Bertambah Jadi 12 Orang, Korban Pembunuhan Dukun Pengganda Uang di Banjarnegara
Korban pembunuhan Slamet Tohari, dukun penggandaan uang, bertambah menjadi 12 orang. Kepolisian masih mendalami kemungkinan temuan lainnya.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·5 menit baca
BANJARNEGARA, KOMPAS — Korban jiwa pembunuhan oleh Slamet Tohari (45), dukun pengganda uang di Banjarnegara, bertambah menjadi 12 orang. Polisi masih mendalami kasus ini. Ahmad Hidayat (28) dari Palembang meyakini bahwa sang kakak, Mulyadi, menjadi salah satu korban pembunuhan ini. Keluarga berharap pelaku dihukum mati.
”Ini adalah hari ketiga, menurut kami, karena hari pertama kami menemukan 1 mayat, kemarin hari Senin ada 9 mayat, kemudian hari ini ditemukan 2 mayat,” kata Kepala Kepolisian Resor Banjarnegara Ajun Komisaris Besar Hendri Yulianto di kebun singkong Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (4/4/2023) sore.
Hendri mengatakan, keterangan tersangka masih berubah-ubah. Untuk dua jenazah terbaru yang ditemukan, menurut Slamet Tohari adalah pasangan suami istri asal Lampung. Namun, kepolisian masih akan mendalaminya.
”Tidak menutup kemungkinan masih ada juga temuan-temuan lagi. Nanti kita tunggu saja,” katanya.
Hendri juga menyampaikan, dari interogasi, tersangka membunuh para korbannya ini sejak 2020. Asal para korban juga masih berubah-ubah, antara lain dari Sukabumi, Palembang, Tasikmalaya, Yogyakarta, Jakarta, dan Lampung. ”Rata-rata mereka ini berdua, suami-istri,” ujar Hendri.
Diberitakan sebelumnya (Kompas, 4/4/2023), dari pemantauan di lapangan, jajaran kepolisian dan sukarelawan tampak mengevakuasi 10 kantong jenazah pada Senin sore sehingga diduga total korban pembunuhan mencapai 11 orang. Data tersebut diralat sehingga pada Senin sore digali 9 kantong jenazah, bukan 10 orang.
Hendri juga mencoba bertanya kepada tersangka bagaimana perasaannya setelah membunuh sedemikan banyak korban. ”Sudah tidak tega sama sekali. Sudahlah, intinya saya menerima menjalani hukuman. Intinya yang sudah, sudah, enggak akan berulang lagi,” ujar Slamet Tohari di depan wartawan.
Seperti diketahui, Slamet Tohari dan Budi Santoso (33) ditangkap Polres Banjarnegara terkait perkara tindak pembunuhan berencana. Kasus ini terungkap atas laporan salah satu anak dari korban bernama Paryanto (53) asal Sukabumi. Paryanto sempat mengirimkan pesan WA kepada anaknya bahwa jika tidak ada kabar hingga beberapa hari, keluarga diminta datang ke Wanasaya bersama aparat.
Dari total 12 jenazah yang telah ditemukan, sembilan jenazah korban pembunuhan oleh Slamet Tohari, dukun pengganda uang, dikuburkan secara massal ke dalam tiga liang lahat di Tempat Pemakaman Umum Desa Balun, Wanayasa, Banjarnegara, Selasa (4/4/2023).
Kepala Unit III Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Banjarnegara Iptu Imam Sanyoto menyampaikan, ada 9 jenazah yang dimakamkan di TPU Desa Balun. ”Ada 3 jenazah berjenis kelamin perempuan dan 6 berjenis kelamin laki-laki. Ada 1 jenazah kemarin sudah dibawa keluarga korban ke Sukabumi,” kata Imam di Tempat Pemakaman Umum Desa Balun, Selasa siang.
Imam menyampaikan, 9 jenazah korban tanpa identitas itu dimakamkan di Balun karena dekat dengan lokasi pembunuhan dan bisa mempermudah penyelidikan lanjut. ”Kami memilih desa ini sebagai tempat pemakaman karena yang paling dekat dengan TKP,” tutur Imam.
Dalam tiga liang lahat di pemakaman itu, tiga peti jenazah berjenis kelamin perempuan dimasukkan dalam satu liang lahat. Kemudian, di liang lahat kedua, dimakamkan 5 jenazah laki-laki dalam masing-masing peti, dan 1 jenazah laki-laki dikuburkan ke liang lahat ketiga atau yang terkecil atau berukuran sekitar 2 m x 1 m.
