Seru dan Sebal Sembilan Jam Berlayar dari Kupang ke Larantuka
Kapal milik PT Pelni menjadi andalan masyarakat bepergian dari Kupang ke Larantuka. Sembilan jam di kapal yang seru. Namun, penjualan tiket kapal masih kurang baik. Tempat tidur yang sama bisa diklaim penumpang berbeda.
Perjalanan dengan kapal milik PT Pelni saat ini menjadi pilihan favorit sebagian masyarakat Indonesia, pemilik negara kepulauan. Murah dan relatif aman sampai di tujuan. Kini, banyak perubahan pelayanan sehingga makin asyik bagi penumpang untuk berlayar.Namun, masih ada beberapa sisi yang perlu terus dibenahi agar kapal menjadi primadona transportasi antarpulau.
Peluit Kapal Motor (KM) Umsini tiga kali berbunyi di Pelabuhan Tenau, Kupang, Nusa Tenggara Timur, Jumat (21/7/2023) dini hari. Suasana di pelabuhan masih gelap. Pertanda kapal hendak berangkat menuju pelabuhan tujuan berikut. Hiruk-pikuk penumpang bergegas naik sambil membawa barang dalam berbagai ukuran. Ratusan manusia memadati pelataran pelabuhan.
Belasan calon penumpang tampak berpelukan dengan anggota keluarga sambil menangis di ujung dermaga kapal. Mungkin saja mereka calon pekerja migran Indonesia ilegal yang hendak mengadu nasib di Malaysia melalui Batam, Kepulauan Riau. Tujuan akhir kapal itu adalah Kijang di Bintan, yang masih di wilayah Kepulauan Riau. Namun, tak terlihat ada anggota Satgas Pencegahan dan Perlindungan Tindak Pidana Perdagangan Orang yang berjaga di pintu masuk pelabuhan.
Sengaja mengambil posisi di kelas ekonomi. Berbaur bersama penumpang kapal, yang rata-rata memiliki ekonomi pas-pasan. Tepatnya di dek empat. Mendapatkan kamar tidur nomor 4/4004G. Mencari posisi kamar itu pun cukup sulit. Harus terus bertanya kepada beberapa penumpang yang menempati setiap bangsal untuk mencapai kamar tujuan.
Baca juga : Gelombang Tinggi di NTT, Kapal Pelni Jadi Andalan
Kamar pun ditemukan setelah 30 menit berlalu. Yang menyebalkan, tempat tidur dengan nomor tertera di tiket ternyata sudah ditempati orang lain. Orang itu mengaku memiliki nomor tiket kamar yang sama walau tidak mau menunjukkan tiketnya. Tujuan keberangkatan penumpang itu Kupang-Makassar. Orang itu enggan berpindah tempat.
Mengalah saja, ketimbang bertengkar. Melapor ke petugas kapal pun tak terlalu membantu. Si petugas menawarkan tempat tidur tingkat dua dengan alasan tempat itu masih kosong. Akan tetapi, mencapai tempat tidur kedua harus naik tangga yang licin dari pipa aluminium setinggi 3 meter.
Lebih aman, kasur di tingkat dua dipindahkan dan dibentangkan di lantai kapal di ruangan kamar itu. Mesti harus sedikit menghalangi lalu lintas orang di dalam kamar. Memori lama berdesak-desakan di dalam kapal muncul kembali. Walaupun kondisinya kini lebih bersih.
Kisah dua penumpang lain di kamar nomor 4/4005H dan 4005I juga mirip. Tempat tidur mereka sudah ditempati orang lain dengan rute Kupang-Tanjung Priok. Yang mengambil tempat mereka itu mengaku telah membayar mahal untuk mendapatkan kasur itu. Lagi-lagi, mereka tidak berani beradu menunjukkan tiket atau menyebut jumlah rupiah yang dikeluarkan.
Baca juga : Kapal Pelni Jadi Tulang Punggung Transportasi Medan-Batam
Tumpang tindih. Berebutan tempat tidur. Penumpang yang mengeluarkan uang lebih cenderung bertindak berani mempertahankan tempat tidur itu. Entah uang lebih yang dimaksud penumpang seperti apa, tidak jelas. Penumpang lain memilih mengalah meski memiliki tiket resmi.
