Genangan Rob yang Menggerus Kehidupan Masyarakat Pesisir Demak
Rob yang bertahun-tahun tak pernah surut membuat kualitas hidup masyarakat pesisir Demak, Jawa Tengah, tergerus. Di tengah penderitaan itu, warga bergotong royong membuat lingkungannya yang rusak tetap bisa ditinggali.

Anak-anak bermain di atas jalanan yang terbuat dari kayu dan bambu di depan rumahnya, di Dukuh Timbulsloko, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Demak, Jawa Tengah, Selasa (21/3/2023). Kawasan itu telah menjadi kampung terapung karena sudah bertahun-tahun digenangi rob. Hingga kini, ada 103 keluarga yang bertahan hidup di kawasan tersebut.
Bertahun-tahun sudah rob menggenangi sebagian permukiman di kawasan pesisir Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Kondisi itu menggerus kualitas hidup masyarakat. Di tengah keterbatasan, warga bergotong royong membuat lingkungan permukiman mereka yang dikepung air laut itu tetap bisa ditinggali.
Salah satu wilayah yang terdampak rob paling parah adalah Dukuh Timbulsloko, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Demak. Dukuh yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Kantor Bupati Demak itu kini hampir terisolasi di tengah-tengah segara. Hanya ada satu jalan menuju dukuh itu. Jalan yang terbuat dari batu dan tanah itu memiliki lebar sekira 2 meter.
Menurut penuturan warga Timbulsloko, rob pertama kali menggenangi lingkungan mereka sekitar tahun 2012. Kala itu, ketinggian air rob 5-10 sentimeter (cm). Pada masa-masa awal, rob hanya datang pada waktu-waktu tertentu dan surut dalam hitungan jam.
Seiring berjalannya waktu, rob di kawasan itu semakin parah. Pada 2017, ketinggian air di dalam rumah warga mencapai puluhan sentimeter, bahkan sering kali menyentuh angka 1 meter. Rob juga datang setiap waktu, tidak lagi pada waktu-waktu tertentu. Sejak saat itu, rob juga tak penah surut.

Warga beraktivitas di atas jalanan yang terbuat dari kayu dan bambu di depan rumahnya, di Dukuh Timbulsloko, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Demak, Jawa Tengah, Selasa (21/3/2023).
Pada Rabu (22/3/2023) siang, ketinggian air rob yang menggenangi Timbulsloko sekitar 1,5 meter. Saat air pasang, ketinggian rob disebut warga bisa mencapai lebih dari 2 meter.
Berbagai upaya telah dilakukan masyarakat untuk menghindari rob, mulai dari meninggikan jalan hingga meninggikan rumah. Namun, upaya itu sia-sia karena air rob juga terus meninggi.
Baca Juga: Kemerdekaan untuk Air dan Tanah di Dusun Timbulsloko
Warga yang memiliki cukup uang memilih untuk pindah. Adapun yang tak punya biaya memilih bertahan sambil terus beradaptasi. Nita, salah satu ketua rukun tetangga di Timbulsloko, mengatakan, 11 tahun lalu, ada sekitar 400 keluarga yang tinggal di Timbulsoko. Kini, yang bertahan tinggal 103 keluarga.
”Kalau ada tanah atau uang sudah pasti kami pindah. Masalahnya, kami tidak punya uang, jadi, ya, terpaksa bertahan di sini,” kata Nita saat ditemui, Rabu siang.

Warga mengikuti upacara HUT ke-77 RI dengan latar belakang sebuah rumah yang tenggelam di Dukuh Timbulsloko, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Rabu (17/8/2022).
Bertahun-tahun terendam rob membuat rumah warga beserta perabotannya rusak. Untuk menghindari kerugian yang semakin parah, mereka berinisiatif membangun panggung dengan ketinggian mencapai lebih dari 1 meter di dalam rumah.
Di atas panggung yang terbuat dari kayu dan bambu itu, warga meletakkan peralatan elektronik, tempat tidur, pakaian, dokumen penting, kompor, dan bahan-bahan makanan.
Selain itu, warga juga mengumpulkan iuran untuk membangun jalan kayu dengan tiang bambu di atas hamparan air rob. Jalanan kayu dengan lebar 1 meter dan tinggi sekitar 2 meter itu dipakai sebagai akses penghubung antar-rumah.
Baca Juga: Nestapa Warga Pantura Timur Jateng akibat Banjir yang Terus Berulang
Pada Rabu siang, sebagian warga sibuk bergotong royong memperbaiki jalanan kayu tersebut. Mereka mengganti sejumlah kayu dan bambu yang telah lapuk. Uang untuk membeli kayu dan bambu itu berasal dari iuran warga.
Warga mengaku sudah berulang kali meminta bantuan ke pemerintah setempat untuk pembuatan jalan dari kayu dan bambu. Sayangnya, bantuan tak pernah datang.

