Gambut Kalimantan Mulai Terbakar
Gambut jadi salah satu faktor utama pemicu bencana asap di Kalimantan. Dampaknya luar biasa. Untuk itu, gambut perlu dijaga agar tetap basah dan terlindungi.
PALANGKARAYA, KOMPAS — Kebakaran hutan dan lahan sudah di depan mata. Gambut-gambut rentan mulai terbakar di seluruh wilayah Kalimantan. Perlu upaya bersama untuk menjaga gambut agar tetap basah dan terlindungi karena sekali terbakar hanya hujan yang mampu memadamkannya.
Dari sejarahnya, lahan gambut selalu menjadi pemicu utama bencana asap di Kalimantan. Bencana itu dimulai dengan proyek lahan gambut 1995, di mana 1,4 juta hektar lahan gambut di Kalimantan Tengah dibuka dan dirusak.
Asap mengganggu aktivitas dan menyebar ke semua pulau di Kalimantan. Saat itu kebakaran diawali dengan hangusnya 37.400 hektar lahan gambut (Kompas, 5 September 1997). Peristiwa serupa berulang pada tahun-tahun berikutnya, terutama pada 2015 dan 2019.
Iber Djamal (82), tokoh adat Desa Pilang, Kabupaten Pulang Pisau, mengingat kembali masa kelam itu. Udara pagi tak bisa lagi dinikmati, bahkan dihirup. Ia harus mengenakan kain basah untuk menutupi wajahnya agar bisa menyaring udara.
”Asap itu menguning, saya sudah sampaikan jauh-jauh hari kalau gambut dirusak begini akibatnya, tapi gak ada yang dengar saat itu. Kalau gambut sudah terbakar, hujan saja yang bisa memadamkannya,” ucap Iber di Pilang, Senin (10/7/2023).
Baca juga: Kabut Asap Mulai Menyelimuti Kalimantan
Tahun ini, pemerintah daerah di seluruh Kalimantan berupaya untuk mencegah kebakaran di lahan gambut dengan berbagai upaya. Pemerintah daerah kemudian menetapkan status siaga darurat bencana karhutla sejak BMKG memprediksi kemarau tahun ini lebih panas dari kemarau tahun-tahun sebelumnya.
Kalau gambut sudah terbakar, hujan saja yang bisa memadamkannya.
Status tersebut diambil karena memang titik api mulai bermunculan. Di Kalimantan Selatan, sampai dengan Rabu (5/7/2023), tercatat ada 108 kejadian karhutla di Kalsel dengan luas mencapai 232,7 hektar. Dari 108 kejadian karhutla, ada 54 kejadian di Banjarbaru, 32 kejadian di Tanah Laut, dan 11 kejadian di Banjar. Adapun jumlah titik panas sebanyak 2.558 titik.
Di Kalteng, selama 2023 terjadi 334 kejadian kebakaran dengan total luas terbakar mencapai 723,40 hektar. Kabupaten Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, dan Pulang Pisau menjadi wilayah dengan kejadian kebakaran paling banyak.
Baca juga: Kalsel Dapat Bantuan Helikopter untuk Penanggulangan Karhutla
Sementara di Kalimantan Barat, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Barat, terdapat 2.329 titik panas dengan total luas terbakar 4.172,27 hektar pada Januari-Juni 2023. Titik api tersebar di 14 kabupaten/kota, kabupaten dengan kebakaran terluas, yakni Kabupaten Kubu Raya, yaitu 1.362,07 hektar.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Provinsi Kalteng Ahmad Toyib mengungkapkan, sebagian besar lahan terbakar adalah lahan gambut. Sementara lahan mineral lebih sedikit dan lebih mudah dipadamkan.
”Sebagian besar gambut dan kesulitannya akses masuk yang jauh dari jalan sehingga tidak terjangkau tim darat,” ucap Toyib.
Kebakaran juga bisa berdampak ke wilayah ibu kota Nusantara yang sedang dibangun di Kaltim.
Baca juga: 100 Hektar Hutan Gambut di Kubu Raya Terbakar
Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Otorita IKN Myrna A Safitri mengatakan, tiga lokus yang perlu diperhatikan untuk menjaga, yakni di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN yang saat ini sedang dikerjakan.
