Ajang Curhat, Adu Gagasan, hingga Kreativitas di Rakernas Apeksi
Rakernas XVI Apeksi yang berlangsung di Makassar, Sulsel, tak sekadar ajang adu gagasan dan kreativitas, tetapi juga melahirkan sejumlah rekomendasi yang dianggap penting untuk perkembangan kota-kota di Indonesia.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·5 menit baca
Rapat Kerja Nasional XVI Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 10-14 Juli 2023 menjadi ajang menumpahkan segala keluh kesah, gagasan, hingga kreativitas. Tak hanya jadi forum curhat para wali kota se-Indonesia, ajang ini juga jadi tempat adu gagasan para bakal calon presiden hingga generasi Z.
Pada Kamis (13/7/2023), rakernas ditutup dengan pembacaan sejumlah rekomendasi dan aspirasi. Di ajang ini pula, tiga bakal capres ditampilkan untuk kali pertama di panggung dan hari yang sama walau berbeda waktu. Ketiganya adalah Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto.
Kepada ketiganya, Ketua Apeksi Bima Arya menyerahkan rekomendasi hasil Rakernas XVI. Harapannya, kelak siapa pun yang menjadi pemimpin negara, akan menjadikan rekomendasi ini sebagai bagian dari program.
Poin rekomendasi ini berisi pesan kunci, isu strategis dan narasi rekomendasi, rekomendasi bersurat dan audiensi kepada menteri dan kepala lembaga, hingga aspirasi dari 98 anggota Apeksi.
Pesan kunci dalam rekomendasi ini adalah konsistensi pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah yang mengakomodasi berbagai keunggulan dan potensi setiap kota (daerah). Selain itu, tantangan dalam menuju Indonesia Emas 2045 yang perlu peta jalan dan strategi yang mengakomodasi kaum muda kreatif perkotaan.
Adapun pada isu strategis dan narasi rekomendasi terdiri atas tiga poin, yakni regulasi, kelembagaan, dan fiskal. Setiap poin berisi sejumlah turunan yang terperinci terkait permasalahan yang selama ini dihadapi para wali kota atau pemerintah kota.
Pada poin regulasi, misalnya, Apeksi mendorong kelengkapan aturan pelaksana dari Perppu Undang-Undang (UU) Cipta Kerja dan UU Hubungan Keuangan Pusat Daerah (pajak, retribusi, dana bagi hasil). Selain itu, kejelasan kewenangan provinsi sebagai wakil pemerintah pusat di daerah.
Untuk kelembagaan, Apeksi mendesak agar dilakukan penguatan dan pendampingan oleh pusat, dalam hal ini tim peningkatan penggunaan produk dalam negeri, untuk percepatan dan peningkatan nilai transaksi. Penguatan dan pembaharuan Balai Latihan Kerja di daerah yang bersifat inklusif, menjawab tantangan kekinian, dan sesuai dengan perkembangan demografi dan teknologi juga jadi poin rekomendasi.
Terkait fiskal, Apeksi meminta dilakukan peninjauan ulang mandatory spending atau pengeluaran wajib daerah karena sudah tidak sesuai dengan postur APBD (gaji/anggaran untuk pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja), anggaran pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Mereka juga meminta penambahan alokasi dana transfer daerah sebagai dampak pergeseran tata kelola keuangan.
Adapun poin rekomendasi bersurat dan audiensi kepada menteri dan kepala lembaga ditujukan kepada Kementerian Dalam Negeri (14 rekomendasi), Kementerian Keuangan (12 rekomendasi), Kementerian PAN dan RB (6 rekomendasi), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (7 rekomendasi), Kementerian Kesehatan (5 rekomendasi), dan Kementerian Koperasi dan UMKM (2 rekomendasi).
Rekomendasi juga berisi aspirasi 98 anggota Apeksi. Salah satu aspirasi yang dibacakan Wali Kota Medan Bobby Nasution berisi 13 poin untuk empat kementerian. ”Rekomendasi ini adalah isu nasional, seperti smart city, stunting, dana kelurahan, pengendalian inflasi, dan ASN honorer,” kata Bobby.
Curhat para wali kota di ajang tahun Apeksi ini beragam. Terbanyak mengeluhkan proses penerimaan peserta didik baru (PPDB) sekolah, termasuk sistem zonasi yang kisruh di banyak kota. Keluhan sama yang muncul adalah, PPDB, terutama tingkat SMA, menyebabkan masalah di kota, padahal kewenangan urusannya ada di provinsi.
