Lulusan Perguruan Tinggi Sulit Cari Kerja di Manado
Ribuan pencari kerja di Manado memperebutkan 1.500-an lowongan kerja yang ditawarkan dalam bursa kerja yang digelar pemerintah kota. Beberapa peserta mengeluhkan terbatasnya kesempatan yang tersedia secara lokal.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·5 menit baca
MANADO, KOMPAS — Ribuan pencari kerja di Manado, Sulawesi Utara, memperebutkan 1.500-an lowongan kerja yang ditawarkan dalam bursa kerja yang digelar pemerintah kota. Beberapa peserta mengeluhkan terbatasnya kesempatan yang tersedia secara lokal sehingga mereka terpaksa mengisi posisi yang tak sesuai kualifikasi pendidikan.
Bursa kerja atau jobfair yang dilangsungkan di atrium mal Manado Town Square 3 selama dua hari itu memasuki hari terakhir pada Jumat (28/7/2023). Menjelang sore, para pencari kerja yang berusia 20-30 tahun masih memadati gerai-gerai 29 perusahaan peserta bursa kerja untuk menyerahkan lamaran dan curriculm vitae (CV) mereka.
Esther Malonda (23), sarjana ekonomi lulusan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), mengatakan, dirinya melamar di lima perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan dan pembiayaan. Ia mengincar posisi layanan pelanggan, administrasi, atau pemasaran yang sesuai latar belakang pendidikannya.
”Untuk job fair ini, saya siapkan surat lamaran, CV, KTP, dan berkas-berkas lain sesuai arahan disnaker (Dinas Tenaga Kerja Manado). Harapannya, bisa dapat gaji yang minimal UMK (upah minimum kota), sekitar Rp 3,3 juta. Kalau lebih, ya, puji Tuhan,” katanya.
Esther telah mencari pekerjaan selama lima bulan sejak diwisuda. Ia merasa cukup sulit mendapatkan kesempatan, pertama, karena kurang pengalaman. Program magang yang harusnya ia jalani pada 2020 tak bisa terlaksana akibat merebaknya pandemi Covid-19. Di samping itu, statusnya yang sudah menikah juga menjadi penghalang.
”Beberapa perusahaan requirement-nya (persyaratannya) itu belum menikah, cari yang lajang. Itu salah satu faktor yang sedikit memberatkan. Jadi, ini (masa pencarian kerja) sudah lumayan lama jika dibandingkan dengan teman-teman lain yang habis lulus langsung dapat kerja,” katanya.
Iqbal Lutfi (30), sarjana arsitektur yang lulus dari Unsrat pada 2017, juga sudah sebulan lebih mencari kerja. Ia baru saja mengakhiri masa kontrak kerja dua tahun sebagai staf pemasaran ritel di salah satu perusahaan minyak dan gas.
Di bursa kerja ini, ia melamar ke empat perusahaan yang membidangi barang konsumen yang bergerak cepat (FMCG) dan pembiayaan. ”Preferensi saya tetap di bidang sales. Memang agak keluar dari jurusan, pengin sesuatu yang baru. Kalau gaji, harapannya minimal Rp 5 juta-Rp 6 juta,” kata Iqbal.
Demi mendapatkan itu, Iqbal mempersiapkan diri untuk wawancara kerja di tempat (walk-in interview) dan memoles desain CV-nya agar lebih menarik para perekrut. ”Cari kerja di Manado itu, sulit atau nda sulitnya relatif. Tergantung gimana kita jemput bola,” katanya.
Lulusan perguruan tinggi adalah kelompok terkecil kedua dalam angkatan kerja di Sulut yang aktif bekerja. Berdasarkan data Pusat Badan Statistik (BPS) Sulut pada Februari 2023, proporsinya hanya 13,48 persen dari 1,23 juta warga Sulut yang bekerja. Angka ini sedikit lebih baik ketimbang lulusan SMK yang hanya 11,33 persen. Sebaliknya, mayoritas penduduk yang aktif bekerja adalah lulusan SD atau lebih rendah, yakni sebesar 31,07 persen.
