Hari Ini Kita Cerita tentang 2023 (Selesai)
Tahun 2023 telah berganti 2024. Bagi sejumlah orang, tahun lalu cukup berat namun berupaya optimistis tahun selanjutnya.
Tahun 2023 termasuk cukup berat dalam episode perjalanan hidup Wilia Yuliana (32). Orangtua tunggal ini terpisah dengan anaknya. Ia pun sempat berpikir mengakhiri hidupnya. Namun, tekadnya dan dukungan sejumlah pihak membuatnya tetap bertahan dan bergerak.
Betapa kecewanya Dewi, sapaan Wilia, setelah mendapati pacarnya sudah beristri tahun 2019 silam. Padahal, ia mengandung bayi dari kekasihnya itu. Meski demikian, ia tak ingin merusak rumah tangga mereka. Ia pun terpaksa mengucilkan diri.
Baca juga: Hari Ini Kita Cerita tentang 2023 (3)
”Aku sampai mematikan nomor ponsel. Medsos (media sosial) aku tutup,” ucapnya, Sabtu (30/12/2023), saat dihubungi dari Jakarta. Dewi membagikan kisahnya dalam program interaktif Kompas bertajuk ”Hari Ini Kita Cerita tentang 2023”.
Program ini mengajak warga bercerita tentang perjuangan mereka melalui tahun 2023 dan harapannya di tahun selanjutnya. Sejak dibuka pada Kamis (28/12/2023) hingga ditutup Minggu (31/12/2023), terdapat 810 warga yang berbagi kisah.
Dalam tulisannya, Dewi bercerita tentang keputusannya kabur dari rumah. Ia tinggal bersama temannya dengan berpindah-pindah indekos. ”Keluarga percaya waktu dikasih tahu kalau aku kerja di Jawa Tengah. Anakku lalu diasuh kakaknya teman,” ucapnya.
Sebagai ibu, warga Padalarang, Bandung Barat, Jawa Barat, ini ingin mengunjungi anaknya. Tak dinyana, keluarga yang mengurus anak itu menghalang-halangi Dewi. ”Ternyata, mereka sudah terlalu sayang sampai-sampai aku enggak boleh datang, (anakku) sudah dianggap anak mereka sendiri,” katanya.
Dewi mengaku silap saat menandatangani surat perjanjian yang disodorkan keluarga itu tanpa mencermati isinya. Salah satu ketentuannya, ia memang dilarang bertemu anaknya. ”Mereka ketakutan, padahal anakku enggak akan dibawa. Nomor ponselku sampai diblokir,” ujarnya.
Dewi pun frustrasi. Ia hanya ingin bertemu anaknya yang sudah bisa diajak mengobrol. Apa daya, pintu pertemuan telah tertutup rapat-rapat. ”Gara-gara dulu aku takut ketahuan hamil, tapi penyesalannya muncul sekarang. Malah, aku sempat pengin bunuh diri,” ujarnya.
Enggak mau terus-terusan depresi. Aku butuh mental yang sehat untuk melanjutkan hidup. (Dewi)
Begitu besar kekecewaan Dewi, hingga saat mendapati pisau atau gunting, ia beberapa kali sudah menggenggamnya. Namun,ia kembali tersadar. ”Jadinya, kugunting-gunting rambut. Kalau ke luar, aku harus pakai kerudung sampai dua bulan karena bentuknya enggak keruan lagi,” ujarnya.
Tak jarang, saat memotong sayur-mayur untuk dimasak, pikirannya ke mana-mana. Kegundahan sekejap merundungnya. ”Memang, waktu pertengahan tahun 2023 lagi down (terpuruk). Pernah, aku pegang pisau, tapi ujungnya nangis-nangis,” ujarnya.
Dewi berupaya bangkit. Ia sudah tiga kali berkonsultasi dengan dokter dan mengonsumsi obat antidepresan. Ia pun masih memendam harapan. ”Semoga bisa bertemu anakku. Aku sudah hampir ikhlas. Enggak mau terus-terusan depresi. Aku butuh mental yang sehat untuk melanjutkan hidup,” tuturnya.
