Palembang Kian Tidak Ramah bagi Wisatawan
Aksi kriminalitas di kawasan wisata Palembang makin meresahkan. Dalam setahun terakhir, beberapa kali terjadi aksi pemalakan oleh preman atau tukang parkir liar kepada wisatawan yang mayoritas dari luar Sumsel.
PALEMBANG, KOMPAS — Sebagai wajah utama pariwisata Palembang dan Sumatera Selatan, kawasan sekitar Sungai Musi, khususnya di sekitar Benteng Kuto Besak dan Pasar 16 Ilir yang berada di antara Jembatan Ampera, justru tidak bisa memberikan rasa nyaman dan aman untuk wisatawan.
Kawasan Sungai Musi terkesan semakin angker dan tidak ramah terhadap wisatawan karena maraknya aksi kriminalitas oleh para preman, pengamen yang intimidatif, dan parkir liar agresif.
Hal itu seperti dialami sejumlah wisatawan saat berkunjung ke kawasan itu, Rabu (29/11/2023). Baru saja tiba di halaman Museum Sultan Mahmud Badaruddin II yang tak jauh dari Benteng Kuto Besak, Rabu petang, wisatawan asal Bandung, Jawa Barat, Melda (42), langsung dihantui rasa takut.
Melda baru saja menyaksikan pengamen yang emosi dan mau mengeluarkan senjata tajam karena tidak diberi uang oleh rombongan wisatawan lokal. ”Ngeri, yah. Lebih baik kita pulang saja, yuk,” ujar Melda kepada dua rekannya yang asli Palembang, Adek (45) dan Mega (33).
Baca juga: Kebiasaan ”Nujah” Muncul Lagi, Tawuran di Palembang Kian Marak
Padahal, Melda yang berkunjung ke Palembang untuk keperluan pekerjaan sejatinya sangat tertarik menikmati jejak sejarah dan pesona di tepian Sungai Musi. ”Kawasan ini sebenarnya sangat potensial. Suasananya sangat khas. Sayangnya, karena rawan kriminalitas, kita tidak bisa menikmati suasana di sini dengan tenang,” katanya.
Adek mengatakan, dia pun takut datang ke kawasan sekitar Sungai Musi. Kalau tidak karena membawa teman, dia enggan berkunjung ke kawasan tersebut. ”Isu kriminalitas ini sangat memalukan. Gara-gara itu, citra Palembang jadi negatif di mata orang-orang luar. Yang rugi kita sendiri, orang-orang jadi berpikir seribu kali untuk berwisata ke sini,” tuturnya.
Selama lebih kurang 15 menit berfoto ria di halaman Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Adek dan Mega terus mewanti-wanti Melda untuk menaruh tas ke arah depan dan memegangnya erat-erat sambil mata terus waspada terhadap orang yang mencurigakan. ”Kalau ke sini, kita harus ekstra hati-hati karena banyak copet,” ujar Adek.
Kalau ke sini, kita harus ekstra hati-hati karena banyak copet.
Berdasarkan pengalaman Kompas, suasana mencekam langsung terasa jelang memasuki kawasan Benteng Kuto Besak. Beberapa tukang parkir liar akan mengerumuni dan memaksa pengunjung untuk parkir di tempat mereka. Memasuki kawasan Benteng Kuto Besak, pedagang keliling silih berganti berdatangan menawarkan dagangannya dengan memaksa.
Demikian pula pengamen dan pengemis, mereka terus mendekati dan tidak pergi kalau tidak diberi uang. Kalau diberi uang, rombongan pengamen ataupun pengemis lain akan datang menghampiri. Sebaliknya, kalau tidak diberi uang, mereka akan mengumpat dengan kata-kata kotor dan mata melotot.
Baca juga: Dermaga di Palembang Memprihatinkan, Pembenahan Menyeluruh Mulai Dilakukan
Belum teratasi
Kriminalitas menjadi persoalan yang belum juga teratasi di kawasan sekitar Sungai Musi. Kasus terbaru, sopir bus yang membawa rombongan penumpang dari Jakarta menuju Pekanbaru, Riau, yakni Ilham Reza Hidayat (25), ditodong dengan senjata api dan senjata tajam oleh sekawanan preman di jalan belakang Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) yang berada di belakang Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Senin (27/11/2023) sekitar pukul 17.00.
