Bayang Kriminalitas di Balik Pesatnya Pembangunan Kota Cirebon
Pembangunan Kota Cirebon tidak hanya memacu sektor ekonomi. Ada bayang kriminalitas yang dipicu berbagai kesenjangan.
Pembangunan Kota Cirebon, Jawa Barat, turut menumbuhkan perekonomian setempat. Restoran hingga pusat perbelanjaan bertebaran. Orang dari sejumlah daerah pun berbondong-bondong ke sana. Namun, kerawanan kriminalitas juga membayangi pesatnya pengembangan Cirebon.
Lima pria mengenakan baju tahanan berjalan pelan menuju halaman Markas Kepolisian Resor Cirebon Kota, Kamis (10/8/2023). Salah satunya bahkan menggunakan kruk, alat bantu untuk berjalan, karena kakinya tertembak. Dengan tangan terborgol, mereka hanya bisa menunduk.
Beginilah kondisi kelima tersangka kasus penipuan dan pencurian kendaraan bermotor. Mereka dihadirkan dalam konferensi pers, yang juga disiarkan langsung via media sosial, di hadapan awak media. Sejumlah barang bukti, seperti kunci T dan sepeda motor, pun ditampilkan.
”Terkait tindak pidana pencurian dengan pemberatan, tersangka inisial SN (32) dan S (33),” ucap Kepala Polres Cirebon Kota Ajun Komisaris Besar Rano Hadiyanto.
Baca juga : Memutus Lingkaran Anak Jadi Pelaku Kriminal di Cirebon
Dari pemeriksaan polisi, keduanya menyasar sepeda motor di rumah indekos dan kafe. Mereka mencuri dengan kunci letter T.
Agar tidak dicurigai, tersangka mengenakan jaket ojek daring saat beraksi. Motor hasil curiannya lalu dijual kepada penadah berinisial A (40), warga Krangkeng, Kabupaten Indramayu, yang masih buron. Polisi menduga mereka telah melakukan pencurian di enam lokasi di wilayah Polres Cirebon Kota.
Polisi pun menyinyalir pelaku sebagai jaringan pencurian sepeda motor antardaerah. Apalagi, SN, warga Karangampel, Indramayu, merupakan residivis kasus serupa pada 2021. Ia pernah dipenjara 1 tahun 3 bulan. Adapun S adalah warga Kecamatan Harjamukti, Cirebon.
Baca juga : Kisah Jambret Cirebon dan Hilangnya Sejahtera di Tengah Pembangunan
Kasus ini menambah daftar panjang tindakan kriminalitas di Kota Cirebon. Tidak hanya sindikat pencurian sepeda motor, komplotan pencuri bank juga pernah beraksi di Cirebon. Awal tahun ini, polisi menetapkan empat tersangka dari Bengkulu, Sumatera Selatan, serta Bogor, Jabar.
Tersangka telah mencuri Rp 80 juta milik warga yang baru saja pulang dari bank. Dari pemeriksaan polisi, para tersangka mengaku baru kali ini beraksi di Cirebon. Mereka memilih Cirebon karena di kota itu menjadi pusat perbankan untuk Jabar bagian timur.
Tidak hanya itu, sindikat penipu lintas provinsi pun menyasar kota seluas 39 kilometer persegi tersebut. Pada Juni lalu, polisi meringkus tujuh tersangka asal Sulawesi Selatan berinisial AK, M, R, H, L, A, dan S. Mereka menguras puluhan juta rupiah dari anjungan tunai mandiri korban.
Baca juga : Ambil Rp 80 Juta di Bank, Warga Cirebon Jadi Korban Sindikat Pencuri Lintas Provinsi
Komplotan itu mengaku sebagai pejabat hingga orang Brunei Darussalam yang akan membangun masjid. Mereka mengiming-imingi 10 persen dari Rp 1 miliar uang pembangunan. Namun, setelah mengetahui PIN ATM korban, tersangka menukarnya dengan kartu palsu.
Sindikat ini tidak hanya membagi peran secara detail, tetapi juga menyiapkan deretan kartu ATM palsu. Menurut Kepala Satreskrim Polres Cirebon Kota Ajun Komisaris Perida Apriani Sisera, tersangka M, AK, dan R adalah residivis kasus serupa pada 2017 di salah satu daerah di Sulsel.
