Enam Komodo ”Pulang Kampung” ke Habitat Aslinya di Manggarai
Pelepasliaran enam komodo di Manggarai Barat merupakan hasil konservasi setelah berhasil dikembangbiakkan di Taman Safari Indonesia. Harapannya, enam komodo tetap aman di habitat aslinya.
Enam komodo (Varanus komodoensis) hasil pengembangbiakan Taman Safari Indonesia dipulangkan ke Cagar Alam Wae Wuul Manggarai Barat. Pelepasliaran itu bertema ”ora kobe beo”, komodo pulang kampung, sekaligus mengajak seluruh pihak turut menjaga kelestarian komodo.
Sabtu (23/9/2023) pukul 8.00 Wita. Panas terasa menyengat. Suhu udara mencapai 34 derajat celsius.
Namun, pekarangan SDN Menjaga Desa Macang Tangkar Kecamatan Komodo Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, mendadak ramai. Ratusan warga berbaur dengan para pejabat negeri. Mereka ingin melihat pelepasliaran enam ekor komodo hasil adaptasi dengan lingkungan setempat selama 40 hari.
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Genetika KKHG KLHK Indra Exploitasia mengatakan, keenam komodo itu hasil pengembangbiakan di Taman Safari Indonesia Cisarua. Keenam ekor komodo itu kelahiran 27 Februari 2020, dari hasil komodo jantan, Rangga, dan betina, Rinca.
”Pelepasliaran sebagai bukti bahwa konservasi in situ dapat mendukung konservasi in situ, atau disebut ex-situ linked to in-situ. Komodo yang dilepasliarkan diharapkan dapat meningkatkan populasi di habitat aslinya,” kata Indra.
Komodo akan dilepasliarkan ke Cagar Alam (CA) Wae Wuul yang merupakan habitat aslinya. Pemilihan lokasi itu atas dasar kajian pemetaan genetik, yang memperlihatkan bahwa enam ekor komodo itu memang berasal dari sana.
CA Wae Wuul memiliki luas 1.484 hektar. Berjarak sekitar 15 km dari Labuan Bajo. Ditempuh melalui jalur darat.
Desa Macang Tangkar tidak jauh dari lokasi cagar alam. Padang savana tampak kering berwarna kecoklatan. Memiliki kontur tanah bebatuan, dengan deretan perbukitan. Ketinggiannya sekitar 50 mdpl. Berhubungan langsung dengan Pantai Wae Wuul.
Baca juga: Kajian Hewan Komodo Melibatkan Dosen dari Universitas Nusa Cendana
Di kawasan itu, terdapat sejumlah fauna, antara lain, rusa timor serbagai pakan utama komodo. Berdasarkan hasil analisis lapangan, pakan komodo cukup tersedia di lokasi ini.
Estimasi komodo di Wae Wuul dalam kisaran 21-53 ekor. Enam ekor komodo hasil pengembangbiakan (captive breeding excite) akan bergabung di dalamnya.
Pelepasliaran enam komodo ini juga mendapat dukungan penelitian dari ahli BRIN. Telah memiliki agresifitas keliaran berburu, memakan mangsa, memanjat pohon, kemampuan beradaptasi terhadap cuaca, kemampuan menghindar dari predator, dan insting berburu.
Baca juga: Dilema Minat, Harga, dan Konservasi Komodo
Komodo berstatus dilindungi negara. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 Tahun 2018 mengategorikannya sebagai spesies terancam punah (endangered) dalam daftar merah, IUCN.
Sebelum dilepasliarkan, enam komodo initelah diadaptasikan dengan lingkungan Wae Wuul selama 40 hari di kandang habituasi dalam kawasan CA Wae Wuul. Hasil pantauan memperlihatkan cukup bagus.
Pelepasan dihadiri juga oleh pejabat Balai Besar KSDA Jawa Barat, Balai Besar KSDA Nusa Tenggara Timur, Taman Safari Indonesia (TSI), dan petinggi dari PT Smelting.
Setelah pelespasliaran akan dilakukan monitor secara terus-menerus selama 3 tahun, melalui pemantauan data yang diambil dari GPS telemetri yang telah dipasang pada tubuh hewan itu. Juga pemantauan melalui kamera pantau yang dipasang di lokasi CA Wae Wuul. Hasil GPS sebagai bahan evaluasi guna mengambil langkah penting ke depan, dalam penyempurnaan program.
Baca juga: Pembatasan Kunjungan ke TN Komodo Menuai Protes
Upaya yang dilakukan lembaga konservasi TSI Cisarua sesuai mandat peraturan perundangan. Hal ini diharapkan dapat direplikasi lembaga konservasi lain. Dukungan penuh PT Smelting dalam proses ini juga turut mendorong keberhasilan pelestarian satwa liar.
Keterlibatan Smelting juga sebagai implementasi program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam mengelola perusahaan. Ini bagian dari kepatuhan perusahaan menjaga lingkungan.
