13 Warga NTT Meninggal Digigit Anjing Rabies Periode Januari-Juni 2023
Sebanyak 13 warga NTT meninggal periode Januari-Juni 2023. Timor Tengah Selatan sebanyak enam orang, sisanya di Flores-Lembata. Sebanyak 5.441 anjing di TTS diberi vaksin.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Periode Januari-Juni 2023, sebanyak 13 warga Nusa Tenggara Timur meninggal digigit anjing rabies. Di Timor Tengah Selatan, sebanyak enam korban meninggal, sementara ratusan warga lain digigit. Vaksinasi terhadap hewan penular rabies di TTS sudah mencapai 5.441 ekor.
Sekretaris Umum Komite Pencegahan dan Penanggulangan Rabies Flores-Lembata Asep Purnama, di Kupang, Kamis (29/6/2023), mengatakan, rabies di Flores-Lembata sudah 26 tahun. Kendala penangangan rabies di dua pulau dengan sembilan kabupaten itu adalah keterbatasan vaksin rabies.
”Sekarang wabah rabies sudah meluas ke Timor Tengah Selatan (TTS) di Pulau Timor. Total korban meninggal periode Januari-Juni 2023 di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi 13 orang. Sebanyak 6 orang di TTS, Ende dan Manggarai Timur masing-masing 2 orang, dan Kabupaten Sikka 1 orang,” kata Asep.
Mewabahnya rabies sampai menyebabkan korban meninggal di TTS termasukcepat. Sejak penemuan kasus pada 26Mei 2023-29 Juni 2023 sudah enam orang meninggal. Lima di antaranya adalah anak-anak.
Virus rabies pada hewan penular rabies (HPR), khususnya anjing, menjadi beban baru Pemprov NTT. Selain tengkes (stunting), kekeringan ekstrem, perdagangan orang, dan pengangguran, kini ditambah dengan rabies. Ke depan, mestinya alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahunan wajib mengalokasikan pos khusus untuk pengadaan vaksin antirabies.
Ia mengatakan, di TTS sudah ada gerakan mengikat atau mengandangkan HPR. Flores-Lembata belum ada gerakan seperti itu. Padahal, kasus rabies di Flores-Lembata sudah berlangsung 26 tahun. Pengadaan vaksinasi di beberapa kabupaten dilakukan secara rutin setiap tahun anggaran meski jumlah vaksin sangat terbatas.
Jumlah kasus kematian akibat gigitan anjing rabies di Flores-Lembata selama 26 tahun mendekati 400 orang. Kebanyakan korban adalah anak-anak, usia di bawah 15 tahun. Andaikan masih hidup, saat ini mereka sudah memasuki usia produktif.
Kalau Satgas menangani, paling dieliminasi. Tuannya saja takut mendekat, apalagi orang lain.
Populasi anjing di Flores-Lembata mendekati 600.000 ekor. Setiap tahun, pertambahan kelahiran baru rata-rata 10.000 ekor anjing per kabupaten atau 90.000 untuk sembilan kabupaten. Namun, belum ada gerakan mengikat atau mengandangkan anjing-anjing di sana.
Juru Bicara Satgas Pencegahan dan Penanggulangan Rabies di TTS Adi Talo mengatakan, status kejadian luar biasa (KLB) di TTS masih berlangsung. Warga terus diingatkan agar tetap waspada dan menjaga hewan peliharaan pembawa rabies.
Terus bertambah
Korban meninggal terus bertambah. Hari Kamis ini, satu lagi korban, berinisial MS, usia 7 tahun 11 bulan. Korban berasal dari Kelurahan Nonohonis, Kecamatan Kota Soe, dalam kota. ”Jumlah korban menjadi enam orang, dalam kurun hampir satu bulan terakhir,” kata Adi.
Tim Satgas Anti Rabies Rabies terus bekerja. Tim ini juga termasuk semua aparat desa, Babinkantibmas, dan koramil yang ada di desa-desa. Mereka terus bekerja di lapangan. Memantau pergerakan anjing-anjing di setiap permukiman warga.
Semua HPR, yakni anjing, kucing, dan kera, wajib diikat atau dikandangkan. Jika masih ditemukan ada yang berkeliaran di permukiman warga, jalan, dan hutan, HPR itu akan dieliminasi petugas. Tindakan ini dilakukan setelah tidak ada warga di desa (kelurahan) itu mengakui sebagai pemilik hewan tersebut.
Pemerintah tidak bermaksud membasmi HPR di wilayah itu. Banyak warga yang sudah paham soal rabies. Mereka mengikat atau mengandangkan anjing masing-masing di rumah. Mereka juga mengawasi agar anjing-anjing yang sudah diikat atau dikandangkan, tidak bertemu dengan anjing dari luar atau anjing liar.
Sampai 28 Juni 2023, sudah 5.441 ekor HPR diberi suntikan vaksin antirabies, terdiri dari 5.078 anjing, kucing 360 ekor, dan kera sebanyak 3 ekor. Kegiatan vaksinasi terus berlangsung. Populasi anjing di 31 kecamatan di TSS sekitar 60.000 ekor. Sisa vaksin saat ini 559 dosis.
Hampir 200 anjing liar dieliminasi. Anjing itu tidak bertuan, berkeliaran di permukiman warga. Ada pemilik yang mengakui anjing itu sebagai milik mereka, tetapi tidak berani mendekati dan menangkap, mengikat, atau mengandangkan. Mereka malah menyuruh satgas menangani. ”Kalau Satgas menangani, paling dieliminasi. Tuannya saja takut mendekat, apalagi orang lain,” katanya.
Petrus Poli (31), warga Adonara, Flores Timur, mengatakan, dua anjing miliknya di rumah itu dibiarkan berkeliaran di permukiman warga. Anjing-anjing itu sudah divaksin oleh petugas kesehatan. Jika petugas tidak datang ke permukiman warga, pemilik anjing membawa anjing miliknya ke posko kesehatan hewan atau puskesmas.
Menurut dia, kematian beberapa warga akibat gigitan anjing rabies di Desa Mewet, Flores Timur, beberapa waktu lalu, membuat masyarakat makin sadar.
”Jika ada yang tergigit anjing pun, mereka langsung mencuci luka bekas gigitan anjing di air mengalir dengan sabun selama 10-15 menit. Kemudian membawa korban ke puskesmas terdekat,” kata Piter.