Gagal Panen Picu Harga Bahan Pokok Melonjak di Makassar
Harga cabai mencapai level tertinggi di Makassar dalam sepekan terakhir. Harga sayuran dan beras juga naik cukup signifikan.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Harga sejumlah bahan kebutuhan pokok naik cukup signifikan di Makassar, Sulawesi Selatan. Beberapa di antaranya naik hingga 100 persen. Kenaikan harga ini terutama pada komodias sayuran dan cabai. Kenaikan harga dipicu gagal panen akibat kemarau panjang.
Pantauan di Pasar Terong dan Bara-Baraya, Makassar, dalam dua hari terakhir ini terlihat harga cabai rawit mengalami kenaikan hingga lebih dari 100 persen. Kenaikan sudah berlangsung sejak pekan lalu.
Saat ini, harga cabai rawit berkisar Rp 55.000-Rp 60.000 per kilogram (kg), naik dari sebelumnya Rp 20.000-Rp 25.000 per kg. Cabai keriting naik dari Rp 25.000 menjadi Rp 45.000 per kg. Hal sama terjadi pada cabai merah yang kini dijual Rp 45.000 dari sebelumnya Rp 20.000-Rp 25.000 per kg.
Kenaikan harga ini dipicu gagal panen akibat kemarau.
”Satu minggu ini naiknya cukup tinggi. Saya biasa beli dari Enrekang. Sekarang bukan hanya naik, tapi barang juga sedikit. Sebagian petani menjual ke pedagang yang menjual keluar Sulsel,” kata Muliati (42), pedagang di Pasar Terong, Senin (30/10/2023).
Tidak hanya harga cabai, harga sejumlah komoditas lain juga naik, seperti buncis yang dijual Rp 25.000 per kg dari sebelumnya Rp 10.000 per kg. Labu siam yang biasanya dijual Rp 5.000 per 3-4 buah kini menjadi Rp 4.000 per buah. Jeruk nipis yang biasanya Rp 8.000-10.000 per kg kini menjadi Rp 20.000 per kg.
”Pengaruh kemarau sampai sayur-sayuran naik semua. Dulu kalau belanja Rp 2 juta untuk dijual sudah dapat banyak dan macam-macam. Sekarang hanya dapat 3-4 macam dan sedikit,” kata Musdalifah (38).
Harga beras juga termasuk yang naik cukup tinggi. Beras medium yang biasanya Rp 12.000 per kg naik hingga Rp 14.000 per kg. Adapun beras premium yang biasanya dijual Rp 330.000 per karung isi 25 kg sekarang menjadi Rp 370.000-Rp 395.000 per karung.
”Saya juga kaget harga-harga naik tinggi. Apalagi, seminggu ini, banyak yang tiba-tiba naik tinggi. Dulu bisa beli lombok (cabai rawit) 5.000 per kantong yang bisa dipakai beberapa hari. Sekarang beli segitu hanya untuk dipakai sehari,” kata Nurjannah, pembeli.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Makassar Arlin Ariesta mengatakan, kenaikan harga ini dipicu gagal panen akibat kemarau.
”Kenaikan harga cabai dipicu kurangnya pasokan. Beberapa daerah produksi gagal panen serta sejumlah pasokan yang tersedia terdistribusi ke luar pulau karena pengaruh harga di luar yang lebih tinggi,” katanya, Selasa (31/10/2023).
Untuk menekan lonjakan harga menjadi tak terkendali, Dinas Perdagangan Makassar menyiapkan sejumlah langkah. ”Langkah stabilisasi harga dilakukan dengan berkoordinasi terkait pasokan dengan daerah produksi agar komoditas mereka dapat masuk ke pasar tradisional melalui fasilitasi distribusi. Selanjutnya dilakukan setiap pekan gerakan pangan murah di pasar tradisional termasuk menyediakan komoditas cabai dengan harga acuan pemerintah,” katanya.
Sebenarnya, untuk beras, sejumlah kabupaten sudah akan panen bulan ini hingga November nanti. Bahkan, pekan lalu, Penjabat Gubernur Sulsel Bahtiar Bahruddin memulai panen di Kabupaten Gowa.
”Di tengah El Nino, tapi masih bisa panen, itu patut disyukuri. Kami berupaya memberi dukungan kepada petani terutama untuk ketersediaan pupuk, air, dan serangan hama,” katanya.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Sulsel Imran Jausi mengatakan, terkait Gerakan Nasional Penanganan Dampak El-Nino oleh Kementerian Pertanian, Sulsel diberi target 80.900 hektar. Saat ini, sudah diselesaikan 52.000 hektar lebih atau sekitar 70 persen.
”Dalam hasil ubinan 7 ton per hektar, ini di atas standar Sulsel 5,2 per hektar dan saya berpikir ini menjadi prestasi tersendiri di sini dan semoga bisa menjaga kestabilan pasokan beras,” katanya.