Empat Hari ”Gunung Sampah” Manado Terbakar, Sampah Baru Tetap Masuk
Memasuki hari keempat, kebakaran gunungan sampah di TPA Sumompo, Manado, belum padam. Saat kabut asap menebal, tumpukan sampah baru tetap dibawa ke sana.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·5 menit baca
MANADO, KOMPAS — Memasuki hari keempat, kebakaran gunungan sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sumompo, Manado, Sulawesi Utara, masih belum dapat dipadamkan total. Sementara kabut asap menebal, tumpukan sampah baru tetap dibawa ke sana dan pemulung tak berhenti bekerja meski berisiko terserang penyakit pernapasan.
Sekitar 8 hektar dari hamparan timbunan sampah seluas 13 hektar di TPA Sumompo tampak hangus pada Rabu (4/10/2023) siang. Asap mengepul deras dari permukaannya dan menyebar ke segala arah, menyelimuti permukiman warga di sekitarnya.
Bara api diduga berada di bawah tumpukan sampah. Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Manado Steven Tairas menduga api terpantik oleh sebuah tabung gas di tumpukan sampah. Api kemudian membesar akibat tingginya kandungan gas metana di dalam tumpukan sampah, ditambah lagi tiupan angin di bawah cuaca yang begitu terik.
Meski demikian, warga sekitar yang berprofesi sebagai pemungut sampah tetap beraktivitas seperti biasa selama empat hari terakhir di tengah kepungan jerubu tebal. Di antaranya adalah Fendi Tome (17) dan mertuanya, Rupli Mokoagow (43). Gubuk mereka terbakar bersama kobaran api dari gunung sampah pada Minggu (1/10/2023) malam.
”Saya lagi sibuk kupas-kupas label botol plastik. Pas balik, ternyata gubuk sudah terbakar, berasap. Akhirnya kami pindah ke rumah tetangga yang agak jauh dari TPA,” kata Fendi, warga Tahuna, Kepulauan Sangihe, yang baru sebulan tinggal di Manado.
Rupli menambahkan, rumah pengungsian mereka cukup aman dari jerubu sehingga napas mereka tidak sesak. Pemerintah juga sudah memberi beberapa jenis bantuan seperti bahan makanan pokok, tetapi belum ada tempat tinggal pengganti. Rupli juga ragu ia akan mendapatkan bantuan serupa karena ia ber-KTP Bolaang Mongondow Utara.
Jun Manambe (51), pemulung lain, bahkan terus mengumpulkan sampah di atas bukit sampah yang dikabuti asap tebal. Ia mengaku tak bisa berhenti bekerja meski sudah empat hari harus menghirup asap demi mengumpulkan tiga sampai lima karung botol plastik yang nilainya Rp 90.000-Rp 100.000 per hari.
”Kalau ditanya sayang diri, sih, sayang. Tapi tidak bisa kalau tidak kerja. Penghidupan kami dari sini. Kalau tidak, mau dapat duit dari mana?” ujar Jun yang tak mengenakan masker ketika ditemui.
Upaya pemadaman
Atto Bulo, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemkot Manado, menyatakan, pihaknya telah membagikan masker dan mengadakan pemeriksaan kesehatan. Warga di sekitar juga diberi air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Wanua Wenang Manado.
Atto menyatakan, sebanyak 14 mobil pemadam kebakaran (damkar) yang diawaki puluhan personel dikerahkan untuk memadamkan api. Mereka dibantu juga oleh empat mobil damkar dari Tomohon, Bitung, Minahasa Utara, dan Pemprov Sulut.
”Jadi, total ada 18 mobil pemadam, kemudian ada empat ekskavator. Ini digunakan untuk membongkar tumpukan sampah, lalu disiram dengan air yang dicampur eco-enzyme. Ini dimaksudkan untuk membungkus gas metana tersebut sehingga api tidak membesar,” kata Atto.
Sekitar pukul 11.00 Wita, anggota dua regu damkar yang mengoperasikan dua mobil hanya duduk-duduk di tengah kepungan jerubu. Josep Tangkuman, Ketua Regu 2 Pos Damkar Kecamatan Malalayang, yang dikerahkan untuk penanganan api di TPA Sumompo, menyatakan mereka harus menunggu kedatangan solar untuk ekskavator.
Total ada 18 mobil pemadam, kemudian ada empat ekskavator. Ini digunakan untuk membongkar tumpukan sampah, lalu disiram dengan air yang dicampur eco-enzyme. Ini dimaksudkan untuk membungkus gas metana tersebut, sehingga api tidak membesar.
”Kami sudah buru-buru dari pos tadi jam 9 pagi. Sampai sini, ternyata belum bisa kerja. Memang perlu ekskavator untuk bongkar (tumpukan sampah), baru disiram air. Kalau cuma disiram di permukaan, tidak akan padam,” ujarnya.
Terkait ini, Kepala Dinas Damkar dan Penyelamtan Manado Supryatna menyatakan tidak ada kendala berarti di lapangan. ”Kalau ada satu ekskavator yang tidak berfungsi, masih ada tiga lainnya,” ujarnya.
Ini senada dengan pernyataan Atto Bulo yang mengetuai tim terpadu penanganan kebakaran TPA Sumompo. ”Sampai saat ini tidak ada kendala. Kami bersinergi dengan semua pihak, termasuk masyarakat. Ada juga tim Manggala Agni dari KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), juga Polda Sulut dan Kodam XII/Merdeka,” ujarnya.
Ia menambahkan, pemadaman ditargetkan tuntas pada hari ini. Ia bahkan menyatakan telah meminta doa dari para tokoh agama dengan harapan akan turun hujan.
Hujan berintensitas sedang sempat turun pada sore hari sekitar 45 menit. Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan hujan akan sangat jarang terjadi hingga akhir Oktober akibat fenomena El Nino.
Pada saat yang sama, tumpukan sampah baru dari seisi kota tetap dibawa ke TPA Sumompo dan ditumpuk di gunungan yang sudah ada dengan metode open dumping. Akan tetapi, tumpukan sampah baru itu ditempatkan di lokasi yang jauh dari titik api.
Soal risiko perluasan kebakaran akibat kebijakan tersebut, Kepala DLH Manado Franky Porawouw menyatakan pihaknya menjalankan arahan Wali Kota Andrei Angouw. ”Lokasi pembuangan sampah di Manado cuma di TPA. Jadi, sampah harus tetap diangkat dan diarahkan ke sana,” ujarnya.
Dengan produksi sampah 450 ton per hari, sampah di TPA Sumompo disebut sudah melampaui kapasitasnya sejak 2018 sehingga hanya bisa dikelola dengan metode open dumping atau ditumpuk di udara terbuka. Akibatnya, Manado mendapat predikat kota terkotor dalam penilaian Adipura oleh KLHK.
Sebagai solusi, Pemprov Sulut telah meminta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat membangun TPA Regional Mamitarang di Wori, Minahasa Utara. Dengan kapasitas 500 ton per hari, TPA itu akan menjadi tujuan akhir sampah dari Manado, Bitung, Minahasa Utara, dan Minahasa.
Namun, hingga kini TPA tersebut belum beroperasi. ”Katanya (Pemprov Sulut) secepatnya. Saya tidak tahu kapan, tetapi secepatnya,” kata Franky.