Rombongan Muhibah Budaya Jalur Rempah Bertolak ke Selayar
Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah diharapkan bisa mengenalkan kembali jalur rempah di Kepulauan Selayar yang jaya pada masa lampau.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sebanyak 46 anggota rombongan Muhibah Budaya Jalur Rempah bertolak dari Surabaya ke Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Jumat (24/11/2023). Kegiatan edisi kedua yang diadakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi itu diharapkan bisa mengenalkan kembali jalur rempah di Kepulauan Selayar yang jaya pada masa lampau.
Rombongan ini berlayar menggunakan KRI Dewaruci selama empat hari perjalanan. Mereka bertolak dari Dermaga Madura, Pangkalan Komando Armada II, Surabaya, menuju Pelabuhan Benteng, Kepulauan Selayar.
Keberangkatan rombongan dilepas Panglima Komando Armada II Laksamana Muda Yayan Sofiyan bersama Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Irini Dewi Wanti dan jajaran.
”Para Laskar Rempah akan merasakan sensasi berlayar dengan KRI Dewaruci, bagaimana pada masa lalu, rempah-rempah kekayaan alam di Bumi Nusantara (dikirim) ke berbagai belahan bumi lainnya,” kata Yayan, Jumat siang.
Laskar Rempah adalah sebutan bagi 25 anak muda dari berbagai penjuru Indonesia yang terseleksi dari total 535 pendaftar untuk menjadi peserta kegiatan ini. Sementara itu, 22 anggota rombongan lainnya terdiri atas rombongan Kemendikbudristek, peneliti, influencer, dan jurnalis.
Irini Dewi Wanti berharap, pelayaran rombongan tersebut berlangsung lancar dan nyaman. Para Laskar Rempah juga diharapkan bisa mendapat pengalaman dan ilmu pelayaran.
”Pelayaran ini diharapkan menjadi momen menjalin kekompakan di atas kapal dan selama kegiatan sehingga semua bersama-sama dapat mewujudkan upaya segenap bangsa Indonesia untuk mencatatkan jalur rempah sebagai salah satu jalur budaya dunia ke UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa),” katanya.
Selama pelayaran, para Laskar Rempah akan mendapatkan pengalaman hidup di atas kapal selama berhari-hari. Mereka juga akan dibekali pengetahuan sejarah dan budaya oleh para narasumber selama perjalanan.
Saat merapat di Kepulauan Selayar, para Laskar Rempah akan mengikuti Festival Kelapa dan Budaya Maritim serta berbagai ritual yang termasuk warisan budaya di sana. Rombongan juga akan mengunjungi berbagai titik yang menjadi jejak jalur rempah di Selayar.
Koordinator Kelompok Kerja Diplomasi Budaya Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek Yusmawati mengatakan, perjalanan para Laskar Rempah ini bukan untuk bersenang-senang.
”Ada sesuatu yang nanti mereka temukan, yang bisa mereka eksplorasi ataupun mereka unggah, mereka ceritakan kepada masyarakat dunia, sehingga tentunya Selayar dan jalur kemaritimannya bisa dikenal orang. Ini juga menambah poin bagi kita menuju warisan dunia,” katanya.
Para Laskar Rempah akan merasakan sensasi berlayar dengan KRI Dewaruci.
Yusmawati menjelaskan, Selayar dipilih sebagai destinasi tahun ini karena kepulauan itu dahulu menjadi jalur persinggahan kapal pada masa lalu, baik sebelum maupun saat masa kolonial. Namun, belakangan, wilayah ini kurang dilirik banyak orang sehingga banyak yang tidak tahu ada potensi besar ada di tempat itu.
”Dari hasil penelitian, sebenarnya Selayar pernah menjadi wilayah yang benar-benar menjadi perhatian negara luar, sebagian dari penjajah, di masa lalu. Ini menunjukkan bahwa tempat itu adalah wilayah sentral di masa lalu,” ujarnya.
Kegiatan ini diharapkan menjadi ikhtiar untuk menghidupkan kembali jalur rempah di Selayar, termasuk mengembangkan potensi wisata di sana. Dengan demikian, perekonomian masyarakat di wilayah itu diharapkan bisa meningkat.
Yokbet Merauje (23), anggota Laskar Rempah asal Jayapura, Papua, mengaku senang bisa menjadi bagian pelayaran ini. Ia berharap bisa mendalami banyak hal tentang Selayar. ”Saya ingin memperkenalkan Selayar di media sosial,” kata perempuan yang karib disapa Yoke itu.
Yoke menambahkan, pengetahuan dan pengalaman yang didapat selama perjalanan dan kegiatan di Selayar juga akan dibawanya pulang untuk diterapkan di kampung halamannya.