Dari ”Flashmob” Gemoy dan Deklarasi, Ajang Tarik Minat Pemuda
Jawa Timur adalah lumbung pemimpin muda. Namun, hal itu bukan jaminan partisipasi pemuda akan tinggi dalam Pemilu 2024.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Jawa Timur adalah lumbung pemimpin muda. Namun, hal itu bukan jaminan partisipasi pemuda akan tinggi dalam Pemilu 2024. Padahal, kunci pesta demokrasi kali ini berada di tangan pemilih muda yang populasinya mencapai 17 juta dari total 31 juta pemegang hak suara di ”Bumi Majapahit” ini.
Sejumlah pemuda melakukan flashmob goyang Gemoy di Sekretariat Bersama Relawan Prabowo Gibran, Sabtu (16/12/2023). Mereka adalah mahasiswa dari sejumlah universitas di Surabaya yang tergabung dalam kelompok sukarelawan Praban, akronim dari Paramuda untuk Kebangkitan Nusantara.
Juru bicara Praban, Muhammad Idam Safi (21), mengatakan, kelompoknya beranggotakan lebih dari 20 pemuda dan pemudi dengan rentang usia 19-23 tahun. Meski masih muda, para sukarelawan Praban ini sudah melek politik. Bahkan, mereka punya kepedulian untuk mengajak generasi muda di lingkungan sekitar menggunakan hak pilih pada Pemilihan Umum 2024.
”Praban akan memengaruhi generasi muda agar mereka mau menggunakan hak pilihnya untuk memenangkan Prabowo Gibran,” ujar Idam.
Baca juga: Pemilih Muda Penentu Masa Depan Pemilu-2024
Strateginya antara lain membuat konten-konten yang menarik, seperti flasmob goyang Gemoy untuk diunggah di berbagai platform media sosial. Program lain adalah turun langsung ke desa untuk memberdayakan masyarakat agar mereka mampu menjaga budaya dan mengembangkan potensi lokal, seperti ketrampilan membatik.
Praban hanyalah salah satu contoh sukarelawan pasangan capres dan cawapres kontestan Pemilu 2024 yang dibentuk untuk menyentuh pemilih dari kalangan generasi muda. Pemilu kali ini diikuti oleh tiga pasangan capres dan cawapres.
Mereka adalah pasangan nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar; pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka; serta pasangan nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Setiap tim kampanye capres dan cawapres memiliki strategi sendiri untuk mendulang suara dari kalangan generasi milenial.
Tim Pemenangan Muda (TPM) Ganjar Mahfud Sidoarjo, misalnya, Kamis (14/12/2023), menggelar deklarasi dukungan terhadap pasangan dengan nomor tiga tersebut. Acara itu menjadi bagian dari strategi merangkul generasi muda agar tertarik pada dunia politik dan pada akhirnya memberikan hak suara pada capres Ganjar.
Ketua TPM Ganjar Mahfud Sidoarjo Mahendra Abdillah Kamil mengatakan, generasi muda memiliki andil besar dalam kemenangan capres dan cawapres di Pemilu 2024. Karena itulah, pendekatan terhadap kaum milenial ini harus dilakukan melalui strategi yang mudah diterima.
Baca juga: Pemilih Muda dan Buaian Politainment
”Pendekatan pada generasi muda ini harus efektif, seperti melalui minat dan hobi. Pesta demokrasi kali ini diwarnai dengan kegiatan kreatif anak muda Sidoarjo,” ucap Mahendra yang optimistis bisa memenangi hati pemuda Sidoarjo.
Partisipasi pemuda dalam Pemilu 2024 memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Hal itu karena jumlah mereka yang mendominasi pemegang hak suara di Jatim. Data Komisi Pemilihan Umum Jatim menunjukkan, jumlah pemilih mencapai 31.402.838 orang dan sebanyak 17 juta orang di antaranya merupakan kalangan muda.
Artinya, lebih dari 50 persen pemegang hak suara di Jatim merupakan generasi muda. Oleh karena itulah, partisipasi generasi muda harus digenjot jika ingin tingkat partisipasi total pemilih mencapai 79,5 persen, sesuai target pemerintah.
Salah satunya melalui pendidikan politik yang bisa dilakukan oleh sejumlah pihak, seperti partai politik, pemerintah daerah, serta penyelenggara pemilu. Selain itu juga para kontestan pilpres ataupun pileg serta masyarakat umum, termasuk organisasi keagamaan dan organisasi kemasyarakatan. Melalui edukasi, diharapkan muncul kesadaran diri untuk berpartisipasi dalam pesta demokrasi.