Keluarga korban
Ahmad Hidayat (28) dari Palembang menyampaikan, Mulyadi (46), sang kakak yang sehari-hari bekerja sebagai developer bangunan dan perumahan, hilang sejak Oktober 2021. ”Kakak saya ketika sampai di sini lalu share lokasi, kemudian seminggu dari situ hilang. Sudah setahun hilang. Saya sudah laporan ke Pak Tohari, tapi dia kabur terus, lapor ke polsek bawa pengacara, tapi mengelak terus,” kata Hidayat saat ikut menghadiri pemakaman jenazah para korban.
Hidayat mengatakan, dirinya tidak mengetahui bagaimana Mulyadi mengenal Slamet Tohari. ”Setahu saya, kakak saya dibawa ke sini oleh seseorang. Dia sudah pernah ke sini sebanyak dua kali. Yang kedua kali membawa mobil Innova dan sampai sekarang hilang,” tuturnya.
Hidayat menyampaikan, dirinya tidak tahu berapa banyak uang yang telah diserahkan kakaknya kepada tersangka. ”Dari keterangan pelaku, Pak Mulyadi termasuk yang jadi korban. Tapi, dari tes DNA belum tahu. Keluarga juga sering mengingatkan supaya jangan percaya pada hal seperti itu karena itu tidak mungkin, mustahil. Mungkin saat itu karena terjerat utang, jadi pikirannya sudah ke mana-mana. Untuk pelaku, tuntutannya kalau bisa hukuman seumur hidup. Kalau tidak, hukum mati karena korbannya terlalu banyak,” katanya.
Pemerintah Kecamatan Wanayasa, perangkat Desa Balun, serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banjarnegara bersama sukarelawan gabungan menyiapkan tiga liang lahat bagi para jenazah korban pembunuhan dukun pengganda uang, Selasa (4/4/2023). ”Ini kejadiannya, kan, warga kami yang membuat seperti ini, masak kami harus menolak. Kita juga memberikan toleransi,” kata Kepala Desa Balun Mohbudiono, Selasa.
Mohbudiono menyampaikan, semua korban dipastikan bukan warga Desa Balun karena tidak ada laporan kehilangan anggota keluarganya. ”Korban tidak ada warga sini,” ujarnya.
Seneh (49), istri dari Slamet Tohari, menikah dengan Tohari selama 25 tahun dan dikaruniai dua anak. Namun, ia mengaku tidak tahu-menahu apa saja yang dilakukan suaminya terkait penggandaan uang.
”Pekerjaan bapak itu serabutan, lah. Tidak jelas. Saya tidak tahu (dukun) itu. Memang ada tamu berkunjung, tapi kalau sudah saya buatkan minum, lalu mengobrol dengan bapak,” kata Seneh saat ditemui di rumahnya di RT 017 RW 004.
Di rumah yang berdinding beton serta memiliki dua tingkat itu, terdapat satu bangunan berukuran 2 meter x 3 meter di sisi depannya. Bangunan bercat biru dan putih ini, menurut Seneh, biasa dipakai suaminya untuk berbincang dengan tamunya.
”Di sana paling sebentar, lalu kembali lagi ke ruang tamu untuk mengobrol,” katanya.
Seneh mengaku, setahun terakhir, suaminya jarang pulang karena diduga selingkuh dengan perempuan lain. Menurut Seneh, dirinya juga kadang kala mengalami KDRT dari suaminya. ”Ya, cuma malu wong suaminya jadi pembunuh, tapi ya malu-malu bagaimana karena saya sendiri memang kurang tahu bagaimananya,” papar Seneh.
Atas kasus yang menggemparkan ini, Camat Wanasaya Sri Wahjuni menyampaikan, pihaknya akan berkoordinasi dengan para perangkat desa untuk lebih hati-hati terhadap adanya orang luar yang berkunjung ke desa.
”Karena selama ini memang desa ini jadi tempat transit sayuran. Jadi, orang dari mana pun itu memang banyak. Ini pusatnya sayuran sehingga banyak tengkulak. Jadi, memang kami susah juga, orang yang sudah merapat di sini berapa hari. Ini ke depan mungkin jadi koreksi saya akan menertibkan lagi pemerintah desa (untuk memantau),” kata Sri.