BTP Padang Usulkan Reaktivasi Jalur KA Sawahlunto-Solok dan Solok-Batu Tabal
Selain untuk pariwisata, reaktivasi jalur kereta api dari Solok hingga Batu Tabal juga untuk mendukung pelestarian Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto yang berstatus warisan dunia UNESCO.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG PARIAMAN, KOMPAS — Balai Teknik Perkeretaapian atau BTP Kelas II Padang mengusulkan rencana reaktivasi Jalur Kereta Api Sawahlunto-Solok dan Solok-Batu Tabal. Selain untuk pariwisata, reaktivasi jalur ini juga untuk mendukung pelestarian Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto yang berstatus warisan dunia UNESCO.
Kepala BTP Padang Supandi, di Padang Pariaman, Selasa (21/11/2023), mengatakan, selain peningkatan jalur aktif dari Padang hingga Padang Pariaman, balai juga tengah mengusulkan kepada pemerintah pusat reaktivasi jalur kereta api dari Sawahlunto hingga Batu Tabal, Tanah Datar, untuk lima tahun ke depan.
”Semoga usulan ini bisa diterima dan dibangun secara bertahap. Kalau tidak, jalur ini yang sudah menjadi bagian warisan budaya dunia bisa hilang,” kata Supandi di sela-sela kegiatan tur media di Stasiun Bandara Internasional Minangkabau, Padang Pariaman.
Supandi menjelaskan, dalam rencana strategis 2025-2029, reaktivasi jalur Sawahlunto (Stasiun Muaro Kalaban)-Solok (sekitar 23,48 km) dikerjakan tahun 2026-2028, sedangkan jalur Solok-Batu Tabal (34,08 km) dikerjakan tahun 2027-2029. Dalam proses itu, BTP juga akan melakukan sterilisasi jalur dan sejumlah studi perencanaan.
Menurut Supandi, jalur yang merupakan bagian dari warisan dunia UNESCO ini akan melayani angkutan penumpang, terutama wisatawan. Sebab, jalur tersebut mempunyai potensi besar karena melewati tepian Danau Singkarak. Jika memungkinkan, reaktivasi bisa dilakukan hingga Padang Panjang.
Supandi melanjutkan, reaktivasi jalur nonaktif memang membutuhkan biaya besar. Namun, balai sudah melakukan langkah-langkah perencanaan supaya jalur kereta api nonaktif bisa hidup kembali.
”Di Stasiun Sawahlunto-Muaro Kalaban sudah ada (kereta api wisata) Mak Itam. Itu nanti kami usahakan secara bertahap kami tarik (aktifkan jalurnya) sampai Padang Panjang,” ujarnya.
Tertunda
Selain reaktivasi jalur dari Sawahlunto hingga Batu Tabal, kata Supandi, balai juga segera mereaktivasi jalur Naras-Sungai Limau. Jalur sepanjang 7,5 km yang menghubungkan Pariaman dan Padang Pariaman ini akan dikerjakan tahun 2025-2027. Sterilisasi jalur akan dilakukan tahun depan.
Supandi mengakui, reaktivasi jalur Naras-Sungai Limau untuk kereta penumpang dan barang ini memang tertunda karena masalah anggaran. Kepala balai sebelumnya, Suranto, mengungkapkan, jalur ini akan dikerjakan tahun 2023 (Kompas.id, 15/11/2021).
”Ada prioritas lain, (anggaran) digunakan di tempat lain. Beberapa studi memperkirakan anggaran dibutuhkan Rp 300 milliar-Rp 500 miliar. Ini diusulkan lagi. Penertiban jalur rencana tahun depan, tahun berikutnya bangun. Targetnya tahun 2025-2027,” katanya.
Data BTP Padang menyebutkan, secara keseluruhan, Sumbar memiliki jalur kereta sepanjang 353,114 km. Dari jumlah itu, hanya 107,221 km jalur yang aktif, sedangkan sisanya 245,893 km tidak aktif.
Pemanfaatan
Dalam kesempatan itu, pakar transportasi Universitas Andalas, Yossyafra, mengatakan, pembangunan sarana dan prasarana kereta api di Sumbar lima tahun terakhir termasuk pesat. Namun, pembangunan itu mesti diimbangi dengan upaya menggerakkan masyarakat untuk memanfaatkan kereta api.
Sejauh ini, kata Yossyafra, minat masyarakat menggunakan kereta api, terutama Kereta Api Minangkabau Ekspres (bandara), masih kurang. Penyebabnya, antara lain, belum terintegrasinya transportasi umum di Padang dengan stasiun-stasiun kereta api. Ke depan, integrasi tersebut sangat diperlukan.
”Integrasi bisa dengan mengubah rute trayek angkutan kota yang ada supaya bersinggungan dengan stasiun. Peran pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota penting untuk mengintegrasikan jaringan angkutan kota dengan kereta api,” kata Yossyafra.
Ketua Masyarakat Perkeretaapian Indonesia (Maska) Sumbar ini menambahkan, penyebab lainnya adalah masih panjangnya masa tunggu kereta. Masa tunggu kereta bandara, misalnya, mencapai dua jam. Harus ada upaya dari pemangku kebijakan memperpendek masa tunggu ataupun menyediakan fasilitas ruang kerja bersama (coworking space) agar waktu penumpang menunggu lebih produktif.
Berdasarkan data BTP Padang, jumlah penumpang kereta api di Sumbar dari Januari hingga Oktober 2023 sebanyak 1.383.411 orang. Jumlah tersebut meningkat dibanding tiga tahun sebelumnya. Pada tahun 2020 dan 2021 (pandemi Covid-19), jumlah penumpang masing-masing 593.597 orang dan 642.822 orang serta tahun 2022 sebanyak 1.292.173 orang. Adapun tahun 2019, jumlah penumpang mencapai 1.548.017 orang.