Dekat IKN, Warga Mentawir Bakal Olah Air Sungai Jadi Air Minum
Dibantu BUMN dan pemerintah daerah, warga di Kelurahan Mentawir, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, bakal mengolah air sungai menjadi air layak minum.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Warga di Kelurahan Mentawir, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, selama ini kesulitan air bersih. Untuk keluar dari problem itu, warga bersiap memanfaatkan air sungai yang melimpah di sekitar mereka untuk diolah menjadi air minum, dibantu pemerintah daerah dan badan usaha milik negara.
Kelurahan Mentawir merupakan salah satu wilayah pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN). Lokasinya berjarak sekitar 40 kilometer dari Titik Nol IKN. Kelurahan itu tak tersentuh jaringan PDAM karena letaknya jauh dari jalan raya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, warga memanfaatkan air sungai yang kualitasnya rendah atau menampung air hujan.
”Untuk minum, warga ada yang memasak air sungai. Ada juga yang beli (air galon isi ulang) ke desa tetangga, Desa Wonosari. Rp 6.000 per galon,” kata Kepala Adat Suku Paser Kelurahan Mentawir Shahnan, Jumat (17/11/2023).
Desa Wonosari berjarak sekitar 9 kilometer dari Kelurahan Mentawir. Shahnan mengatakan, sejak tahun 2000-an, kualitas air Sungai Mentawir menurun. Warga menandainya dengan perubahan warna dan aroma air di sepanjang sungai. Dua aliran anak sungai itu pun berdekatan dengan area pertambangan.
Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau AirNav Indonesia membantu warga di sana menyediakan mesin penyulingan air. Setelah melakukan riset awal, badan usaha milik negara itu menilai tingkat keasaman air Sungai Mentawir layak untuk diolah dan disaring sehingga bisa dikonsumsi.
Junior Manager Perencanaan dan Evaluasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan AirNav Indonesia Mario Hendrawan mengatakan, program bantuan tersebut bernilai Rp 240 juta. Sistem kerja mesin penyulingan itu mirip seperti penyulingan air isi ulang yang ada di perkotaan.
Air dari sungai ditampung dalam sebuah toren, kemudian mesin penyuling akan menyaring dan memproses air sehingga layak konsumsi. Dalam sehari, mesin itu mampu menyuling air dengan kapasitas 40 galon per hari.
Mario mengatakan, saat ini hasil penyulingan air itu sedang diperiksa di laboratorium Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Hasilnya akan terlihat tujuh hari ke depan. BPOM juga bakal mengeluarkan sertifikat air layak minum dari hasil penyulingan Sungai Mentawir itu.
”Harapannya ini bisa berdampak lebih bagi warga. Sebab, Mentawir juga punya kasus stunting. Dengan kualitas air yang bersih, semoga bisa mencegahnya,” kata Mario.
Ia mengatakan, ketersediaan air bersih yang berkualitas bagi masyarakat bisa meningkatkan kesehatan masyarakat, mengurangi beban ekonomi masyarakat, meningkatkan produktivitas masyarakat, dan meningkatkan kualitas lingkungan.
Harapannya ini bisa berdampak lebih bagi warga. Sebab, Mentawir juga punya kasus stunting. Dengan kualitas air yang bersih, semoga bisa mencegahnya.
Dikelola warga
Lurah Mentawir Nelva Susanti mengatakan, pengelolaan mesin penyuling itu bakal dibahas dengan warganya. Yang jelas, kata dia, warga dari karang taruna dan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) bakal dilibatkan.
Warga yang mengelola mesin penyulingan itu akan diberi pelatihan, antara lain berupa perawatan mesin, pemeriksaan filter, pengukuran kualitas air, dan manajemen produksi.
Agar pengelolaannya berkelanjutan, kemungkinan air hasil penyulingan tidak digratiskan kepada warga.
”Mungkin kalau gratis, tidak. Sebab, kami juga butuh untuk biaya listrik, perawatan, dan filter yang mesti diganti secara berkala,” kata Nelva.