Karhutla di Kalteng Merembet ke Kebun Warga, Pohon Sawit dan Karet Dilalap Api
Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah mulai merembet ke kebun milik warga. Masyarakat pun merugi karena pohon sawit dan karet milik mereka ikut terbakar.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PULANG PISAU, KOMPAS — Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah mulai merembet ke kebun milik warga. Kondisi itu menyebabkan masyarakat merugi. Di sisi lain, tim pemadam kebakaran terus berupaya menjinakkan api yang sudah terlanjur membesar dan menyebar luas.
Kebakaran yang merembet ke kebun milik masyarakat, antara lain, terjadi di Desa Simpur, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng. Asraf (67), warga Desa Simpur, mengatakan, kebun kelapa sawit miliknya ikut hangus terbakar.
”Hangus semua, enggak ada sisanya lagi sawit kami. Padahal, baru tanam, belum panen. Hanya sisa pohon galam saja di kebun,” kata Asraf, Selasa (3/10/2023).
Pada Selasa pagi, Asraf bersama cucunya, Arifin (19), berupaya menjaga kebunnya agar tidak dilalap api. Namun, api sudah telanjur menghanguskan kebun tersebut.
Asraf menjelaskan, di kebun miliknya yang seluas 1 hektar terdapat sekitar 150 batang pohon sawit. Satu bibit pohon sawit dibeli dengan harga Rp 35.000. Artinya, dari harga bibit saja, kerugian Asraf mencapai Rp 5.250.000.
Jumlah itu belum termasuk pupuk yang harganya Rp 350.000 per 100 kilogram dan biaya tenaga harian untuk menanam sawit. ”(Sawit) itu umurnya baru tiga tahun lebih, belum sempat panen sudah hangus terbakar. Mau harap apa lagi saya ini,” kata Asraf.
Menurut Asraf, api yang membakar kebunnya itu berasal dari desa lain yang berjarak sekitar 5 kilometer. Api emudian menghanguskan lahan bekas proyek pengembangan lahan gambut (PLG) sejuta hektar, lalu merembet ke kebun milik warga Desa Simpur.
Hangus semua, enggak ada sisanya lagi sawit kami. Padahal, baru tanam, belum panen.
Hal serupa juga dialami Vivi (26), warga Desa Simpur lainnya. Di kebun milik Vivi, terdapat 26 batang pohon sawit dan puluhan batang pohon karet yang sudah berusia belasan tahun. Namun, kebun Vivi dilanda kebakaran sehingga pohon karet miliknya tak bisa disadap.
Pohon sawit yang belum berbuah juga hangus terbakar. ”Apa yang mau dipanen, enggak ada apa-apa lagi. Sudah jadi abu semua. Itu malam-malam terbakarnya, pagi diperiksa mau diselamatkan tapi air susah dicari,” kata Vivi.
Api juga melahap kebun sayur dan kebun sawit milik Yuliana (39) di Desa Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren Raya, Pulang Pisau. Yuliana dan suaminya berupaya agar api tidak melahap gedung sarang walet tiga tingkat senilai Rp 350 juta yang berada di dekat kebun.
Mereka menggunakan peralatan seadanya, seperti selang air dan ember, untuk memadamkan api. Untuk menjaga agar kebakaran tak meluas, keduanya bahkan harus menginap di dekat kebun.
Upaya pemadaman itu kemudian dibantu petugas pemadam kebakaran yang tiba di lokasi. ”Tapi sayur sudah hangus semua,” ujar Yuliana yang sehari-hari mengirim sayur ke pasar.
Berdasarkan pantauan Kompas di Desa Tumbang Nusa, Selasa, api mulai tak terkendali sehingga petugas kewalahan memadamkan api. Menjelang hari gelap, petugas menghentikan upaya pemadaman untuk dilanjutkan esok hari.
Namun, sebelum sebelum meninggalkan lokasi lahan gambut yang masih terbakar, petugas membuat batas api dengan cara membasahi lahan yang dibatasi hingga menjadi lumpur.
Sementara itu, di wilayah Kelurahan Kalampangan, Kota Palangkaraya, Kalteng, api yang muncul sejak pagi belum berhasil dipadamkan hingga sore. Para petugas pemadam kebakaran dari berbagai instansi masih berupaya memadamkan api di lokasi tersebut.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng, luas lahan yang terbakar di provinsi itu mencapai 18.058,22 hektar. Selain itu, terpantau 34.320 titik api dan 3.164 kejadian kebakaran di Kalteng.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kalteng Joni Harta menjelaskan, saat ini kualitas udara di beberapa wilayah Kalteng masuk kategori berbahaya. Hal itu terjadi akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang kian meluas.
”Ini perbuatan sengaja dan tidak sengaja dilakukan oknum tidak bertanggung jawab, baik warga maupun perusahaan. Perusahaan ini masih kami telusuri,” kata Joni.