Harga Cabai di Makassar Melonjak hingga Rp 90.000 Per Kg
Kenaikan harga sejumlah bahan pokok terus terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan. Harga cabai rawit bahkan sudah tembus Rp 90.000 per kilogram.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Harga sejumlah kebutuhan pokok di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, terus mengalami kenaikan. Salah satu kebutuhan pokok yang harganya melonjak signifikan adalah cabai rawit. Saat ini, harga cabai rawit di Makassar mencapai Rp 90.000 per kilogram.
Berdasarkan pantauan di Pasar Terong dan Pasar Bara-Baraya, Makassar, cabai rawit menjadi komoditas yang harganya naik tinggi selama beberapa bulan terakhir. Pada Oktober lalu, harga cabai rawit berkisar Rp 60.000-Rp 65.000 per kg. Namun, saat ini, harga komoditas itu mencapai Rp 90.000 per kg.
”Karena saya ambil dengan harga tinggi, jualnya juga tinggi. Untung jual cabai tidak seberapa karena tak bisa disimpan lama juga. Saya juga tidak tahu sampai kapan harganya begini,” kata Samsiah (50), pedagang di Pasar Bara-Baraya, Selasa (28/11/2023).
Sementara itu, harga cabai merah besar dan cabai keriting sebesar Rp 50.000-Rp 55.000 per kg. Harga tersebut juga naik dari bulan lalu yang sebesar Rp 45.000 per kg.
Nursiah (42), pedagang di Pasar Terong, menuturkan, selama beberapa waktu terakhir, harga cabai rawit memang terus mengalami kenaikan. Akibatnya, banyak pembeli yang mengeluhkan mahalnya harga komoditas tersebut.
”Harganya belum turun, bahkan tambah naik. Kami juga bingung menjual. Pembeli mengeluh karena memang naiknya tinggi. Mungkin sampai Natal nanti masih tinggi,” kata Nursiah.
Selain cabai rawit, sejumlah kebutuhan pokok juga mengalami kenaikan harga, misalnya beras dan gula pasir. Saat ini, harga beras kualitas rendah di Makassar sebesar Rp 11.000 per kg dan beras premium berkisar Rp 14.000-Rp 15.000 per kg. Sementara itu, harga gula pasir naik menjadi Rp 17.000 per kg dari sebelumnya Rp 15.000 per kg.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perdagangan Kota Makassar Arlin Ariesta mengatakan, kenaikan harga berbagai bahan pokok dipicu gagal panen akibat kemarau.
”Kenaikan harga cabai dipicu kurangnya pasokan. Beberapa daerah produksi gagal panen, sedangkan pasokan yang tersedia terdistribusi ke luar pulau karena pengaruh harga di luar yang lebih tinggi,” katanya.
Untuk menekan lonjakan harga, Dinas Perdagangan Makassar menyiapkan sejumlah langkah untuk melakukan stabilisasi harga. Hal itu, antara lain, dilakukan melalui koordinasi dengan daerah pemasok.
Selain itu, Dinas Perdagangan Makassar juga berupaya menggalakkan gerakan pangan murah. Meski demikian, harga sejumlah kebutuhan pokok masih terus mengalami kenaikan.
Kenaikan harga cabai dipicu kurangnya pasokan. Beberapa daerah produksi gagal panen.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Sulsel Supendi menyatakan, inflasi di Makassar pada Oktober 2023 sebesar 3,01 persen. Dia menyebut, inflasi terjadi karena harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
”Inflasi Sulsel sedikit lebih tinggi dibanding inflasi nasional. Komoditas utama penyumbang inflasi antara lain beras, rokok keretek filter, angkutan udara, emas perhiasan, dan bawang putih,” kata Supendi yang juga Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Sulsel.