Walaupun rakernas ditutup pada Kamis sore, sejumlah rangkaian acara masih berlangsung hingga Jumat (14/7/2023). Pada Jumat pagi, Makassar Investment Forum berlangsung.
Secara keseluruhan, perhelatan tahunan Apeksi ini dihadiri langsung setidaknya oleh 88 dari 98 wali kota di Indonesia. Setiap kota mengirimkan perwakilan untuk ikut di seluruh rangkaian kegiatan.
Konsep acara yang berlangsung di sejumlah tempat juga terbilang kolosal, mulai dari Youth City Changers Camp di Tokka Tena Rata di Kabupaten Maros, gala dinner di Anjungan Pantai Losari, Indonesia City Expo di kawasan Center Point of Indonesia, hingga lokasi rakernas di kawasan Metro Tanjung Bunga. Semua acara dikemas dalam konsep yang ”wah”, meriah, dan kolosal tanpa mengurangi substansi rakernas.
Kami pemuda berharap diberi ruang. Bukan sekadar fisik, melainkan ruang untuk diberi kepercayaan dan kesempatan.
”Saya ingin memberi julukan ’Wali Kota Kolosal’ kepada Wali Kota Makassar sebagai tuan rumah. Semua acara dibuat kolosal dan penuh kreativitas. Seharusnya seperti inilah pemerintah. Inovasi dan kreativitas seharusnya tak terbatas pada birokrasi, tetapi juga dalam mengemas acara,” kata Bima Arya.
Kesan kolosal di antaranya tampak pada ajang kemah pemuda di Tokka. Sebuah bangunan serupa stadion atau koloseum mini dibangun sebagai lokasi acara. Tari kolosal, ajang kreativitas, digelar di tempat ini dan diikuti ribuan anak muda yang datang dari berbagai kota. Peserta terbaik dari acara ini diundang khusus memberi gagasan dan aspirasi pda pembukaan rakernas.
Laila Rahmadini (25), peserta terbaik asal Kota Ternate, Maluku Utara, tampil di panggung di hadapan seluruh wali kota. ”Kami pemuda berharap diberi ruang. Bukan sekadar fisik, melainkan ruang untuk diberi kepercayaan dan kesempatan,” ujarnya.
Dia melanjutkan, ”Kami berharap ada kolaborasi antarsemua pemuda. Bagi kami, ada satu hal yang lebih penting dari sekadar materi, yakni cinta kasih, sambut ide dan kreativitas pemuda dengan tangan terbuka, beri kepercayaan dan kesempatan.”
Bima Arya mengatakan, diikutkannya perwakilan pemuda pada rakernas ini, di antaranya, untuk mendengar gagasan dan ide kreatif mereka untuk perkembangan kota. ”Apeksi tidak hanya bicara hari ini, tetapi hari-hari yang akan datang. Generasi Z harus terbiasa didekatkan dengan permasalahan yang ada saat ini. Mereka juga harus dibiasakan dengan tantangan,” katanya.
Gala dinner yang berlangsung di Pantai Losari juga menjadi acara yang cukup dikagumi. Selain itu, ada pula karnaval budaya yang diikuti seluruh kota di sekitar Pantai Losari. Indonesia City Expo, yang menjadi ajang pameran potensi dan produk unggulan dari berbagai kota, juga dikunjungi banyak warga.
”Acara ini bukan sekadar rakernas, melainkan juga tentang uang berputar. Kami menghitung setidaknya ada lebih Rp 20 miliar uang berputar selama acara ini. Perputaran uang ini berasal dari sekitar 5.000 peserta, 2.500 kamar hotel yang terisi, dan 1.000-an kendaraan disewa. Belum lagi tiket pesawat, kulineran, hingga belanja oleh-oleh. Ini tentu dinikmati oleh masyarakat,” kata Bima.
Wali Kota Makassar M Ramdhan Pomanto mengatakan, segala upaya dilakukan untuk menyukseskan rakernas. ”Sebagai tuan rumah, kami tentu ingin menyambut para tamu dengan layak dan nyaman. Memperkenalkan Makassar, memanggungkan kreativitas, tanpa mengurangi substansi yang ingin dicapai,” katanya.