Sudah Lima Hari, Lebih dari 100 Hektar Hutan Gambut di Pesisir Selatan Terbakar
Kebakaran hutan melanda hutan gambut di Kecamatan Silaut, Pesisir Selatan, Sumbar, lima hari terakhir, diduga akibat pembukaan lahan sawit baru oleh warga. Api belum bisa dipadamkan.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
DOKUMENTASI DISHUT SUMBAR
Api membakar hutan gambut di kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) di Kecamatan Silaut, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Rabu (24/5/2023). Kebakaran diduga sengaja dilakukan warga untuk membuka lahan baru kebun kelapa sawit.
PADANG, KOMPAS — Kebakaran melanda hutan gambut di Kecamatan Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, lima hari terakhir, diduga akibat pembukaan lahan sawit baru oleh warga. Luas hutan dan lahan yang kebakaran diperkirakan sekitar 100 hektar. Hingga kini api belum dapat dipadamkan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pesisir Selatan Doni Gusrizal, Jumat (26/5/2023), mengatakan, kebakaran terjadi di daerah Pasir Janjang, Kecamatan Silaut. ”Diperkirakan api membesar, dari awalnya tiga titik menjadi enam titik. Ini juga akibat jauhnya titik lokasi dan tidak ada akses jalan. Di samping itu, musim panas ini jarang ditemukan sumber air,” kata Doni ketika dihubungi dari Padang.
Kecamatan Silaut merupakan daerah paling selatan Provinsi Sumbar yang berbatasan dengan Provinsi Bengkulu. Pusat kecamatan ini berjarak 170 kilometer dari Painan, ibu kota Pesisir Selatan, dan sekitar 260 kilometer dari Kota Padang, ibu kota Sumbar.
Adapun kawasan yang kebakaran merupakan hutan gambut dan lahan masyarakat. Lokasi itu bersebelahan dengan lahan perkebunan sawit milik PT Sapta Sentosa Jaya Abadi.
DOKUMENTASI BPBD PESISIR SELATAN
Petugas berupaya memadamkan api yang membakar hutan gambut di kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) di Kecamatan Silaut, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Rabu (24/5/2023).
”Kebakaran ini diperkirakan akibat masyarakat membuka lahan baru. Mungkin akan dijadikan kebun sawit. Daerah Silaut ini memang kawasan perkebunan kelapa sawit,” ujar Doni.
Menurut Doni, luas hutan dan lahan yang terbakar diperkirakan lebih dari 100 hektar. Tim gabungan dari berbagai instansi tingkat provinsi ataupun kabupaten, seperti BPBD, dinas kehutanan, TNI, Polri, dan kecamatan, sedang berjibaku memadamkan api.
”Yang bisa kami lakukan sekarang pemadaman secara manual. Kami menggunakan pompa apung di permukaan air. Cuma, karena air sulit di sana, kadang pompa ini tidak bisa kami fungsikan. Kami juga sudah koordinasi dan melapor ke BNPB,” ujarnya.
Selain karena sulitnya sumber air dan akses ke lokasi, Doni menyebut, sulitnya pemadaman api juga karena lokasi terbakar merupakan tanah gambut. Di samping itu, juga sedang musim kemarau, sudah tiga hari hujan tidak turun.
DOKUMENTASI DISHUT SUMBAR
Api membakar hutan gambut di kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) di Kecamatan Silaut, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Rabu (24/5/2023). Kebakaran diduga sengaja dilakukan warga untuk membuka lahan baru kebun kelapa sawit.
”Kebakaran menimbulkan polusi udara. Namun, lokasinya masih jauh dari permukiman. Warga masih aman dari kabut asap,” ujarnya.
Doni menambahkan, Kecamatan Silaut dan beberapa kecamatan lainnya, seperti Inderapura, Basa Ampek Balai Tapan, dan Lunang, memang rawan mengalami kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat kemarau.
”Kami jauh-jauh hari sudah menginstruksikan ke kecamatan dan nagari agar warga tidak membuka lahan dengan membakar, apalagi cuaca ekstrem menurut BMKG berlangsung hingga Juni. Kami harap warga menjaga ini. Kalau kebakaran seperti ini, sulit memadamkan api, terutama di lahan yang jauh dari sumber air,” ujarnya.
Fokus pemadaman
Secara terpisah, Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yozarwardi Usama Putra mengatakan, lokasi kebakaran merupakan hutan gambut yang diperkirakan masuk kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK).
DOKUMENTASI DISHUT SUMBAR
Api membakar hutan gambut di kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) di Kecamatan Silaut, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Rabu (24/5/2023). Kebakaran diduga sengaja dilakukan warga untuk membuka lahan baru kebun kelapa sawit.
”Kami masih fokus ke pemadaman. Tetapi, ada kemungkinan kebakaran itu karena unsur kesengajaan. Yang jelas, cuaca kan panas pengaruh El Nino, ada bahan bakaran, ada sumber api, maka terbakarlah,” kata Yozarwardi.
Yozarwardi menjelaskan, titik panas (hotspot) di Pesisir Selatan mulai terpantau pada 22 Mei 2023 sebanyak tiga titik. Dinas kehutanan memerintahkan kepada petugas kesatuan pengelolaan hutan (KPH) setempat untuk mengecek apakah ada titik api atau tidak.
Kami masih fokus ke pemadaman.
Petugas pun menemukan titik api di lapangan. Dinas kehutanan berkoordinasi dengan BPBD Pesisir Selatan. Sehari kemudian, brigade karhutla diturunkan bersama BPBD, TNI, dan Polri untuk memadamkan api.
”Sekarang kekuatan banyak di sana untuk pemadaman. Ada KPH, BPBD provinsi dan kabupaten, TNI, dan Polri. Hari ini kami juga mendapat bantuan 11 personel manggala agni (Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Karhutla Wilayah Sumatera) dari Tebo, Jambi,” katanya.
KOMPAS/YOLA SASTRA
Kepala Dinas Kehutanan Sumatera Barat Yozarwardi Usama Putra berbicara di hadapan jurnalis di Kota Padang, Sumbar, Jumat (23/12/2022).
Yozarwardi mengimbau warga agar tidak membuka lahan dengan membakar karena berdampak pada kerusakan ekosistem dan lingkungan. Kabut asap yang ditimbulkan juga menimbulkan penyakit.
”Warga yang membakar secara sengaja juga bisa dipidana. Kami minta kabupaten/kota cegah karhutla. Sinergi para pihak perlu untuk menjaga agar jangan sampai terjadi kebakaran,” ujarnya.