Jika ditengok sedikit ke belakang, pendidikan politik generasi muda di Jatim sebenarnya cukup bagus. Salah satu indikatornya, banyak kaum muda tertarik menjadi pemimpin daerah di Jatim. Mereka berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan, seperti pengusaha dan pendidik.
Sebut saja Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak yang dilantik saat berusia 34 tahun. Sebelumnya, Emil menjadi Bupati Trenggalek saat berusia 31 tahun. Selain itu, ada Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali (32), Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin (33), Bupati Tuban Aditya Halindra (31), dan Bupati Gresik Fandi Ahmad Yani (38).
Melihat fakta tersebut, Jatim sejatinya merupakan lumbung pemimpin muda. Setidaknya hal itu bisa menjadi modal awal yang baik untuk Pemilu 2024 mengingat ada 17 juta pemilih muda. Mereka harus diajak berpartisipasi, jangan sampai berdiam di rumah atau malah asyik dengan acaranya sendiri sehingga malas datang ke tempat pemungutan suara.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa pun mengingatkan para penyelenggara pemilu agar memperhatikan pemilih muda. Apalagi, pencoblosan dijadwalkan pada tanggal 14 Februari 2023, bersamaan dengan perayaan Valentine Day atau Hari Kasih Sayang yang identik dengan acara anak muda.
”Kita akan bersama-sama menghitung kembali target pemilih. Yang perlu diperhatikan, 14 Febuari itu Valentine Day. Bagaimana anak-anak muda bisa bergerak menuju ke lokasi pemilih (sebab) ada kecenderungan para milenial merayakan acaranya sendiri,” kata Khofifah.
Terkait edukasi dan sosialisasi kepada pemilih muda, termasuk pemilih mula, organisasi kemasyarakatan juga tak mau ketinggalan. Ketua Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Surabaya Popin Kurniawan mengatakan, saat debat capres dan cawapres pertama lalu, pihaknya mengadakan kegiatan nonton bareng.
”Antusiasme peserta cukup tinggi. Selain nobar, kami juga mengadakan diskusi terkait materi debat yang disampaikan oleh para capres dan cawapres,” ujar Popin.
Menurut Popin, antusiasme mahasiswa di Surabaya terhadap Pemilu 2024 cukup tinggi. Mereka tertarik mencari tahu program kerja setiap capres dan cawapres sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan nantinya.
Banyak mahasiswa dari luar kota yang mulai menanyakan tata cara menggunakan hak pilihnya di Surabaya. Mereka berencana menyiapkan dokumen persyaratan agar bisa mencoblos di Surabaya. Karena itulah, PMKRI berencana menggandeng KPU Jatim.
Gogot Cahyo Baskoro dari Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih dan Partisipasi Masyarakat KPU Jatim mengatakan, upaya meningkatkan partisipasi pemilih mula dan muda dilakukan melalui sosialisasi dan pendidikan pemilih. Salah satu sasaran sosialisasi adalah mahasiswa melalui program KPU Jatim Goes to Campus.
Tujuannya antara lain menyampaikan informasi seputar pemilu, meningkatkan pandangan positif, dan mendorong kontribusi aktif dalam pelaksanaan pemilihan umum. Mahasiswa diharapkan menjadi pemilih cerdas dengan memahami dan melaksanakan ketentuan sebagai pemilih. Selain itu, memastikan nama mereka terdaftar sebagai pemilih.
Banyak mahasiswa dari luar kota yang mulai menanyakan tata cara menggunakan hak pilihnya di Surabaya. Mereka berencana menyiapkan dokumen persyaratan agar bisa mencoblos di Surabaya. Karena itulah, PMKRI berencana menggandeng KPU Jatim.
”Pastikan mengetahui waktu memilih, datang, dan gunakan hak pilih sebaik-baiknya. Jangan terjebak oleh isu yang memburamkan pandangan mahasiswa dalam menentukan pilihan,” ucap Gogot.
Salah satu indikator pemilihan presiden dan wakil presiden serta legislatif dikatakan berhasil adalah jika partisipasi pemilihnya, termasuk generasi muda, tinggi agar hasil pemilu memiliki legitimasi yang kuat. Namun, bukan perkara mudah menerka partisipasi mereka di tengah politik yang dinamis.