Kasus Dukun Pengganda Uang, Keterlibatan Istri Siri Slamet Tohari Didalami
Istri siri dukun pengganda uang di Banjarnegara, Slamet Tohari, dihadirkan dalam sidang. Perempuan itu diperiksa terkait keterlibataannya dalam kasus penipuan dan pembunuhan yang dilakukan suaminya.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
BANJARNEGARA, KOMPAS — Empat saksi dihadirkan dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan berencana oleh Slamet Tohari (46), orang yang mengaku sebagai dukun pengganda uang, di Pengadilan Negeri Banjarnegara, Jawa Tengah, Kamis (5/10/2023). Salah satu saksi yang dihadirkan adalah Suyanti (24) alias Beta yang merupakan istri siri Slamet Tohari.
Sidang tersebut dipimpin oleh majelis hakim yang diketuai Niken Rochayati serta Tomi Sugianto dan Arief Wibowo sebagai anggota. Adapun Slamet Tohari didampingi penasihat hukum yang ditunjuk kepolisian, yaitu Ahmad Raharjo dan Heri Mulyono.
Dalam sidang itu, Suyanti dicecar oleh majelis hakim mengenai keterlibatannya dalam kasus tersebut. Niken bertanya apakah Suyanti pernah ikut Slamet Tohari ke Cirebon, Jawa Barat, bersama Budi Santoso (33) alias Bodrek.
Bodrek merupakan orang yang mengunggah iklan jasa penggandaan uang oleh Slamet Tohari ke Facebook. ”Saudara ini, berdasarkan keterangan saksi-saksi lain, adalah orang yang sering dibawa (oleh Slamet Tohari) selain Bodrek. Untuk apa? Untuk menghilangkan barang bukti seperti handphone. Saudara juga pernah diajak ke Cirebon, kan?” kata Niken kepada Suyanti.
Namun, Suyanti membantah pernah ikut Slamet Tohari ke Cirebon. Selain itu, Suyanti juga membantah mengetahui praktik ritual penggandaan uang yang dijalankan oleh Slamet Tohari.
Slamet Tohari merupakan pelaku pembunuhan terhadap 12 orang. Dia mengaku sebagai dukun pengganda uang. Ia berjanji kepada para korbannya bisa menggandakan uang hingga miliaran rupiah. Namun, para korban yang terus menagih kemudian dibunuh dengan cara diracun lewat minuman yang dicampur potas.
Jenazah para korban itu kemudian dikubur di sebuah kebun di Kabupaten Banjarnegara, Jateng. Kasus ini terungkap pada April 2023. Dari 12 korban pembunuhan Slamet Tohari, baru 9 orang yang teridentifikasi. Salah seorang korban itu adalah Paryanto yang merupakan warga Sukabumi.
Dalam persidangan pada Kamis ini, Suyanti mengakui pernah ikut Slamet Tohari dan Bodrex ke Wonosobo, Jateng, untuk menggadaikan mobil yang dibawa Paryanto. Meski begitu, Suyanti mengaku tidak tahu Paryanto telah meninggal. ”Saya diberi tahu Mbah (Slamet Tohari), Paryanto ada di rumahnya,” katanya.
Dari pemeriksaan terhadap Suyanti, terungkap mobil itu digadaikan di Wonosobo senilai Rp 30 juta. Dari hasil menggadaikan mobil itu, Suyanti diberi uang sekitar Rp 8 juta untuk membayar utang Slamet Tohari kepada temannya dan untuk membiayai keperluan sehari-harinya. ”Kata Mbah, uang gadai mobil itu untuk mahar penggandaan uang,” kata Suyanti.
Selain itu, para korban Slamet Tohari juga mentransfer uang jutaan rupiah ke rekening bank milik Suyanti. Uang di rekening itu kemudian beberapa kali diambil oleh Slamet Tohari melalui ATM.
Suyanti menikah siri dengan Slamet Tohari pada akhir tahun 2022. Sebelumnya, perempuan itu bekerja sebagai pemandu lagu di sebuah tempat karaoke. Slamet Tohari dan Bodrek kerap datang ke tempat karaoke itu.
Menurut Suyanti, Slamet Tohari merupakan orang yang royal atau suka memberi uang. Saat masih menjadi pemandu lagu, Suyanti kerap diberi uang Rp 100.000 per jam saat menemani Slamet Tohari.
Dari pemeriksaan terhadap Suyanti, terungkap mobil itu digadaikan di Wonosobo senilai Rp 30 juta.
Dalam sidang, Niken mengingatkan Suyanti karena keterangannya berubah-ubah dan tidak sesuai dengan berita acara pemeriksaan. Apalagi, Suyanti juga mengaku tidak mengetahui siapa saja korban Slamet Tohari selain Paryanto.
”Saudara boleh membantah, keterangan Saudara sudah kami periksa, Saudara sudah disumpah. Yang saya ingin sampaikan, tolong Saudara jujur. Tolonglah kasihan para korban,” kata Niken.
Selain Suyanti, saksi lain yang juga dihadirkan dalam sidang itu adalah Rofik (33), Tiyo (56), dan Tofik (27). Tofik dan Rofik adalah teman bisnis Slamet Tohari dalam jual beli dan gadai kendaraan bermotor.
Keduanya membantu Tohari dalam menggadaikan mobil yang disewa Paryanto dari Sukabumi. Adapun Tiyo adalah orang yang membayar Rp 30 juta untuk mobil tersebut.