Tim gabungan Manggala Agni dan Polda Sumsel berhasil memadamkan kebakaran lahan di sejumlah lokasi. Namun, Sumsel belum bebas dari polusi kabut asap karena kebakaran lahan di beberapa wilayah lain belum teratasi.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Tim gabungan Manggala Agni dan Kepolisian Daerah Sumatera Selatan berhasil memadamkan kebakaran lahan di Hutan Produksi Terbatas Desa Cinta Jaya, Pedamaran Timur, Kabupaten Ogan Komering Ilir atau OKI, Sumatera Selatan, dan Desa Tanjung Seteko, Indralaya, Ogan Ilir. Namun, Sumsel belum bebas dari polusi kabut asap karena kebakaran lahan di wilayah lain belum teratasi, terutama terparah di Desa Jungkal, Pampangan, OKI.
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ferdian Krisnanto saat dihubungi dari Palembang, Rabu (1/11/2023), mengatakan, kebakaran lahan HPT Pedamaran sebenarnya sudah terdeteksi sejak awal bulan ini.
Awalnya, pemadaman dilakukan oleh tim Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Dinas Kehutanan Sumsel sebagai pengelola kawasan tersebut. ”Namun, beberapa hari ini, kebakaran itu meluas sehingga Manggala Agni memutuskan untuk membantu proses pemadaman tersebut,” ujarnya.
Ferdian menyampaikan, petugas pemadam terdiri dari 60 anggota Manggala Agni Sumsel-Jambi, 20 personel Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Gakkum) KLHK, 10 personel KPH di HPT Pedamaran, dan ditambah 50 personel Satbrimob serta Ditsamapta Polda Sumsel. Tim gabungan Manggala Agni, Gakkum KLHK, dan Polda Sumsel mulai memasuki HPT Pedamaran pada Selasa (31/10/2023).
Adapun HPT Pedamaran berupa lahan gambut yang tidak terlalu dalam dengan luas 100-300 hektar. Sempat terdeteksi asap tebal karena banyak bahan bakaran yang masih hijau. Beruntung, pada Rabu dini hari ini, turun hujan di wilayah tersebut.
Hal itu sangat membantu tim sehingga wilayah yang terbakar tinggal satu titik kecil. Proses pemadaman yang berlangsung sekitar tujuh jam itu pun tuntas pada Rabu petang. ”Sekarang, di Pedamaran sudah clear (sudah padam). Selanjutnya, kami akan bergeser ke tempat lainnya,” kata Ferdian.
Selain di HPT Pedamaran, sejumlah anggota Manggala Agni dan personel Polda Sumsel juga berhasil memadamkan kebakaran lahan di Desa Tanjung Seteko pada Rabu sekitar pukul 19.00. Proses pemadaman itu berlangsung sekitar lima jam.
Kepala Polda Sumsel Rachmad Wibowo mengatakan, seusai melakukan koordinasi di Markas Manggala Agni di Daops OKI, Senin (30/10/2023), pihaknya memutuskan untuk membantu Manggala Agni yang sudah berjuang cukup lama dan melelahkan beberapa bulan terakhir. Maka itu, Polda Sumsel mengirim 50 personel untuk membantu pemadaman di sejumlah lokasi kebakaran lahan.
Para personel itu dilepas pada Selasa kemarin. Mereka akan bertugas hingga situasi kebakaran lahan terkendali. ”Tim Polda Sumsel akan terus berada di Posko Daops OKI guna dikerahkan ke lokasi titik api. Mereka dievaluasi setiap malam guna menentukan strategi pemadaman yang efektif, sekaligus melatih keterampilan personel kepolisian dalam teknis pemadaman api,” tutur Rachmad.
Belum bebas dari asap
Namun, sejauh ini, Sumsel belum sepenuhnya bebas dari polusi kabut asap akibat kebakaran lahan. Itu karena masih ada sejumlah lokasi kebakaran lahan yang belum teratasi. Salah satunya yang paling parah adalah kebakaran lahan gambut di Desa Jungkal.
Ferdian mengatakan, luas wilayah yang terbakar di Desa Jungkal mencapai 5.000 hektar. Sejauh ini, proses pemadaman hanya dilakukan oleh anggota Manggala Agni Sumsel-Jambi yang dimulai sejak dua bulan lalu. Itu karena pemadaman butuh penanganan khusus terkait strategi dan stamina untuk bertahan.
Kesulitannya saat ini, kondisi air semakin kecil dan belum ada hujan yang signifikan. Bahan bakarannya juga banyak. Ditambah lagi, gambutnya dalam dan kering, serta angin kencang sering berubah-ubah arah yang bisa membahayakan petugas pemadam. (Ferdian Krisnanto)
”Kesulitannya saat ini, kondisi air semakin kecil dan belum ada hujan yang signifikan. Bahan bakarannya (kayu) juga banyak. Ditambah lagi, gambutnya dalam dan kering, serta angin kencang sering berubah-ubah arah yang bisa membahayakan petugas pemadam,” ujarnya.
Hujan memang telah turun beberapa kali, tetapi sebentar yang tidak memberikan dampak besar. ”Justru, hujan nanggung itu membuat pori-pori gambut terbuka dan asap semakin membesar,” kata Ferdian.
Kebakaran parah di Desa Jungkal itu pula yang menjadi penyebab Palembang dan sekitarnya diselimuti kabut asap pekat beberapa hari terakhir. Menurut laman Ispu.menlhk.go.id, Selasa pukul 07.00, Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Palembang menembus angka 310 yang artinya berbahaya. Sebaliknya, ISPU di Ogan Ilir yang berada sekitar 60 kilometer ke arah selatan barat daya Palembang mencapai 734 atau salah satu yang terparah selama periode kebakaran lahan tahun ini.
Koordinator Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Sumsel Wandayantolis menuturkan, dari pemutakhiran data kondisi iklim 10 harian menunjukkan, indikasi awal beberapa wilayah telah mulai memasuki awal musim hujan pada akhir Oktober. Itu meliputi sebagian Kabupaten Muara Enim, Lahat, Empat Lawang, hingga Musi Rawas Utara. Curah hujan terkonsentrasi di wilayah barat Sumsel dan sedikit di bagian tengah.
Di bagian timur/tenggara, seperti OKI, curah hujan masih rendah dan belum terjadi secara meluas. Dampaknya, masih tinggi potensi kemunculan titik api yang menimbulkan asap ke arah barat, seperti Palembang hingga Muara Enim. Konsentrasi PM 2.5 yang merupakan indikator adanya partikular padat seperti residu kebakaran meningkat selama akhir Oktober ini.
Untuk prakiraan hujan awal November, secara umum, kejadian hujan masih fluktuatif sebagaimana perilaku pada masa transisi. Hujan akan terjadi secara sporadis, tetapi belum meluas, terutama di bagian timur-tenggara Sumsel.
”Hal itu tentu menyebabkan potensi kemunculan titik api masih ada dan masih dapat mengirim asap ke wilayah barat/utara Sumsel mengikuti pergerakan angin saat ini,” terang Wandayantolis.