Kementerian Perhubungan mendorong percepatan peningkatan layanan komuter Surabaya-Sidoarjo dengan pembangunan jalur ganda dan elektrifikasi sehingga terlayani kereta rel listrik untuk mendukung mobilitas masyarakat.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Surabaya, Jawa Timur, tertinggal dibandingkan dengan metropolitan lainnya di Indonesia dalam pengembangan layanan perkeretaapian. Kementerian Perhubungan mendorong peningkatan layanan kereta komuter dengan pembangunan jalur ganda dan elektrifikasi untuk rute Surabaya–Sidoarjo.
Demikian diutarakan oleh Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Kelas 1 Surabaya Nurhadi Unggul Wibowo kepada Kompas, Senin (27/3/2023). ”Itu salah satu program prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024,” katanya.
Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 itu, proyek perkeretaapian Surabaya-Sidoarjo masuk dalam kategori pengembangan angkutan massal di enam kota metropolitan (Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Makassar, dan Semarang). ”Wujudnya dengan double track (jalur ganda) dan elektrifikasi dengan LAA (listrik aliran atas) sehingga nanti ada KRL (kereta rel listrik) Surabaya-Sidoarjo,” ujar Nurhadi yang baru dua pekan menjabat sebagai Kepala Balai Teknik Perkeretaapian (BTP) Kelas 1 Surabaya (dahulu bernama BTP Kelas 1 Wilayah Jawa Bagian Timur).
Nurhadi melanjutkan, peningkatan layanan komuter dari KRD ke KRL di Surabaya-Sidoarjo akan melayani rute Stasiun Surabaya Pasarturi–Stasiun Surabaya Kota Baru–Stasiun Surabaya Gubeng menuju Stasiun Sidoarjo. Jalur ganda sudah terbangun dari Pasarturi sampai Wonokromo. Dari Wonokromo sampai Sidoarjo masih jalur tunggal. Nurhadi mengatakan, program ini sudah melalui feasibility study (studi kelayakan) serta preliminary Land Acquisition and Resetlement Action Plan (LARAP) atau rencana kerja pengadaan tanah dan pemukiman kembali.
Setelah itu, program perlu melalui tahap penyusunan basic engineering design (BED) atau desain teknis dasar dan LARAP. Selanjutnya, pembebasan lahan dan konstruksi. Jika lancar, proyek ini paling cepat terwujud pada 2030.
Padahal, Jabodetabek dan Solo-Jogja sudah terlebih dahulu dilayani jaringan KRL. Bahkan, Jakarta, Medan, dan Jogja diperkuat dengan layanan kereta bandar udara. Jakarta juga telah memiliki jaringan Transjakarta, MRT, dan monorel.
”Kami mendorong pemerintah provinsi dan kabupaten/kota (Surabaya-Sidoarjo) untuk terlibat dalam percepatan perwujudan program KRL Surabaya-Sidoarjo tahap 1 ini,” kata Nurhadi. Jika tahap 1 dapat terselesaikan, layanan KRL dapat diperluas sehingga menjangkau megakawasan Gerbangkertosusila (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya-Sidoarjo-Lamongan).
Kereta komuter
Kereta komuter di Surabaya Raya sejak April 2022 telah dikelola oleh PT Kereta Commuter Indonesia, anak usaha KAI yang berpengalaman mengelola KRL CommuterLine Jabodetabek dan Jogja-Solo. KCI secara bertahap akan meningkatkan layanan KRD dan KA lokal dengan standar komuter. Jika nantinya KRD dan KA lokal di Surabaya Raya bisa ditingkatkan menjadi KRL, layanan akan distandarkan seperti di Jabodetabek dan Jogja-Solo.
Manajer Hubungan Masyarakat KAI Daop 8 Surabaya Luqman Arif mengatakan, pengelolaan Kereta Rel Diesel (KRD) dan KA lokal oleh KCI diyakini akan meningkatkan kapasitas dan kualitas layanan. KAI bisa lebih fokus untuk memberikan pelayanan kepada penumpang KA jarak jauh. ”Layanan kereta komuter terstandar dengan harapan menarik lebih banyak masyarakat untuk memakai angkutan umum, terutama kereta,” katanya.
Saat ini, kereta perkotaan yang ada dan beroperasi ialah Komuter Surabaya dengan rute Indro (Gresik)-Surabaya Pasarturi-Surabaya Kota-Sidoarjo-Bangil-Pasuruan. Selain itu, komuter Lamongan dengan rute Surabaya Pasarturi-Lamongan, dan Jenggala dengan rute Mojokerto-Surabaya Kota-Sidoarjo.
Selain itu, ada kereta lokal, KA Penataran atau Lin Blitar dengan rute Surabaya-Malang-Blitar dan KA Rapih Dhoho dengan rute Blitar–Kertosono–Surabaya. Juga ada KA Tumapel atau Lin Malang dengan rute Surabaya–Malang dan Lin Cepu, Lin Bojonegoro, dan Lin Kertosono yang berelasi dari dan ke Surabaya.
Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak pernah mengatakan, pola perjalanan perkotaan di Surabaya Raya sudah sepatutnya dilayani jaringan transportasi massal yang andal dan terintegrasi seperti di Ibu Kota (Jakarta). Karena tertinggal jauh, pergerakan komuter belum secara maksimal menggunakan angkutan umum bus, apalagi kereta.
Berdasarkan survei Sustainable Urban Transport Index (SUTI), pergerakan komuter Surabaya-Sidoarjo-Mojokerto-Gresik mencapai 1,397 juta orang. Yang menggunakan angkutan umum kereta, bus, dan mobil penumpang hanya 152.000 orang atau 11 persen. Mayoritas komuter memakai sepeda motor yang mencapai 1,18 juta orang atau 84 persen. Komuter memakai mobil pribadi 36.000 orang atau 2,5 persen. Sisanya memakai sepeda dan atau berjalan karena mobilitas relatif dekat.
Mayoritas komuter memakai sepeda motor yang mencapai 1,18 juta orang atau 84 persen.
Catatan Kompas, KRL per hari mengangkut 1,2 juta penumpang dengan 1.053 perjalanan. Di Jogja-Solo, setiap hari terangkut 17.000 penumpang dengan 24 perjalanan KRL dan 4 perjalanan KRD Prambanan Ekspress (Prameks). Prediksi KCI, potensi di Surabaya Raya mengangkut 30.000 penumpang per hari dengan kondisi saat ini. Jika dikembangkan dengan elektrifikasi, peningkatan jalur menjadi ganda, dan pengaktifan shelter, pengangkutan bisa mendekati 1 juta penumpang.
Emil melanjutkan, provinsi mendukung peningkatan layanan perkeretaapian Surabaya Raya dan Gerbangkertosusilo. Peningkatan diharapkan menurunkan pemakaian kendaraan pribadi oleh masyarakat sehingga mobilitas lebih efektif dan efisien dalam aspek waktu dan biaya. Yang terutama, penggunaan angkutan umum massal menjamin keselamatan, keamanan, dan kenyamanan dalam perjalanan.