Hal ini mengindikasikan terbatasnya lapangan kerja bagi lulusan perguruan tinggi sehingga mereka kerap kali menempati posisi yang hanya membutuhkan kualifikasi pendidikan setara SMA atau SMK. Hal ini dibenarkan Yanuar Prihastomo, Koordinator Rekrutmen Cabang dan Pengembangan Karier wilayah Sulut dan Gorontalo untuk PT Sumber Alfaria Trijaya.
Pada gelaran bursa kerja tersebut, perusahaan pemilik swalayan Alfamart itu membuka lowongan di empat bidang, yaitu kru toko, petugas gudang, dukungan teknologi informasi, serta penataan toko. Dua bidang terakhir membutuhkan kualifikasi S-1 atau D-4 arsitektur, teknik sipil, sistem informasi, atau teknik komputer. Namun, kuotanya hanya untuk tiga orang.
Sebaliknya, kru toko dan petugas gudang membutuhkan tenaga kerja berpendidikan SMK atau SMA dalam jumlah ratusan. “Di Manado, banyak (orang berpendidikan) S-1 atau D-3 yang jadi kru toko, jadi kasir. Dari universitas bagus-bagus juga, enggak tahu kenapa. Mungkin lapangan kerja memang sedikit, tapi mereka jadi overqualified,” kata Yanuar.
Meski demikian, rekrutmen bukan perkara mudah di Sulut. Ia mengatakan, para pelamar kerap kali kurang berusaha memenuhi persyaratan yang dibutuhkan, seperti vaksin Covid-19 minimal dua kali serta penyelesaian penunggakan premi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Di samping itu, banyak pekerja yang keluar masuk.
Kami berharap para pencari kerja bisa mendapat kerja yang sesuai passion-nya, sedangkan pemberi kerja bisa mendapatkan talenta sesuai kebutuhannya.
Sementara itu, PT Daya Adicipta Wisesa, perusahaan pemegang lisensi gerai pemasaran sepeda motor, hanya membuka lowongan bagi 14 orang di lima bidang, yaitu petugas pemasaran strategis, pengawas area, petugas berkendara aman, ahli pemrograman, serta eksekutif pemasaran.
Mercy Solang, staf legal di departemen sumber daya manusia perusahaan tersebut, menyebut kuota untuk posisi terakhir berjumlah 10 dengan syarat pendidikan minimal SMA/SMK. Empat posisi lainnya dikhususkan bagi masing-masing satu orang berlatar belakang S1. “Memang kebutuhan sekarang hanya urgent untuk lima posisi itu,” kata dia.
Meski demikian, proses rekrutmen sering menghadapi kendala. Pada berbagai kesempatan, seluruh pelamar tak dapat mencapai nilai minimum tes psikologis yang diterapkan dalam rekrutmen. ”Jadi, kami harus lihat CV-nya lagi, misalnya pelamar punya latar belakang pendidikan atau pengalaman yang relevan. Itu baru bisa kami pertimbangkan,” kata Mercy.
Terkait dengan ini, Wali Kota Manado Andrei Angouw menyebut bursa kerja ini sekadar sebagai pemicu untuk meningkatkan serapan ketenagakerjaan. Apalagi, lowongan yang disediakan hanya 1.500.
”Kami berharap para pencari kerja bisa mendapat kerja yang sesuai passion-nya, sedangkan pemberi kerja bisa mendapatkan talenta sesuai kebutuhannya. Makanya, para pencari kerja harus memanfaatkan kesempatan ini, harus gigih. Etos kerja dan semangat berproduksi harus tinggi,” kata Andrei.
Andrei juga berterima kasih kepada Kementerian Ketenagakerjaan yang terlibat dalam gelaran bursa kerja ini. “Kami ini, kan, pemda, jadi kami kepanjangan tangan dari pemerintah pusat. Rakyatnya sama. Jadi kami bersinergi. Kita perlu (mengadakan bursa kerja), dan Kemnaker juga memang harus melaksanakan tugasnya,” kata Andrei.
Kota Manado kini dikenal sebagai kota pusat jasa di Sulut. Dari produk domestik bruto (PDRB) sebesar Rp 43,92 triliun, hampir seperlimanya berasal dari sektor perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor. Sektor transportasi dan pergudangan menempati posisi kedua dengan proporsi 18,44 persen, diikuti informasi dan komunikasi sebesar 10,24 persen.