Revitalisasi Lima Stasiun untuk Surabaya Regional Railway Line
Transportasi massal Surabaya Regional Railway Line atau kereta rel listrik relasi Surabaya-Sidoarjo diupayakan beroperasi paling cepat tahun 2029.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Lima stasiun di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, akan terkena revitalisasi fase pertama Surabaya Regional Railway Line atau SRRL. Layanan kereta rel listrik ini modern dan ramah lingkungan untuk kebutuhan transportasi umum warga megapolitan Surabaya Raya. SRRL direncanakan beroperasi pada tahun 2029 atau 2030.
Kelima stasiun yang akan diremajakan ialah Surabaya Gubeng, Wonokromo, Waru, Gedangan, dan Sidoarjo. Depo Kereta Api (KA) Sidotopo juga akan terkena revitalisasi bahkan pembangunan kembali menjadi tempat pemberhentian, pembersihan, dan perawatan kereta rel listrik (KRL).
”Proyek SRRL ada dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional), arahan, dan peraturan presiden,” kata Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Kelas 1 Surabaya Nurhadi Unggul Wibowo kepada Kompas, Kamis (14/12/2023).
Regulasi dimaksud ialah RPJMN 2020-2024, arahan Presiden Joko Widodo, dan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi di Kawasan Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan, Kawasan Bromo-Tengger-Semeru, serta Kawasan Selingkar Wilis dan Lintas Selatan.
Dalam RPJMN, SRRL masuk dalam kategori pengembangan angkutan massal di enam metropolitan (Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Makassar, Semarang). SRRL merupakan peningkatan layanan kereta rel diesel (KRD) di jalur tunggal. Peningkatan menjadi jalur ganda dan elektrifikasi dengan LAA (listrik aliran atas) untuk pengoperasian KRL Surabaya-Sidoarjo seperti Commuterline Jabodetabek dan Solo-Jogja.
Dalam kunjungan ke Balai Kota Surabaya, Jumat (8/12/2023), Menteri Perhubungan Budi Karya Sumardi menegaskan kepada Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bahwa RSSL sedang berjalan dan ditargetkan dapat beroperasi pada Januari 2029 atau setahun kemudian. Pemerintah menunggu persetujuan Kementerian Keuangan untuk mewujudkan perjanjian pinjaman (loan agreement) dengan Kreditanstalt Fur Wiederaufbau (KfW) Jerman.
Menurut Nurhadi, RSSL telah melalui studi kelayakan (FS) sejak 2021 dan dilanjutkan dengan preliminary LARAP (land acquisition and resetlement action plan) atau rencana kerja pengadaan tanah dan pemukiman kembali setahun lalu.
Setelah perjanjian pinjaman, dapat dilaksanakan rancang bangun rinci (DED) yang diharapkan dimulai triwulan pertama atau kedua 2024 selama dua tahun dan selanjutnya LARAP. Setelah itu, pembebasan lahan linier dengan pembangunan serta penanganan dampak sosial yang diperkirakan memakan waktu tiga tahun.
”Koordinasi dengan pemerintah daerah terutama dalam pembebasan lahan dan penanganan pelintasan sebidang diharapkan lancar sehingga target SRRL beroperasi 2029 dapat terwujud,” kata Nurhadi.
Revitalisasi lima stasiun itu merupakan bagian dari pembangunan tahap A fase pertama. Masing-masing ialah pembangunan jalur ganda dari Surabaya Gubeng sampai Sidoarjo sejauh 27 kilometer, pemasangan LAA, gardu, dan persinyalan, penanganan pelintasan, dan rekayasa teknis pada prasarana penghalang.
Tahap B fase pertama ialah pengoperasian SRRL sampai Surabaya Kota dan Surabaya Pasar Turi. Selanjutnya ialah fase kedua, yakni SRRL menghubungkan Pasar Turi dengan Lamongan, Gresik-Kandangan, Wonokromo-Mojokerto, dan Tarik-Sidoarjo. Jika fase kedua terwujud, cakupan SRRL telah menjangkau hampir seluruh megakawasan Gerbangkertosusila kecuali Bangkalan di Pulau Madura.
Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 8 Surabaya Luqman Arif mengatakan, sebagai operator KA di wilayah Jatim bagian barat yang mencakup Surabaya-Sidoarjo mendukung rencana revitalisasi lima stasiun untuk SRRL. ”Sebenarnya kami tidak berwenang menyampaikan hal terkait SRRL yang menjadi ranah regulator. Kami sangat mendukung dan siap menjadi mitra dalam pembicaraan program,” ujarnya.
Dari lima stasiun itu, ada dua prasarana yang lokasinya berdekatan dengan prasarana transportasi umum lainnya. Stasiun Wonokromo berjarak 400 meter di tenggara Terminal Intermoda Joyoboyo. Stasiun Waru berada 100 meter di tenggara akses keluar bus-bus Terminal Purabaya. Situasi ini menciptakan peluang untuk pembangunan penghubung antarprasarana sehingga tercipta integrasi angkutan umum, yakni kereta dengan bus atau minibus.
Koordinasi dengan pemerintah daerah terutama dalam pembebasan lahan dan penanganan pelintasan sebidang diharapkan lancar sehingga target SRRL beroperasi 2029 dapat terwujud.
Secara terpisah, menurut Eri Cahyadi, pemerintah daerah berkomitmen dalam pembebasan lahan, penanganan pelintasan, dan rekayasa prasarana penghalang. Sejumlah pelintasan akan ditutup meski masih perlu waktu untuk pengkajian, koordinasi dengan komunitas atau lembaga terdampak, dan rekayasan lalu lintas.
”Pelintasan utama di Jalan Bung Tomo akan dibuat jalan layang, sedangkan di Bundaran Taman Pelangi dibuat terowongan,” kata Eri.
Selain itu, jalan layang atau Jembatan Gubeng Lama (Jalan Mayjen Prof Dr Moestopo lajur selatan) yang melintang di atas Stasiun Surabaya Gubeng akan dinaikkan. Kenaikan jalan layang itu dilakukan karena jarak dari dasar emplasemen stasiun ke lapisan terbawah jembatan tak sampai 4,7 meter sebagai prasyarat minimal untuk keselamatan dan keamanan operasionalisasi pantograf atau semacam antena KRL.
Lajur selatan jalan layang ini adalah prasarana cagar budaya karena peninggalan masa Hindia-Belanda, tetapi menurut Eri dapat direkayasa demi kepentingan umum. Rekayasa jalan layang itu diperlukan agar KRL-KRL melewati Surabaya Gubeng sampai Depo Sidotopo untuk penanganan setelah operasi harian.
Kereta komuter di Surabaya Raya sejak April 2022 dikelola oleh PT Kereta Commuter Indonesia, anak usaha KAI yang berpengalaman mengelola KRL CommuterLine Jabodetabek dan Jogja-Solo. KCI secara bertahap akan meningkatkan layanan KRD dan KA lokal sehingga standar, misalnya dalam pembayaran tiket secara nontunai dan pengaturan khusus penumpang di stasiun.
Komuter Surabaya yang telah beroperasi ialah rute Indro (Gresik)-Surabaya Pasarturi-Surabaya Kota-Sidoarjo-Bangil-Pasuruan. Selain itu, komuter Lamongan dengan rute Surabaya Pasarturi-Lamongan dan Jenggala dengan rute Mojokerto-Surabaya Kota-Sidoarjo.
Juga ada kereta lokal, KA Penataran atau Lin Blitar dengan rute Surabaya-Malang-Blitar dan KA Rapih Dhoho dengan rute Blitar-Kertosono-Surabaya. KA Tumapel atau Lin Malang dengan rute Surabaya-Malang serta Lin Cepu, Lin Bojonegoro, dan Lin Kertosono yang berelasi dari dan ke Surabaya.