Warga beraktivitas di atas panggung yang dibangun di dalam rumahnya di Dukuh Timbulsloko, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Demak, Jawa Tengah, Selasa (21/3/2023).
Dari puluhan rumah yang ada di dukuh tersebut, ada sekitar tiga rumah yang belum memiliki panggung di dalam rumah. Salah satunya adalah rumah Sunarti (50). Perempuan itu mengaku tak punya cukup uang untuk membuat panggung yang membutuh biaya sekitar Rp 10 juta.
Sehari-hari, Sunarti bekerja sebagai nelayan. Ibu tunggal dari seorang anak berusia 23 tahun itu juga mencari tambahan uang dengan berjualan sayur. Dari dua pekerjaan itu, Sunarti mendapatkan uang sebesar Rp 60.000 per hari. Uang itu hanya cukup untuk makan serta membayar tagihan listrik dan air.
Bertahun-tahun terendam rob membuat rumah warga beserta perbotannya rusak.
”Sekarang ini, saya masih berusaha menabung supaya rumah saya bisa segera dipanggung seperti rumah lain. Saya kepingin bisa tidur di dalam rumah, sudah capek setiap malam tidur di teras rumah, banyak nyamuk dan dingin,” ujarnya.
Teras yang sudah dipanggung menggunakan bambu itu merupakan tempat paling tinggi di rumah Sunarti. Tingginya sekitar 2,5 meter, lebih tinggi 50 cm dari jalanan kayu di depan rumahnya.

Sisa bangunan rumah di Dukuh Timbulsloko, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Kamis (18/8/2022).
Mengganggu kesehatan
Air laut juga turut merendam kamar mandi dan jamban warga. Akibatnya, sebagian besar warga terpaksa buang air besar dan kecil di sembarang tempat, terutama saat air pasang.
”Awalnya jijik, tapi mau bagaimana lagi, keadaanya seperti ini. Daripada dipakai untuk membuat kloset yang baru, lebih baik uangnya untuk bikin geladak (panggung),” ucap salah seorang warga, Sumartini (48).
Hidup di tengah kubangan rob tak hanya mengganggu kenyamanan warga, tetapi juga kesehatan mereka. Sejak rob merendam, sejumlah persoalan kesehatan dihadapi warga, mulai dari penyakit kulit hingga gangguan pencernaan. ”Sekarang sudah tidak diare atau gatal-gatal lagi, mungkin karena tubuh kami sudah kebal,” tutur Sumartini sambil terkekeh.
Baca Juga: Menelisik Problem Hulu-Hilir Pemicu Banjir Pantura Timur Jateng

Warga memperbaiki kapal yang biasa dijadikan alat transportasi saat air rob pasang di Dukuh Timbulsloko, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Demak, Jawa Tengah, Selasa (21/3/2023).
Warga Timbulsloko juga mengalami kesulitan dalam mobilitas sehari-hari. Akibatnya, mereka terkadang kesulitan saat hendak keluar dusun mencari pertolongan medis, terutama pada malam hari saat air laut pasang.
”Kalau sudah di atas pukul 18.00, satu-satunya jalan menuju dan dari Timbulsloko terendam. Cara satu-satunya keluar dari sini menggunakan kapal,” kata Mirah (28).
Kesulitan itu pernah dialami Mirah saat hendak melahirkan anak keduanya tahun lalu. Saat itu sudah malam dan air laut pasang. Mirah pun terpaksa diangkut keluar dari Timbulsluko menggunakan perahu seadanya.
Perahu tersebut terbuat dari drum plastik yang dibelah menjadi dua dan hanya muat ditumpangi satu orang. Oleh karena itu, suami Mirah bersama sejumlah warga harus berenang sambil mendorong drum tersebut hingga ke ujung dusun.
”Saya berharap pemerintah memberikan bantuan berupa perahu yang layak. Keberadaan perahu itu penting untuk membantu mobilitas warga, terutama saat air sedang pasang,” kata Mirah.

