Pemerintah berencana menjadikan Jalur Rempah sebagai warisan budaya dunia yang diakui UNESCO. Pelayaran untuk muhibah budaya akan dilakukan untuk mendukung wacana itu.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi akan melakukan Muhibah Budaya untuk mempromosikan Jalur Rempah. Hal ini sekaligus upaya menjadikan Jalur Rempah sebagai warisan budaya dunia yang diakui UNESCO.
Muhibah Budaya ini dilakukan dengan berlayar ke 13 titik di Indonesia untuk napak tilas jalur rempah Nusantara menggunakan Kapal RI Dewa Ruci milik TNI Angkatan Laut. Titik tersebut adalah Banda Neira, Ternate, Makassar, Banjarmasin, Tanjung Uban, Belawan, Lhokseumawe, Padang, Banten, Jakarta, Semarang, Benoa, dan Surabaya.
Pelayaran tersebut menurut rencana dimulai pada 17 Agustus 2021 dan berakhir 28 Oktober 2021. Anggota TNI AL, anak muda perwakilan 34 provinsi, mentor, dan awak media akan dibawa berlayar.
Saat dihubungi pada Selasa (11/5/2021), Direktur Kebudayaan Kemendikbud Ristek Hilmar Farid mengatakan, Jalur Rempah menandai sejarah dan peradaban Nusantara. Perdagangan rempah-rempah di masa lampau membuat Indonesia berinteraksi dengan banyak bangsa asing. Di sini terjadi pertukaran seni, budaya, agama, ilmu pengetahuan, dan seterusnya.
”Jalur Rempah tidak hanya terkait perdagangan rempah, tetapi juga pertukaran budaya yang sangat kompleks dalam rentang waktu panjang. Temuan (Jalur Rempah) dari berbagai disiplin ilmu sangat banyak. Kami masih terus mengumpulkan, memilah, dan menyusunnya menjadi narasi yang lebih solid,” kata Hilmar.
Ia menambahkan, Muhibah Budaya merupakan kegiatan yang menyatukan temuan-temuan itu. Selain pelayaran, ada Festival Jalur Rempah yang akan diselenggarakan di titik singgah. Festival ini memadukan seni, kuliner, kriya, wastra, sejarah, dan ramuan Nusantara.
Warisan budaya
Muhibah Budaya merupakan salah satu upaya menjadikan Jalur Rempah sebagai warisan budaya dunia yang diakui UNESCO. Pemerintah menargetkan hal ini terwujud pada 2024.
Jalur Rempah menurut rencana didaftarkan melalui ”jalur budaya”. Artinya, warisan tidak terbatas hanya pada benda atau tradisi, melainkan juga pergerakan manusia, perjumpaan dan dialog, serta pertukaran dan silang budaya di waktu dan tempat tertentu (Kompas, 6/2/2021).
Jalur Rempah tidak hanya terkait perdagangan rempah, tetapi juga pertukaran budaya yang sangat kompleks dalam rentang waktu panjang.
Salah satu warisan budaya yang diakui melalui ”jalur budaya” adalah Jalur Sutra. Perdagangan sutra dari China ke bangsa lain di masa lampau telah membentuk peradaban China.
”Target kita tahun ini adalah masuk dalam tentative list di UNESCO. Target diakui sebagai warisan budaya pada 2024. Namun, untuk sampai ke sana perlu persiapan, seperti riset mendalam,” kata Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbud Ristek Restu Gunawan.
Ia menambahkan, program Jalur Rempah yang dicanangkan Kemendikbud sejak 2020 ini juga berperan sebagai diplomasi budaya dan menguatkan posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi saat audiensi dengan Kemendikbud Ristek pada April 2021 mendukung kegiatan ini. Ia akan mengajak kabupaten/kota di Sumut untuk berpartisipasi.
”Inilah uniknya Sumut, 33 kabupaten/kota punya ciri khas sendiri. Di situlah kami mau menunjukkan ini adalah Sumut,” katanya, seperti dikutip dari laman Badan Penghubung Daerah Sumut.
Muhibah Budaya akan dilaksanakan setiap tahun. Ke depan, titik-titik yang disinggahi dengan KRI Dewa Ruci diperkirakan bisa berganti tergantung temuan dari riset Jalur Rempah.
KRI Dewa Ruci
Menurut catatan Kompas, KRI Dewa Ruci menjalani pelayaran muhibah ke berbagai benua dan negara sejak bertahun-tahun silam. Pada 2010, KRI Dewa Ruci berlayar sejauh 27.537 mil laut (50.998,524 kilometer) menyusuri 29 kota di 21 negara. Pelayaran berlangsung selama 8 bulan 11 hari sejak 12 Maret 2010.
Selain latihan dan praktik berlayar, 88 anak buah kapal dan 83 kadet Akademi Angkatan Laut bertugas menjadi duta budaya, wisata, dan duta diplomasi internasional. Mereka telah berlatih berbagai tarian tradisional sebelum berlayar (Kompas, 24/10/2010). (SKA)