”Kedua, di Taman Hutan Raya Bukit Soeharto yang kita tahu sebelumnya beberapa kali terjadi kebakaran hutan dan lahan. Dan ketiga, pada area di luar dua wilayah tersebut yang diketahui sebagai area rawan terbakar,” kata Myrna yang juga mantan deputi BRG RI.
Untuk menjaga gambut tetap basah, pemerintah membangun berbagai infrastruktur melalui Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) RI. Deputi Bidang Konstruksi, Operasi, dan Pemeliharaan BRGM Tris Raditian menjelaskan, selama pelaksanaan restorasi gambut sejak 2017-2022, BRGM memfasilitasi pembangunan sekat kanal sebanyak 7.785 unit, 14.087 unit sumur bor di seluruh Indonesia.
Baca juga: Hadapi El Nino, Otoritas IKN Antisipasi Kebakaran Hutan dan Lahan
BRGM bakal membangun 4.157 unit sekat kanal dan 11.785 unit sumur bor di hamper seluruh wilayah Kalimantan. Pelaksanaan pembangunan melalui mekanisme penugasan dan tugas pembantuan oleh pemerintah provinsi.
Tris mengaku, pihaknya melakukan pemeliharaan infrastruktur tersebut secara rutin dengan cara pemeliharaan untuk infrastruktur yang rusak berdasarkan penilaian efektivitas. Pihaknya memastikan jika infrastruktur itu masih berfungsi dan dipelihara.
”Tahun 2023 ini, BRGM berencana akan melakukan penambahan pembangunan sekat kanal di (7) tujuh provinsi target BRGM sejumlah 349 unit,” ucap Tris.
Selain memastikan infrastruktur berjalan baik, Tris melanjutkan, pihaknya juga memantau kerawanan karhutla melalui pemantauan Tinggi Muka Air (TMA) yang sampai dengan tahun 2022 telah terpasang 153 unit alat pantau. ”Data tersebut diterima secara realtime, diolah lalu dilaporkan tingkat kerawanan karhutla tiap dua minggu dan disampaikan kepada pemerintah daerah,” ujarnya.
Upaya bersama menjaga gambut dan lahan terbakar dilakukan di tiap daerah di Kalimantan. Di Kalbar, pemerintah melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC). Sebanyak 26.280 kg bahan semai yang ditaburkan di langit Kalbar selama periode tersebut menggunakan pesawat Cessna.
Di Kalsel, menurut Sekretaris Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) Kalsel Murakhman Sayuti Enggok, pihaknya juga fokus pada wilayah kesatuan hidrologis gambut (KHG) yang rentan terbakar. Dari total empat KHG ada penambahan satu KHG di Kalsel pada 2021, yaitu KHG Sungai Maluka-Sungai Martapura, yang mencakup wilayah Kabupaten Tanah Laut dan Kota Banjarbaru. ”KHG Maluka-Martapura menjadi program prioritas kegiatan restorasi gambut di Kalsel pada 2023,” ujarnya.
Sayuti menuturkan, lahan gambut di sekitar Bandara Internasional Syamsudin Noor kini masuk dalam KHG Sungai Maluka-Sungai Martapura. Sebelumnya, lahan gambut di sekitar bandara tidak masuk KHG sehingga tidak bisa diintervensi dengan program 3R, yaitu rewetting (pembasahan kembali), revegetation (penanaman kembali), dan revitalization (peningkatan kesejahteraan).
Wilayah kesatuan hidrologis gambut (KHG) di Kalimantan menjadi fokus pemerintah melakukan intervensi dengan restorasi gambut. Kawasan ini juga merupakan kawasan yang memiliki fungsi lindung juga budidaya. Sayangnya, kawasan ini masuk kawasan paling rentan terbakar.
Koordinator Nasional Pantau Gambut Lola Abas mengungkapkan, dari analisis satelit yang dilakukan pihaknya, Kalimantan memiliki total luas KHG mencapai 8.030.733,38 hektar dengan total wilayah yang sangat rentan terbakar (high risk) mencapai 1.882.118,2 hektar dan lahan berpotensi (medium risk) 3.834.916,28 hektar. Sisanya dinilai memiliki potensi yang rendah.
”Merusak gambut itu mudah, seminggu dibakar saja bisa rusak. Tetapi, memulihkannya butuh ribuan tahun,” ucap Lola.