Pulau-pulau Kecil di Batam Mandiri Energi Berkat Matahari
Berkat energi surya, warga Pulau Mecan di Batam dapat menikmati listrik 24 jam dengan harga murah dan ramah lingkungan.
Warga Pulau Mecan, Mustafa (50), menunjukkan gudang kecil di ujung jalan kampung. Di dalam ruangan itu ada 75 baterai untuk menyimpan listrik yang dipanen warga dengan 182 buah panel surya.
Pulau Mecan yang luasnya sekitar 30 hektar itu berada di Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam, Kepulauan Riau. Untuk ke Mecan butuh waktu lebih kurang 30 menit menggunakan perahu mesin dari Pelabuhan Sekupang, Batam.
Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Mecan dibangun Pemerintah Provinsi Kepri pada 2018. Anggaran Rp 2,03 miliar yang digunakan Pemprov Kepri diambil dari dana alokasi khusus (DAK). ”Tenaga surya ini menyuplai listrik ke 66 rumah dan tiga fasilitas umum, yakni masjid, posyandu, dan balai pertemuan,” kata Mustafa, Selasa (12/12/2023).
Ia menuturkan, panel surya di Pulau Mecan bisa menghasilkan daya hingga 15 kilowatt peak (kWp) per hari. Energi yang terkumpul lalu disalurkan ke 66 rumah yang masing-masing menerima daya 300 watt.
PLTS di Mecan dikelola warga secara swadaya dengan sistem koperasi. Setiap rumah membayar iuran Rp 40.000 per bulan. Dari jumlah itu, Rp 35.000 digunakan untuk menggaji warga yang bertugas menjadi operator dan Rp 5.000 disimpan untuk kas.
”Selama lima tahun kami pakai tenaga surya, kerusakan yang terjadi baru minor saja. Beberapa waktu lalu ada meteran warga yang kena petir, untuk perbaikan kami ambil uang kas Rp 1,5 juta,” ujar Mustafa.
Sebelum ada PLTS di Pulau Mecan, warga mengandalkan mesin genset pribadi untuk menghasilkan listrik. Saat masih menggunakan genset berbahan bakar solar, listrik hanya hidup tiga jam dalam satu hari.
Warga lain, Zaitun (48), mengatakan, dulu setiap rumah menghabiskan paling sedikit Rp 750.000 per bulan untuk membeli solar. Warga harus menggunakan perahu untuk mencari solar sampai ke Batam.
”Sudah jauh karena harus ke Batam dan keluar ongkos perahu, itu pun belum tentu dapat karena harus rebutan dengan warga dari pulau-pulau lain,” kata Zaitun.
Karena biaya operasi genset amat tinggi, dulu mesin itu hanya dihidupkan warga dari pukul 18.00 hingga pukul 21.00. Selain boros bahan bakar, genset juga amat berisik dan mengeluarkan banyak asap hitam.
”Kami bangga di kampung ada tenaga surya. Ini, kan, energi bersih. Pulau kami yang kecil ini sudah lebih maju soal lingkungan dibandingkan dengan kota-kota besar,”ujar Zaitun.
Warga Mecan berharap daya yang dihasilkan bisa ditingkatkan lagi setidaknya tiga kali lipat.
Meskipun penggunaan listrik tenaga surya memberi banyak keuntungan, daya yang dihasilkan dinilai masih kurang. Warga Mecan berharap daya yang dihasilkan bisa ditingkatkan lagi setidaknya tiga kali lipat.
Zaitun mengatakan, dengan daya 300 watt, ia harus cermat mengatur kebutuhan listrik di rumahnya. Alat-alat elektronik, seperti televisi, kulkas, setrika, dan mesin cuci, harus dihidupkan secara bergantian.
”Meskipun daya dari tenaga surya masih kecil, kami sangat bersyukur karena listrik sudah murah dan bisa 24 jam. Kalau pemerintah bantu meningkatkan daya jadi 900 watt per rumah kami akan sangat senang,” ujar Zaitun.