Tema pelepasliaran itu, yakni “Ora Kobe Beo”, bahasa setempat, artinya komodo pulang kampung. Menumbuhkan semangat para pihak terutama masyarakat sekitar untuk menjaga dan merawat komodo, demi anak cucu bangsa ini di masa depan.
Adapun keenam komodo itu diberi nama Viktor (mantan gubernur NTT), Satyawan (Dirjen KSDAE), Indra (Direktur KKHSG), Endi (Bupati Manggarai Barat), Jansen (Direktur TSI), dan Sato (Presiden Direktur PT Smelting). Selain di Wae Wuul, komodo juga ada di CA Wolo Thado (4.016 ha), CA Riung (426 ha), dan TWL 17 Pulau di Riung (352 ha).
Hasil monitor dan analisis data ekspedisi komodo di Flores 2015-2018, komodo dapat ditemukan juga di luar kawasan hutan konservasi. Kawasan itu, antara lain, Pulau Longos, Golo Mori, Mburak, Tanjung Kerita Mese, Pota, Baras, Golo Lijun-Buntal (Manggarai Timur), dan Semenanjung Torong Padang (Ngada).
Baca juga: Pengembangan TN Komodo Perlu Melibatkan Masyarakat
EVP Direktur PT Smelting Ryuchi Hasegawa mengatakan telah melepasliarkan sepasang elang jawa, Januari 2023. Keenam komodo yang dikembangbiakan itu bekerja sama dengan TSI. Smelting akan terus berkontribusi dalam konservasi lingkungan hidup, baik fauna maupun flora.
Pendiri sekaligus Direktur Taman Safari Indonesia (TSI), Jansen Manansang, mengajak seluruh pihak agar menjaga dan melindungi komodo demi kelestarian komodo ke depan. Komodo adalah hak kekayaan asli Indonesia yang wajib dijaga dan dilestarikan.
Baca juga: Gili Lawa Taman Nasional Komodo Terbakar
Ia menegaskan, dengan perubahan iklim yang tak menentu, mendorong sejumlah fauna dan flora endemik pun ikut berpengaruh.
Peran serta semua pihak sangat penting sehingga lingkungan dengan keanekaragaman hati di dalamnya tetap bertahan.
Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi mengatakan, tahun 1990 dua ekor komodo dari Wae Wuul dibawa ke TSI di Bogor. ”Hari ini, keenam komodo indukan dari Wae Wuul dibawa pulang ke Manggarai Barat. Tinggal diterjemahkan saja, entah cucu atau keponakan, dan lain-lain,” kata Endi disambuat tawa riuh.
Komodo yang telah dibawa ke luar dari habitat aslinya kini pulang ke habitat aslinya. Binatang komodo hanya ada di Manggarai, tidak ada di tempat lain. Namun belakangan ini, komodo masih dijumpai di daerah lain bahkan di luar negeri.
”Saya harap komodo-komodo itu bisa pulang ke kampung halamannya,” pesan Endi. Saat ini kurang lebih ada 100 komodo di luar NTT.
Menurut legenda Manggarai, manusia dan komodo lahir dari induk yang sama. Komodo dan manusia harus hidup berdampingan. Perlu edukasi kepada anak-anak sekolah dan generasi muda pada umumya agar tetap memperlakukan komodo sebagai sahabat, bukan musuh.
”Dengan adanya komodo ini, wisatawan yang ingin melihat komodo tidak harus ke Pulau Komodo atau Pulau Rinca. Cukup mereka datang ke tempat ini dengan kendaraan mobil atau sepeda motor. Tentu sesuai prosedur,” kata Endi.
Baca juga: Senja Kala Konservasi dan Pariwisata TN Komodo
Pelepasliaran ini sebagai upaya edukasi terhadap generasi muda dan masyarakat terkait pentingnya upaya konservasi komodo sebagai satwa nasional yang dilindungi UU dan pelestarian habitatnya. Telah dilakukan sosialisasi kepada masyarakat, pelajar, dan para pihak terkait, 13 Juni 2023, di Dusun Menjaga Desa Macang Tanggar, Kecamatan Komodo.
Kapolres Manggarai Barat Ajun Komisaris Besar Ari Satmoko berjanji akan mengawal keamanan enam komodo tersebut. Terutama perambahan hutan dan ancaman kebakaran lahan. Masyarakat diajak bekerja sama mengamankan lahan kering di tengah kegersangan saat ini. Tidak hanya demi keamanan komodo, tetapi juga lingkungan secara keseluruhan.
Turut hadir, anggota Komisi IV DPR Julie Laiskodat, BPPHLHK Wilayah Jabalnusra, BPDAS Benain-Noelmina, BRIN, IPB University Bogor, Undana Kupang, BPOLBF, Garuda Indonesia, PT Telkomsel Labuan Bajo, PLN Wilayah Flores Barat, Dinas PKO, dan Yayasan Komodo Survival Program.