”Saya tidak mau berantem. Lebih baik mencari tempat aman. Meski di lantai kapal. Mendapatkan tempat tidur atau di lantai kapal pun sama-sama tiba di tempat tujuan,” kata Maria Goreti, salah seorang penumpang Kupang-Larantuka.
Kamar-kamar disekat dari dinding tripleks, rata-rata berukuran sekitar 4 meter x 7 meter. Ada lebih kurang 20 kamar. Satu kamar berisi delapan tempat tidur dengan sebagian di antaranya berupa tempat tidur bertingkat. Bagi orang lanjut usia, orang sakit, ibu hamil, dan anak-anak, agak sulit mengakses kasur tingkat. Mereka akhirnya memilih tidur di lantai kapal meski hanya beralaskan kasur atau bahan lain seadanya.
Di tengah kesibukan para penumpang mendapatkan tempat tidurnya, petugas kapal dua kali memberi pengumuman melalui pengeras suara. ”Tidak boleh memperjualbelikan kasur dan tempat tidur. Tempat tidur di dalam kapal gratis bagi penumpang. Duduk sesuai nomor tiket kapal,” kata mereka. Juga, ada beberapa tulisan yang terpajang di dinding kapal dan kasur, seperti ”Dilarang memperjualbelikan tempat tidur, dan menarik uang lebih dari penumpang lain”.
Baca juga : Puncak Mudik, Kapal Pelni Angkut 2.000 Penumpang dari Kupang
Asal sampai ke tujuan
Harga tiket bervariasi, sesuai jarak tujuan perjalanan. Tiket untuk perjalanan Kupang-Larantuka, misalnya, Rp 108.000 per penumpang. Beli di Kantor Cabang PT Pelni Kupang. Loket resmi. Tetapi, ada pula penumpang mengaku mendapatkan harga tiket untuk rute yang sama Rp 170.000 per penumpang. Beli di pihak swasta, yang menjual tiket pesawat dan kapal laut.
Mikael (45), penumpang rute Kupang-Kijang, mengaku mendapatkan tiket ekonomi di dek tiga senilai Rp 720.000 per penumpang. Namun, tempat tidur itu pun sudah diisi penumpang lain. Ia pun mengalah. Memilih duduk (tidur) di lantai kapal dek empat, dekat tangga. Di tempat itu, ia merasa lebih nyaman. Meski orang ramai berlalu lalang.
Hampir di setiap tangga terdapat puluhan penumpang. Mereka tidur di lantai kapal itu, beralaskan tikar, karton, dan bahan lain. Kebanyakan mereka tidak peduli dengan tempat tidur. Asal sudah di dalam kapal bersama barang bawaan dan bisa sampai di tujuan dengan selamat.
Membunuh kejenuhan selama berjam-jam di kapal, setiap penumpang memiliki kesibukan sendiri. Mengobrol, bermain kartu bersama teman, atau memilih tidur bagi yang mendapatkan posisi nyaman. Ada juga yang memilih membunuh waktu dengan jalan-jalan di dalam kapal, duduk dan bersandar di tepi kapal sambil mengamati deburan ombak. Memotret dan mengambil video pemandangan laut. Duduk menikmati kopi atau minuman ringan di kafe dek tujuh sambil mendengarkan musik.
Baca juga : Kapal ASDP Jadi Tulang Punggung Angkutan Logistik di NTT
Penumpang lansia kebanyakan memilih tetap duduk atau rebahan di tempat yang mereka dapatkan selama perjalanan. Mereka tidak bisa ke mana-mana, kecuali ke kamar mandi dan WC. Itu pun diantar penumpang lain. Mereka mengatakan tidak kuat lagi menaiki anak tangga kapal dari dek ekonomi menuju dek yang lebih tinggi. Menikmati keindahan pemandangan laut dan menghirup udara segar disukai, tetapi sukar diakses.
Kapal itu memiliki sembilan dek. Diisi penumpang mulai dari dek dua sampai dek enam. Setiap dek memiliki lebih kurang 200 tempat tidur. Kapasitas penumpang kapal itu sekitar 2.000 orang. Akan tetapi, pada hari tertentu, seperti menjelang Idul Fitri atau Natal, kapal bisa memuat sampai 3.000 penumpang.