Karena daya yang dihasilkan panel surya amat terbatas, sebagian warga di Mecan masih menyimpan genset lama mereka. Mesin itu terkadang dihidupkan lagi saat ada acara besar, seperti hajatan dan pengajian.
Tetangga Zaitun, Karim (49), menambahkan, hal lain yang dikhawatirkan warga adalah biaya perbaikan instalasi tenaga surya yang amat tinggi. Contohnya, untuk mengganti satu baterai dibutuhkan dana sekitar Rp 20 juta.
”Usia pakai baterai sekitar delapan tahun. Karena biaya penggantian mahal, agar awet, kami tak pernah menyalurkan daya di kapasitas maksimalnya," kata Karim.
Menurut Karim, sebenarnya 75 baterai yang terdapat di Mecan bisa dipakai untuk mengalirkan listrik ke 75 rumah. Namun, warga sengaja membatasi kinerja baterai untuk menyalurkan listrik ke 66 rumah saja agar usia pakai baterai bisa diperpanjang.
Diperbanyak
Camat Belakang Padang Yudi Admajianto mengatakan, kecamatan itu terdiri dari 166 pulau yang 44 di antaranya dihuni warga. Listrik tenaga surya merupakan solusi terbaik untuk pulau-pulau kecil.
”Kalau pakai tenaga surya, warga enggak susah harus cari bahan bakar genset sampai ke Batam. Selain harga solar yang tinggi, ongkos bensin untuk perahu ke Batam juga butuh ratusan ribu sampai jutaan rupiah,” ujar Yudi.
Oleh karena itu, saat ini instalasi listrik tenaga surya juga banyak dibangun pemerintah di pulau-pulau kecil lainnya. Salah satunya di Pulau Geranting yang juga berada di Kecamatan Belakang Padang.
Baca juga: Listrik Tenaga Surya untuk Warga di Enam Pulau Kecil Kepri
PLTS di Pulau Geranting telah beroperasi sejak November 2023. Namun, berbeda dengan PLTS di Pulau Mecan yang menggunakan sistem koperasi, PLTS di Pulau Geranting dikelola langsung oleh PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero).
Manajer PLN Unit Layanan Pelanggan Kecamatan Belakang Padang Sabur menjelaskan, PLTS di Geranting mampu menghasilkan daya hingga 175 kWp. Energi dari matahari itu dipakai untuk 200 rumah warga.
Sejak 2013 Pemprov Kepri telah membangun PLTS di 51 pulau-pulau kecil di Kepri.
”Satu rumah mendapat daya 2.000 watt, jauh lebih besar daripada yang di Mecan. Adapun sistem pembayaran menggunakan pulsa seperti pembayaran listrik PLN pada umumnya,” kata Sabur.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kepri Muhammad Darwin menyatakan, sejak 2013 Pemprov Kepri telah membangun PLTS di 51 pulau-pulau kecil di Kepri. PLTS yang dibangun pemprov dikelola warga menggunakan sistem koperasi, seperti di Pulau Mecan.
Pada 2023, PLN mulai membangun PLTS dengan skala yang lebih besar dan dioperasikan langsung oleh petugas PLN, seperti di Pulau Geranting. Tahun ini PLN telah membangun PLTS di enam pulau kecil di Kepri.
”Sesuai kebijakan pemerintah pusat, PLN sudah tidak boleh membeli mesin genset. Jadi, ke depan PLN akan lebih banyak membangun PLTS untuk pulau-pulau kecil pada 2024 targetnya 24 pulau,” kata Darwin
Kini masih terdapat 81 pulau kecil di Kepri yang belum bisa menikmati listrik 24 jam. Darwin berharap kolaborasi Pemprov Kepri dan PLN membangun lebih banyak PLTS bisa segera menyelesaikan persoalan itu.
Baca juga: Jaringan Listrik Menjangkau Warga Pulau-pulau Kecil di Kepri