”Waktu ditangkap di Bandung, sindikat ini sedang merencanakan aksi keduanya di sana. Tersangka mengincar daerah yang jadi pusat perekonomian,” ujar Perida. Aksi itu berlangsung di sekitar hotel dengan target orang kaya.
Pusat ekonomi
Tidak dapat dimungkiri, Kota Cirebon selama ini menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Jabar timur. Tahun lalu saja, pertumbuhannya mencapai 5,1 persen dibandingkan 2021. Saat ini, terdapat puluhan pusat perbelanjaan, hotel, dan restoran di kota berpenduduk 340.000 jiwa itu.
Kriminalitas pun terjadi di pusat perdagangan tersebut. Pertengahan tahun lalu, misalnya, polisi menangkap MN (34), tersangka pencurian di salah satu mal di Jalan Cipto Mangunkusumo. Warga Tegal, Jawa Tengah, itu mencuri dua telepon seluler, laptop, dan uang Rp 3 juta.
Pelaku beraksi pada malam hari saat kondisi sepi sebelum mal tutup. Ia mengenakan mukena untuk menghilangkan jejak. Dari pendalaman polisi, pelaku telah beraksi hingga belasan kali di sejumlah kota, termasuk Cirebon.
Kasatreskrim kalau malam Minggu nangkepin anak-anak. Di sini (polres) ramai, sudah kayak pasar. Tapi apakah ini cukup? Peran keluarga dan masyarakat juga perlu.
Selain pencurian, kasus tawuran remaja juga mengancam keamanan Cirebon. Ironisnya, kasus yang menelan korban jiwa itu melibatkan pelaku anak berhadapan dengan hukum (ABH). Selama 2021, polisi menangani 20 kasus ABH dengan tersangka mencapai 56 anak.
Jumlah itu menurun dibandingkan 2022 dengan 10 kasus ABH dan 12 tersangka. Artinya, 68 anak berusia di bawa 18 tahun terlibat kriminalitas dua tahun terakhir. Ini belum termasuk lima kasus ABH awal tahun 2023. Kasus didominasi pengeroyokan atau tawuran.
Perida mengatakan, polisi telah berupaya mencegah kriminalitas melalui patroli hingga proses hukum. ”Kasatreskrim kalau malam Minggu nangkepin anak-anak. Di sini (polres) ramai, sudah kayak pasar. Tapi apakah ini cukup? Peran keluarga dan masyarakat juga perlu,” ujarnya.
Baca juga : Puluhan Anak Terlibat Kriminalitas, Polres Cirebon Kota Bentuk Satgas Terpadu
Kesenjangan
Ketua Lembaga Kajian dan Sumber Daya Manusia Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Cirebon Rosidin menilai, pembangunan Kota Cirebon berpotensi memunculkan kasus kriminalitas. ”Ini bisa terjadi karena masalah perut lapar atau ekonomi hingga gap sosial di masyarakat,” ungkapnya.
Menurut dia, pembangunan kerap menghasilkan ketimpangan ekonomi antara si kaya dan si miskin. Tahun lalu, rasio gini Kota Cirebon mencapai 0,468 poin atau lebih tinggi dibandingkan Jabar, yakni 0,417. Semakin tinggi nilai rasio, tingkat ketimpangan juga kian tinggi.
”Ini terjadi karena warga setempat tidak dilibatkan dalam pembangunan. Pemerintah harusnya memastikan investor atau pengusaha melibatkan warga, bukan sebaliknya,” lanjut Rosidin.
Ia juga mendorong aparat keamanan meningkatkan pengamanan di tengah pembangunan Kota Cirebon yang kian pesat. Apalagi, Cirebon termasuk dalam kawasan Rebana, akronim dari wilayah Cirebon, Pelabuhan Patimban di Subang, dan Bandara Internasional Jabar Kertajati.
Rebana merupakan kawasan industri yang meliputi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan, Sumedang, dan Subang. Pemerintah pusat bahkan akan mengucurkan Rp 200 triliun untuk pengembangan Rebana.
”Pengembangan kota atau kawasan ini perlu diimbangi dengan peningkatan kualitas keamanan karena ada potensi kriminalitas. Masalah keterbatasan personel, anggaran, dan yang lain harus diatasi,” ujarnya.
Baca juga : Kemiskinan di Jabar Menurun, Ketimpangan Ekonomi Justru Meningkat