Pembangunan IKN Berpotensi Dorong Pertumbuhan Ekonomi Kalsel
Pengembangan Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Selatan. Perekonomian Kalsel diperkirakan tumbuh 4,0-4,8 persen pada 2024 dan inflasi 2,5 persen plus minus 1 persen.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Pengembangan Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur berpotensi menjadi katalis pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan. Masifnya pembangunan IKN diyakini berdampak pada peningkatan aktivitas perekonomian dan turut mendorong pertumbuhan ekonomi daerah sekitarnya.
Peluang IKN sebagai katalis pertumbuhan ekonomi Kalsel terungkap dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (BI) Kalimantan Selatan 2023 dengan tema ”Sinergi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Nasional” yang digelar secara daring dan luring di Banjarmasin, Rabu (29/11/2023) malam.
Deputi Kepala Perwakilan BI Kalsel Bimo Epyanto dalam paparannya mengenai outlook (pandangan) perekonomian Kalsel menyebutkan, semakin masifnya pembangunan IKN akan berdampak pada peningkatan berbagai aktivitas ekonomi di Kalsel, salah satu merupakan gerbang IKN.
”Kebutuhan IKN, khususnya bahan pangan dan logistik, bisa dimanfaatkan oleh Kalsel. Apalagi di bidang pangan, Kalsel dikenal sebagai salah satu lumbung pangan di Kalimantan,” katanya.
Dengan adanya peluang tersebut, perekonomian Kalsel pada 2024 diperkirakan masih tumbuh positif meskipun kondisi ekonomi global masih diliputi faktor ketidakpastian yang tinggi. Momentum positif dan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi tersebut harus tetap dijaga.
”Kami perkirakan ekonomi Kalsel di tahun 2024 masih tumbuh positif dalam kisaran 4,0-4,8 persen dan inflasi kami perkirakan akan melandai dan berada pada kisaran yang lebih rendah, yaitu 2,5 persen plus minus 1 persen,” ungkapnya.
Selain adanya IKN, menurut Bimo, kunci utama untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat dan berkelanjutan di Kalsel adalah percepatan transformasi ekonomi. Proses transformasi ekonomi utamanya bisa dilakukan melalui hilirisasi produk batubara dan kelapa sawit. Ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas dan juga memperbaiki kinerja ekspor Kalsel.
Pada Oktober 2023, inflasi di Kalsel tercatat sebesar 2,65 persen secara tahunan. Ini jauh lebih rendah dibandingkan inflasi Kalsel pada Oktober 2022 yang mencapai 7,25 persen secara tahunan. Dengan perkembangan itu, inflasi Kalsel pada 2023 diperkirakan akan kembali ke sasaran 3 persen plus minus 1 persen.
”Tentu saja terobosan ini harus didukung oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan infrastruktur, dan insentif bagi investasi,” ujarnya.
BI juga memandang bahwa Kalsel perlu mengembangkan sumber pertumbuhan ekonomi baru, khususnya yang berkaitan dengan sektor pariwisata. Adanya Geopark Meratus, yang sedang dicanangkan untuk naik kelas menjadi UNESCO Global Geopark, diharapkan mampu menjadi momentum bagi bangkitnya kegiatan atau sektor pariwisata di Kalsel.
”Selanjutnya, kami memandang ekonomi hijau juga merupakan salah satu potensi yang bisa menopang pertumbuhan ekonomi Kalsel untuk lebih kuat, berkelanjutan, dan inklusif. Ini bisa dimulai dari inisiatif yang sederhana, misalnya melalui penciptaan aktivitas ekonomi sirkular yang dikenal dengan karakteristik reduce, reuse, dan recycle,” kata Bimo.
Pelaksana Tugas Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Kalsel Suparmi mengatakan, Kalsel telah mendapatkan berbagai capaian pembangunan ekonomi di pengujung tahun 2023, misalnya pertumbuhan ekonomi yang positif. Hingga triwulan III-2023, perekonomian Kalsel tumbuh sebesar 4,57 persen secara tahunan.
Perkembangan inflasi di Kalsel juga menunjukkan hasil yang baik dan terkendali. Pada Oktober 2023, inflasi di Kalsel tercatat sebesar 2,65 persen secara tahunan. Ini jauh lebih rendah dibandingkan inflasi Kalsel pada Oktober 2022 yang mencapai 7,25 persen secara tahunan. Dengan perkembangan itu, inflasi Kalsel pada 2023 diperkirakan akan kembali ke sasaran 3 persen plus minus 1 persen.
”Berbagai capaian pembangunan ekonomi pada tahun ini harus tetap dipertahankan demi kemajuan provinsi Kalsel, yang nantinya akan menjadi gerbang IKN,” katanya.
Sebuah mobil melintasi gerbang perbatasan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, Sabtu (28/10/2023). Sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan Kaltim, Kalsel terus berpacu menyiapkan kawasan industri untuk menyangga Ibu Kota Nusantara.
Penyangga pangan
Menurut Suparmi, cita-cita menjadikan Kalsel sebagai gerbang IKN perlu disiapkan sejak sekarang, baik dari sisi produktivitas dan ketahanan pangan, kualitas SDM, teknologi digital, adaptasi ekonomi hijau, maupun kelancaran distribusi.
”Di bidang ketahanan pangan, produktivitas hasil tanam perlu terus ditingkatkan melalui inovasi budidaya pertanian, salah satunya melalui inovasi padi apung. Inovasi ini bisa diterapkan secara luas mengingat kondisi daerah Kalsel yang didominasi oleh lahan rawa,” katanya.
Selain itu, Kalsel juga terus mendorong lahirnya sumber pertumbuhan ekonomi baru, antara lain melalui pengembangan pariwisata, salah satunya dengan memperjuangkan agar Geopark Meratus bisa ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark pada 2024. Jika terwujud, sektor pariwisata Kalsel akan naik kelas menjadi pariwisata kelas dunia.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam kunjungan kerja ke Kalsel, Kamis (16/11/2023), sangat mendukung upaya Pemprov Kalsel membangun sektor pertanian, terutama dalam menyiapkan diri sebagai daerah penyangga pangan untuk IKN. Ia pun mengajak para penyuluh pertanian untuk bersama-sama bekerja keras dalam upaya meningkatkan produksi pangan.
”Mimpi kami, seluruh kebutuhan pangan di IKN nanti disokong oleh provinsi tetangga, bukan impor dari negara lain. Untuk itu, kabupaten/kota dan provinsi tetangga harus bisa menyangga IKN,” katanya.