Akibatnya, dompet Ilham berisi uang tunai Rp 1,6 juta dan dokumen penting raib digondol sekawanan preman tersebut. ”Yah, betul, telah terjadi kasus itu dengan nilai kerugian Rp 1,6 juta sesuai yang diungkapkan korban. Yang pasti, tiga pelakunya sudah kami tangkap dan kami akan melakukan rilis pengungkapan kasus itu, Kamis (30/11/2023) pagi,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Palembang Ajun Komisaris Besar Haris Dinzah.
Kasus kriminal semacam itu bukan sesuatu yang baru di kawasan sekitar Sungai Musi. Sebelumnya, pada 3 November 2023, sopir bus dan keneknya yang berstatus ayah dan anak asal Lampung dikeroyok preman. Mereka kehilangan dompet serta ponsel saat menunggu rombongan penumpang berwisata di Benteng Kuto Besak. Mereka dikeroyok preman karena tidak memberi rokok dan uang.
Medio Juli 2023, beredar video di sejumlah akun Instagram mengenai dua mobil warga asal Lampung dirusak oleh kawanan tukang parkir liar. Akibatnya, kedua mobil baret di sekujur bodi dan beberapa ban kempis ditusuk benda tajam.
Bukan hanya itu, pada 14 Juni 2023, beredar video di sejumlah akun Instagram tentang seorang turis asing yang dipalak preman saat berfoto di dekat arca Ganesha di halaman Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.
Kepala Polrestabes Palembang Komisaris Besar Harryo Sugihhartono menuturkan, aksi kriminalitas di Palembang, termasuk di kawasan wisata, semakin marak dalam tiga tahun terakhir. Bahkan, angka kriminalitas di Palembang menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia. Hal itu dipicu oleh faktor ekonomi.
”Butuh upaya bersama untuk mengendalikan kriminalitas tersebut. Setidaknya, kami bersama Satpol PP dan Dinas Perhubungan Palembang akan membentuk pos penjagaan terpadu permanen di Benteng Kuto Besak. Polisi akan menindak aksi kriminalitasnya, sedangkan Satpol PP dan Dinas Perhubungan menertibkan pengamen serta parkir liar,” tutur Harryo.
Baca juga: Menikmati Aliran Musi di Pasar 16 Ilir Palembang
Mencoreng pariwisata
Kondisi itu betul-betul mencoreng citra pariwisata Palembang ataupun Sumsel. Sejak meluncurkan program Visit Musi 2008, Palembang dan Sumsel bercita-cita menjadi daerah tujuan wisata dengan Sungai Musi sebagai ikon utama. Upaya itu diperkuat dengan beragam kegiatan nasional ataupun internasional, antara lain SEA Games Jakarta-Palembang 2011 dan Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Selain itu, pemerintah daerah mencoba lebih menggaungkan Festival Sriwijaya yang dilaksanakan setiap tahun mulai 1991.
Akan tetapi, karena rawan kriminalitas, program pariwisata itu cenderung jalan di tempat. Hingga kini tidak ada perubahan berarti di sekitar Sungai Musi selain Jembatan Ampera yang beberapa kali dicat ulang. Ada pula pembangunan sejumlah dermaga serta pendirian stasiun dan rel kereta ringan (LRT) yang berada persis di samping Jembatan Ampera.
Kepala Dinas Pariwisata Palembang Kiagus Sulaiman Amin menyampaikan, isu kriminalitas telah mengancam keberlanjutan program pariwisata di Palembang. Sebagai gambaran, rata-rata lama berkunjung wisatawan ke Palembang hanya sekitar 1,7 hari hingga September 2023. ”Karena kasus kriminalitas cukup banyak tahun ini, kami ragu bisa memenuhi target rata-rata lama berkunjung wisatawan sekitar 2,3 hari hingga akhir tahun ini,” ujarnya.
Bahkan, lanjut Sulaiman, isu kriminalitas di Palembang sudah menjadi isu nasional. Dalam beberapa kesempatan pertemuan dengan pelaku wisata Tanah Air, tak sedikit yang mempertanyakan keamanan Palembang. ”Isu kriminal membuat banyak orang luar Sumsel takut datang ke sini. Investor pun tidak berinvestasi karena situasi yang tidak kondusif tersebut,” katanya.
Baca juga: Memoles Transportasi Sungai Musi
Sulaiman berharap ada langkah nyata untuk memperkuat koordinasi antarinstansi terkait guna mengendalikan kriminalitas tersebut. ”Kalau tidak ada upaya bersama, dunia pariwisata Palembang akan semakin suram. Itu akan berdampak luas ke masyarakat, khususnya pelaku UMKM, pengusaha kuliner, dan pemilik penginapan,” ujarnya.