Warga memperbaiki jalanan yang terbuat dari kayu dan bambu di lingkungannya, Dukuh Timbulsloko, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Demak, Jawa Tengah, Selasa (21/3/2023).
Pembangunan massif
Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Sultan Agung, Semarang, Mila Karmilah, menyebut, rob mulai melanda Demak sekitar tahun 2000. Mila menduga rob di Demak terjadi akibat pembangunan yang dilakukan secara massif di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang. Pembangunan itu mengubah arus laut dan membuat air masuk ke wilayah daratan di pesisir Demak.
”Persoalan rob di Demak ini bertahun-tahun tidak selesai karena pembangunan di wilayah pesisir terus dilakukan. Padahal, kawasan pesisir itu jenis tanahnya tidak padat, tidak bisa menerima pembebanan berat. Seharusnya, pembangunan di kawasan itu dikurangi atau syukur-syukur tidak ada supaya laju penurunan tanah bisa ditekan dan rob tidak semakin parah,” papar Mila.
Selain pembangunan yang massif, pengambilan air tanah yang dilakukan terus-menerus juga bisa mempercepat laju penurunan muka tanah. Oleh karena itu, Mila menyarankan, pengambilan air tanah, terutama di wilayah pesisir, dihentikan. Sebagai pengganti, pemerintah wajib mencari air dari sumber lain.
Mila pesimistis rob bisa benar-benar hilang dari Demak. Meski demikian, pemerintah tak boleh tinggal diam. Pemerintah perlu melakukan sesuatu agar genangan rob tidak semakin parah, misalnya dengan membangun tanggul yang bisa memproteksi daratan serta menanam mangrove yang mampu meredam air.

Rob menggenangani salah satu Madrasah Ibtidaiyah di Desa Purworejo, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Jumat (8/7/2022). Rob di kawasan itu telah merendam sekitar 4.136 rumah warga dan fasilitas umum.
Hingga kini, sedikitnya empat kecamatan di Demak dilaporkan terdampak rob, yakni Sayung, Bonang, Karangtengah, dan Wedung. Berdasarkan catatan Pemerintah Kabupaten Demak, kawasan pemukiman yang rawan tergenang banjir dan rob mencapai 768 hektar.
Sementara itu, 5.978 hektar tambak juga rawan tergenang rob. Selain itu, terdapat 61 perusahaan yang berlokasi di kawasan rawan rob.
Sekretaris Daerah Demak Akhmad Sugiharto mengatakan, pihaknya memprioritaskan pembangunan dan peninggian tanggul laut untuk mengatasi rob di empat kecamatan di Demak. Selain itu, normalisasi sungai-sungai di daerah hilir atau di muara juga akan dilakukan. Program normalisasi telah dikomunikasikan dengan Balai Besar Wilayah Sungai Pemali-Juana.
”Dengan cara itu, air rob punya jalan untuk keluar dari permukiman. Jadi, air rob tidak terus-terusan menggenang dan menghancurkan permukiman penduduk,” kata Sugiharto, Sabtu (25/3/2023) malam.
Pemerintah Provinsi Jateng juga disebut Sugiharto berupaya membantu dengan cara mengadakan lomba penataan kawasan pesisir Sayung. Penataan kawasan itu akan diselaraskan dengan penataan mulai dari Kecamatan Bonang hingga Wedung.
Sementara itu, pemerintah pusat juga akan membantu membangun tanggul laut. Pembangunan tanggul laut yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional itu juga akan dilakukan di wilayah lain yang terdampak rob, seperti Pekalongan dan Kendal.
Khusus untuk mengatasi rob di Timbulsloko, Pemkab Demak akan membantu warga terdampak melalui program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Jika biasanya bantuan RTLH dilakukan dengan cara membongkar rumah penerima manfaat, program RTLH di Timbulsloko akan dilakukan dengan cara meninggikan rumah.
”Kalau untuk akses jalan, kami sudah menganggarkan peninggian jalan. Kemarin, kami sudah membantu meninggikan jembatan, nantinya jalan menuju Timbulsloko akan kita tinggikan sejajar dengan jembatan supaya ketinggiannya di atas air, tidak hampir sejajar dengan air seperti sekarang,” tuturnya.