Genjot Produksi Pangan, Petani di Aceh Didorong Manfaatkan Teknologi Digital
Para petani di Aceh didorong memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan produksi pangan. Jika produksi pangan naik, laju inflasi diharapkan bisa lebih mudah dikendalikan.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
MEULABOH, KOMPAS — Untuk meningkatkan produksi pangan, pemerintah mendorong para petani di Aceh untuk memanfaatkan teknologi digital. Peningkatan produksi pangan itu sangat penting agar laju inflasi lebih mudah dikendalikan.
”Manfaatkan teknologi agar produksinya bertambah,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh Rony Widijarto Purubaskoro, Selasa (22/8/2023), dalam peluncuran gerakan tanam padi bersama di Desa Paya Lumpat, Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat.
Penanaman padi itu merupakan bagian dari gerakan nasional pengendalian inflasi pangan tahun 2023. Acara itu dihadiri perwakilan Pemerintah Aceh serta Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, Pemkab Aceh Tengah, dan Pemkab Aceh Tamiang.
Rony menuturkan, teknologi menjadi jalan keluar bagi petani untuk menjawab berbagai persoalan. Dia mencontohkan, di daerah yang kekurangan air, petani dapat memanfaatkan pompa untuk memenuhi kebutuhan air terpenuhi.
Rony menyebut, saat ini, teknologi digital juga sudah jamak digunakan oleh petani. Melalui bantuan teknologi tersebut, petani dapat mengetahui kondisi cuaca, potensi hama, hingga rekomendasi penggunaan pupuk.
Dia menambahkan, produksi pangan di Aceh harus ditingkatkan agar inflasi mudah dikendalikan. Menurutnya, pengendalian inflasi dilakukan melalui empat strategi, yakni ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga, dan komunikasi efektif.
Ketersediaan pasokan akan terjamin jika produksi lancar. Oleh karena itu, Rony mendorong petani agar menerapkan pertanian berbasis teknologi agar produksi meningkat.
Salah anggota Kelompok Tani Hasee Olah Tani, Desa Jeulikat, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, Nawawi Usman (45), mengatakan mulai menerapkan sistem digital dalam aktivitas pertanian cabai. ”Kami masih uji coba pada tanaman cabai merah,” katanya.
Saat ini, Nawawi menggunakan alat bernama Jinawi dan Bathara yang membantu mengetahui kondisi cuaca dan jenis penyakit pada radius 1 kilometer. Alat itu merupakan bantuan dari Bank Indonesia Wilayah Kota Lhokseumawe. Selain mendapatkan bantuan alat, mereka juga dilatih cara penggunaannya.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Aceh Mawardi mengatakan, Aceh telah berhasil mengendalikan laju inflasi dari 6,7 persen pada Juli 2022 menjadi 2,02 persen pada juli 2023. Saat ini, angka inflasi Aceh di bawah angka rata-rata nasional, yakni 3,08 persen.
Mawardi menyebut, pengendalian inflasi di Aceh merupakan hasil kerja sama yang erat dari banyak pihak, termasuk komunitas petani. Petani telah berkontribusi dengan berusaha meningkat produksi pangan. Sementara itu, pemerintah memastikan distribusi dan harga yang stabil.
Dia menambahkan, untuk mengendalikan inflasi, Pemerintah Aceh telah meluncurkan tujuh program, antara lain penguatan petani, penyediaan alat mesin pertanian, pengembangan infrastruktur teknologi, subsidi biaya angkut, serta kerja sama dengan pemerintah kabupaten.