Pada Jumat pagi, ratusan orang berangkat menggunakan KM Umsini dari Pelabuhan Tenau Kupang.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Angin kencang yang berembus dari arah tenggara menyebabkan gelombang tinggi mencapai 5 meter terjadi di sejumlah wilayah perairan Nusa Tenggara Timur. Demi keselamatan, para penumpang mengandalkan kapal milik PT Pelni karena berukuran besar untuk bepergian antarpulau.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, sepanjang Jumat (21/7/2023) ini kecepatan angin yang mencapai 30 knot atau 55,6 kilometer per jam dari Samudera Hindia berimbas ke NTT. Samudera Hindia berada di selatan wilayah NTT.
Perairan di NTT, yang terdampak adalah selat antara Kupang dan Pulau Rote, Selat Sumba bagian barat, serta Laut Sawu. Tinggi gelombang mencapai 4 meter. Laut Sawu menjadi jalur perairan paling sibuk di NTT. ”Gelombang maksimum bisa mencapai dua kali lipat dari prakiraan,” kata Yudhi Nugraha, prakiraan dari Stasiun Meteorologi Maritim Tenau Kupang, dalam keterangan tertulis.
Khawatir menghadapi gelombang tinggi, sejumlah warga memilih menggunakan kapal berukuran besar. Pada Jumat pagi, ratusan orang berangkat menggunakan Kapal Motor (KM) Umsini dari Pelabuhan Tenau, Kupang. Kapal yang dioperasikan PT Pelni itu memiliki bobot mati 14.501 gros ton dengan angkutan penumpang maksimal 1.737 orang.
Kapal tersebut berlayar menuju Larantuka di Kabupaten Flores Timur dan Maumere di Kabupaten Sikka. Selanjutnya bergerak menuju Pulau Sulawesi, Kalimatan, hingga berakhir di Kepulauan Riau. Kapal akan kembali lagi ke Kupang sekitar 14 hari kemudian.
Thomas Demon (45), penumpang dengan tujuan Larantuka, mengatakan, kapal Pelni selalu menjadi solusi di ketika gelombang tinggi. Keberadaannya sangat membantu mobilitas masyarakat di daerah kepulauan, seperti NTT. Gelombang tinggi biasanya terjadi pada musim barat (Desember-Maret) dan musim timur (Juni-Agustus).
”Hanya memang kapal ini tidak ada setiap hari. Adanya satu kali dalam seminggu. Kami berharap jika memungkinkan bisa ditambah lagi frekuensinya paling tidak sekali dalam seminggu. Rasanya lebih nyaman kalau menggunakan kapal Pelni berukuran besar,” ujarnya.
Selain Pelni, masyarakat NTT juga dilayani kapal milik PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero). Jumlah feri yang beroperasi di NTT sembilan unit dengan ukuran relatif kecil, mulai dari 176 gros ton hingga 1.687 gros ton. Frekuensi pelayaran lebih sering. Setiap lintasan bisa dilayani dua kali dalam sepekan.
Feri ASDP, yang dapat mengangkut penumpang dan kendaraan sekaligus itu, akan lebih dipilih penumpang ketika cuaca teduh atau ketika gelombang laut relatif tenang. Pada tahun 2022, kapal ASDP di NTT melakukan 1.691 kali perjalanan. Total mengangkut 134.502 penumpang, 35.120 kendaraan roda dua, dan 13.646 kendaraan roda empat ke atas.
Sementara itu, sepanjang tahun 2023 hingga Juni, kapal ini total mengangkut 54.431 penumpang, 14.146 kendaraan roda dua, dan 6.056 kendaraan roda empat ke atas. Perjalanan yang sudah dilakoni 747 kali. ”Kalau gelombang sudah di atas 2 meter, itu sudah berisiko,” kata Manager Usaha PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Kupang Andri Matte.
Sebelumnya, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat meminta kepada pemerintah pusat agar NTT perlu diberi bantuan kapal ro-ro yang berukuran lebih besar dibandingkan kapal feri yang beroperasi saat ini. Tujuannya agar kapal tersebut dapat mengangkut lebih banyak kendaraan dan penumpang.
Menurutnya, NTT yang terdiri atas pulau-pulau itu perlu diperkuat sisi transportasi laut sebagai jalur logistik. Banyak hasil komoditas di daerah yang tidak bisa dipasarkan lantaran keterbatasan sarana transportasi.