Dewi kini menatap tahun 2024 dengan optimistis. Ia sudah bekerja di pasar swalayan di Cimahi, Jabar, sebagai staf layanan konsumen yang berjaga di rak-rak. ”Aku (tinggal di) indekos karena enggak punya kendaraan. Sayang ongkosnya kalau bolak-balik,” tuturnya.
Sejujurnya, Dewi belum terbuka kepada orangtuanya. Kepiluan itu hanya diceritakan kepada beberapa teman, tetapi ia siap jika keluarga mengetahuinya di kemudian hari. ”Sebenarnya, agak berat, tapi enggak apa-apa. Mau sampai kapan terpuruk? Selain keluarga berjauhan, aku berupaya enggak terlalu merasakannya,” katanya.
”Proud of me”
Kisah berat tahun 2023 juga dialami Juwita Listyasari (22). Warga Probolinggo, Jawa Timur, ini menjadi korban kecelakaan sepeda motor pada Februari tahun lalu. Malam itu, hujan deras. Ia tak melihat truk di balik tikungan yang sedang parkir di pinggir jalan.
”Penerangan juga minim. Tahu-tahu, saya sudah tabrakan. Saya masih sadar waktu dibawa ke rumah sakit dengan becak,” katanya. Juwita kalut bukan kepalang. Maklum, ia tengah menyusun laporan tugas akhir untuk menuntaskan kuliahnya.
Mahasiswi D-3 Program Studi Sistem Informasi Akuntansi Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Taruna Probolinggo itu dirujuk ke rumah sakit di Malang, Jatim. ”Soalnya, saya harus dioperasi. Jadi, butuh fasilitas lebih lengkap. Wajah kiri fraktur parah dan rahangku geser,” tuturnya.
Ia sampai memakai penyangga rahang. Juwita bahkan sempat putus asa ketika dipindahkan dengan ambulans. ”Napas saya sesak. Kakak yang menemani sampai nangis. Saya sudah enggak kuat. Sempat terpikir kalau hidup saya sudah berakhir,” ucapnya.
Juwita dirawat selama sebulan. Ia juga harus menunggu waktu operasi yang tertunda dua minggu. ”Benar-benar saya drop. Saya ditunggui ayah. Waktu ayah mau keluar sebentar saja, saya sampai enggak pengin ditinggal,” tuturnya.
Jiwa Juwita terguncang karena seminggu setelah dioperasi, jadwal sidang sudah menantinya. Ia keteteran dan gelisah bukan main. Pelan-pelan, dibarengi kontrol ke rumah sakit selama tiga bulan, ia membereskan laporan sampai lulus sidang. Syukurlah, ia diberi dispensasi.
Juwita juga disemangati dan dibantu dosen-dosen untuk mengatasi ketertinggalannya sehingga bisa mengenakan toga. Ia sungguh gembira sewaktu diwisuda. ”Istilahnya, proud of me (bangga). Bagaimanapun semua individu perlu apresiasi untuk kesehatan mental masing-masing,” katanya sambil tersenyum.
Juwita menapaki tahun 2024 dengan gembira. Kini, ia sudah bekerja sebagai pemandu tur yang tengah bersiap untuk menyongsong sejumlah wisatawan di Bali. ”Semacam open trip (paket berbayar yang biasanya ekonomis), Februari nanti,” katanya.
Mental Juwita dikuatkannya untuk menyambut hari-hari mendatang dengan memaknai berkah di balik musibah. Petaka yang dilalui dengan baik dianggap impas dengan rezekinya. ”Demikian hikmahnya setelah survive (bertahan) menghadapi hidup dengan sabar,” ucapnya.
Disclaimer: Artikel ini tidak bertujuan untuk menginspirasi tindakan bunuh diri. Jika Anda pernah memikirkan atau merasakan tendensi bunuh diri, mengalami krisis emosional, atau mengenal orang-orang dalam kondisi tersebut, jangan ragu bercerita dan berkonsultasi kepada ahlinya.
Baca juga: Hari Ini Kita Cerita tentang 2023 (1)