Diponegoro, Semarang, Denny Nugroho Sugianto mengatakan, munculnya Pulau Arnavat merupakan fenomena transpor sedimen. Selama ini, sedimen yang berupa pasir itu terombang-ambing di tengah laut. Sedimen itu akan berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain.
”Sedimen yang muncul di Sayung ini kemungkinan selama ini sudah ada, tapi posisinya terendam di bawah air laut. Di saat-saat tertentu, sedimen ini hilang, kemudian timbul di tempat yang sama maupun di tempat lain karena pengaruh arus laut,” kata Denny.
Denny menduga, sedimen dengan luas yang diperkirakan mencapai 60 hektar di Surodadi itu merupakan akumulasi dari fenomena-fenomena transpor sedimen sebelumnya. Ketika sudah bertahan dan mapan di suatu tempat, sedimen itu harus ditangkap supaya tidak hilang lagi akibat arus laut.
Menurut dia, ada sejumlah upaya yang bisa dilakukan pemerintah untuk menjaga Pulau Arnavat agar tidak hilang. Salah satunya membangun groin atau bangunan pelindung pantai yang biasanya terbuat dari kayu, baja, beton, dan batu.
”Bisa juga dengan cara menanam mangrove di sekelilingnya. Jadi, air laut yang masuk bisa lebih dihalau dengan adanya mangrove sehingga risiko abrasi bisa lebih kecil,” ujar Denny.
Jika sedimentasi itu terperangkap dan strukturnya menjadi lebih stabil, aktivitas masyarakat di atasnya diyakini akan jauh lebih nyaman. Kendati demikian, pembangunan yang masif di atas hamparan sedimen itu tidak disarankan karena tanah sedimen umumnya tidak mapan.