Tidak hanya penumpang. Di dalam kapal itu pun terdapat beberapa pedagang makanan ringan, minuman ringan, dan buah-buahan. Berjalan dari dek ke dek, mengitari kumpulan penumpang di setiap bangsal, sambil berteriak menawarkan barang dagangan. Mereka mengikuti rute perjalanan kapal itu selama berbulan-bulan.
Meksi (45) asal Manado, Sulawesi Utara, misalnya, menuturkan sudah enam bulan berjualan minuman dan makanan ringan di dalam kapal. Ia mengantongi surat izin berlayar resmi dari perusahaan PT Pelni. Tidak hanya berjualan, dia sekaligus juga membantu penumpang yang membutuhkan makanan selain yang disiapkan pihak kapal.
Baca juga : KM Bukit Siguntang Disulap Jadi Hotel Apung
Saat ini harga tiket pesawat terus melambung. Pilihan terbaik, kapal Pelni.
Agus Kopong (58), warga Kupang kelahiran Adonara, penumpang tujuan Surabaya, Jawa Timur, mengatakan, kapal milik PT Pelni terus mengalami perbaikan dalam pelayanan. Saat ini, kamar mandi dan WC sudah jauh lebih bersih dan sehat dibandingkan kondisi sekitar 15 tahun silam.
”Kamar mandi dan WC saat ini setiap hari tiga kali dibersihkan petugas. Pagi, siang, dan sore. Demikian pula sampah-sampah, tidak menumpuk seperti dulu. Setiap tong sampah di setiap dek, kalau sudah penuh langsung diangkut. Sampah tidak mengeluarkan bau,” kata Agus.
Tempat (piring) makan pun lebih praktis. Terbuat dari plastik mika. Sekali pakai, langsung dibuang di tempat sampah. Dibandingkan sebelumnya, tempat makan terbuat dari aluminium. Habis makan harus dicuci. Terkadang cuci pun tidak bersih karena terburu-buru.
Ia menambahkan, sejak usia 20 tahun dirinya melakukan perjalanan ke sejumlah tujuan dengan kapal milik PT Pelni. Lebih aman, murah, dan tidak goyang berlebihan saat diterjang gelombang tinggi. ”Saat ini harga tiket pesawat terus melambung. Pilihan terbaik, kapal Pelni,” katanya.
Baca juga : PT Pelni Operasikan KM Umsini
Hanya, penumpang dengan latar belakang berbeda memiliki kebiasaan dan perilaku berbeda pula saat melakukan perjalanan. Membuang sampah sembarangan, tidak memanfaatkan kamar WC secara baik dan benar, dan sering meneguk minuman keras di dalam kapal.
Setelah sembilan jam berlayar, tepatnya pukul 14.00 Wita, KM Umsini bersandar di Pelabuhan Larantuka, Flores Timur. Masalah lain yang dihadapi adalah perilaku porter di pelabuhan ini. Mereka masuk membawa barang-barang calon penumpang baru, bergerak terburu-buru, sebelum penumpang tujuan Larantuka turun. Barang-barang itu pun membentur tubuh penumpang yang hendak turun sampai terjatuh.
Penumpangterpaksa berdiri menunggu sambil memikul barang bawaan yang beratnya bisa sampai 50 kg selama 30 menit. Polisi yang berjaga di tangga naik kapal tak mampu menghadang puluhan porter yang cenderung sesukanya.
Penjabat Bupati Flores Timur Doris Rihi mengatakan terus membenahi perilaku para porter di Pelabuhan Larantuka. Beberapa waktu lalu, tindakan porter itu mendapat protes keras dan penumpang dan masyarakat. ”Sebenarnya sudah dibenahi. Tetapi, jika mereka berulah lagi, tentu akan diambil tindakan yang lebih tegas lagi,” ujarnya.
Sembilan jam berlalu, ada keseruan yang bakal selalu diingat, termasuk beberapa hal menyebalkan di dalam kapal. Semoga saja, kelak pembenahan pelayanan terus dilakukan sehingga makin profesional. Mengarungi birunya laut yang mendominasi Nusantara selayaknya mengasyikkan dan tak terlupakan.
Baca juga : Momentum Benahi Pelayaran di NTT