Masalah Rabies di Timor dan Flores Ancam Kenyamanan Wisatawan
Rabies di Timor dan Flores-Lembata merupakan ancaman serius bagi rasa nyaman wisatawan yang datang. Pemerintah daerah segera menggelontorkan anggaran cukup untuk mengadakan serum antirabies dan vaksin antirabies.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Masalah rabies pada anjing peliharaan warga di Timor dan Flores-Lembata, Nusa Tenggara Timur, menjadi ancaman serius bagi kenyamanan wisatawan. Akhir Mei hingga awal Oktober 2023, sudah tujuh orang meninggal digigit anjing rabies di Timor Tengah Selatan.
Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang Profesor Maxs Sanam di Kupang, Rabu (18/10/203), ketika membuka seminar soal hak asasi manusia, jender, dan pariwisata di Kupang, antara lain, mengatakan, rabies pada anjing, kera, dan kucing di Timor dan Flores-Lembata jangan dianggap masalah sepele. Pekan lalu, seorang ibu, Weci Nakluy (41), tewas setelah digigit anjing rabies di bagian kepala.
”Saat korban dibawa ke Rumah Sakit Daerah Soe, di sana tidak ada serum antirabies. Kalau anjing itu gigit orang di bagian kepala, saraf pasien itu sudah terkontaminasi virus dan rusak. Ini sangat berbahaya. Harus ditangani dengan serum antirabies, bukan diberi suntikanvaksin antirabies,” kata dokter hewan ini.
Hampir seluruh desa di Timor Tengah Selatan telah terjangkit virus rabies ini pada hewan penular rabies (HPR). Cepat atau lambat, rabies di Timor Tengah Selatan akan merambat ke kabupaten terdekat, seperti Timor Tengah Utara, Kabupaten Kupang, Malaka, dan Belu. Bahkan, Kota kupang beberapa waktu lalu telah diberitakan sudah ada kasus rabies.
Kasus rabies di Flores-Lembata, dengan sembilan kabupaten, jauh lebih buruk lagi.Sudah 26 tahun rabies hadir di sana dan menewaskan sekitar 400 warga. Kebanyakan korbannya adala anak-anak di bawah usia 20 tahun. Kelompok ini sangat rentan terhadap keberingasan anjing rabies karena sangat sulit membela diri saat dikejar atau hendak digigit anjing.
Para korban digigit di depan rumah warga, saat melintas ke atau pulang sekolah, atau melakukan aktivitas lain. Sebagian besar warga Flores-Lembata sudah paham. Jika digigit anjing (rabies), mereka harus segera ke fasilitas kesehatan terdekat. Masyarakat Timor Tengah Selatan atau Timor pada umumnya harus dilakukan sosialisasi lebih masifbagaimana bertindak cepat setelah digigit anjing rabies.
Disiapkan
Maxs mengatakan, serum antirabies (SAR) harus disiapkan di setiap rumah sakit atau puskesmas bersamaan dengan vaksin antirabies (VAR). Kebanyakan fasilitas kesehatan itu menyiapkan VAR ketimbang SAR karena SAR dinilai terlalu mahal.
”Harga SAR sampai Rp 3 juta per dosis, sedangkan VAR hanya Rp 300.000 sampai Rp 500.000 per dosis. Bagaimanapun, demi keselamatan warga dan selama rabies masih bercokol di masyarakat,SAR wajib disiapkan. Rabies ini masalah serius,” katanya.
Industri pariwisata sedang menggeliat di Flores-Lembata dan Timor. Kehadiran rabies pada hewan penular rabies sangat mengganggu. Wisatawan yang datang ke suatu wilayah butuh rasa aman, tenang, dan ingin menikmati situasi sekitar secara leluasa.
Putra Timor ini mengaku khawatir pergi ke daratan Pulau Timor, terutama Timor Tengah Selatan, bersama keluarga. Biasanya mereka ke sana saat liburan atau akhir pekan untuk mengunjungi sejumlah obyek wisata dan kemping. Biasanya dilakukan di kawasan yang agak jauh dari permukiman warga.
Anjing rabies sering berkeliaran di hutan-hutan, termasuk kawasan obyek wisata. Jika ada aktivitas kamping, muncul anjing rabies tentu sangat membahayakan keselamatan pengunjung. ”Juga kegiatan kemping pramuka anak-anak sekolah di hutan atau pantai tertentu,” katanya.
Juru bicara Satgas Pencegahan dan Penanggulangan Rabies di Timor Tengah Selatan, Adi Talo, mengatakan, kasus gigitan anjing rabies pada korban Weci Nakluy sampai tewas itu terjadi di Desa Oeleu, Kecamatan Kolbano. Korban dirawat di puskesmas yang terletak sekitar 5 kilometer dari kediaman korban.
”Korban digigit tanggal 19 September 2023 kemudian meninggal pada 6 Oktober 2023. Korban meninggalkan seorang suami dan tiga anak yang masih kecil,” kata Adi.
Ia mengatakan, pada 19 September 2023 sekitar pukul 14.30 Wita, korban keluar dari rumah tinggal menuju jalan umum. Ia hendak melihat teriakan puluhan warga Desa Oeleu yang sedang mengejar seekor anjing liar yang muncul dari hutan sekitar kampung. Tidak ada pemilik di kampung itu mengaku sebagai pemilik.
Soal serum antirabies, anggaran belum cukup untuk mengadakan itu. (Adi Talo)
Tiba-tiba anjing muncul di jalan umum, berjarak sekitar 500 meter dari posisi korban berdiri. Karena dari arah berlawanan datang puluhan orang dengan senjata di tangan, anjing itu berbalik arah menuju korban berdiri.
Korban berupaya melarikan diri menuju rumahnya, sekitar 30 meter dari jalan umum. Ia terjatuh. Saat itu anjing langsung menggigit korban di bagian wajah, kepala, dan tangan. Setelah menggigit, anjing itu langsung melarikan diri. Namun, warga menembak mati anjing itu dengan senapan angin.
Saat ini sudah tujuh warga meninggal karena digigit anjing sejak kasus ditemukan akhir Mei 2023. Kasus kematian akibat gigitan anjing rabies ini bakal terus berlanjut sepanjang VAR dan SAR tidak tersedia dalam jumlah yang cukup di setiap puskesmas dan rumah sakit.
Sudah 1.645 orang digigit anjing, sebagian besar tidak bergejala khas rabies. Sementara HPR yang diberi vaksin antirabies sebanyak 35.670 ekor. Sudah 198 desa/kelurahan yang terlayani vaksin HPR.
”Soal serum antirabies, anggaran belum cukup untuk mengadakan itu. Sebagian besar VAR dan SAR selama ini dibantu dari berbagai pihak, seperti pemprov, Kemenkes, dan Pemerintah Australia,” katanya.