Wisata literasi bisa menjadi pilihan masyarakat memanfaatkan masa liburan sekolah. Di antaranya dengan berkunjung ke perpustakaan dan museum.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·4 menit baca
Anak-anak bersemangat sewaktu Rahman mengajak berlibur. Namun, tempat yang dituju tak seperti biasanya. Mereka akan berwisata literasi. Seperti apa gerangan?
Kamis (6/7/2023) pagi, sebanyak 12 anak telah berkumpul di Taman Baca Atap Rumbe yang berada di Desa Jambi Tulo, Maro Sebo, Muaro Jambi. Kakak pembimbing, Rahman, mengantar mereka ke Perpustakaan Kota Jambi yang berjarak 40-an kilometer.
Setibanya di sana, telah berkumpul puluhan anak dari taman dan rumah baca se-Jambi. Mereka merupakan anak-anak didik para sukarelawan yang tergabung dalam Forum Pegiat Literasi Jambi (FPLJ).
Selain dari Atap Rumbe, ada pula Rumah Baca Kakita, Taman Bacaan Merah Muda, Taman Baca Legok, dan adik-adik panti asuhan binaan Sahabat Ilmu Jambi. Para Duta Bahasa Jambi turut mendampingi.
Memasuki gedung, pemandangan ramah anak menyambut mereka di sudut kiri di lantai satu perpustakaan. Di situlah ada tempat baca khusus anak-anak. Ruangannya lapang dan terdapat sejumlah tempat duduk bantal. Cocok untuk membaca sambil bersantai.
Sekeliling ruangan itu penuh deretan rak berisi buku bacaan anak. Meskipun ruangan terbilang luas, terasa langsung penuh karena ada sekitar 100 anak berkumpul.
Pegiat literasi memanfaatkan tempat itu agar anak-anak berbaur dan mendengarkan cerita edukasi dari Cut Citra dari Kampung Dongeng. Mereka lalu diajak berkeliling perpustakaan untuk melihat beragam koleksi. Tur mini itu dipandu petugas perpustakaan setempat.
Ada setidaknya 47.000 buku tersebar pada tiga lantai, mulai dari tempat baca anak dan umum. Ada pula di ruang ensiklopedia, ruang buku digital, ruang baca braille, ruang kliping, dan sudut baca Bank Indonesia. Pemandangan tersebut membuat anak-anak berdecak kagum.
“Selama ini belum pernah ke perpustakaan, ternyata di dalamnya menarik,” ujar Kimong dari Taman Baco Atap Rumbe.
Lain lagi dengan Hafis, Tika, dan Naya dari Kakita, yang telah sering berkunjung ke perpustakaan itu. “Kalau ingin baca buku, singgah kemari sama kawan-kawan. Soalnya rumah kami tak jauh dari sini,” kata Naya.
Kepala Bidang Pembinaan Perpustakaan Kota Jambi Dian Ekawati mengatakan, koleksi buku di sana bisa dipinjam hingga 100 buku per tiga bulan. Syaratnya cukup dengan membuat surat pengajuan.
“Buku-bukunya akan bisa dibawa pinjam selama tiga bulan, sehingga bisa menambah bahan bacaan untuk adik-adik di taman baca,” ujarnya.
Layanan pinjam buku hingga 3 bulan menjadi peluang bagi tumbuhnya taman bacaan masyarakat yang minim modal buku. Cukup dengan pinjam, taman baca bisa tetap hidup dan kaya buku.
Selain buku bacaan cetak, tersedia pula buku digital yang juga bisa diakses gratis melalui playstore. Koleksi bukunya mencapai 3.000-an.
Menjelang siang, anak-anak beranjak pulang. Salah seorang petugas membagikan buku kepada perwakilan FPLJ. Buku-buku itu merupakan donasi dari warga Jambi. “Kami sortir yang layak baca untuk dibagikan,” kata Dian. Ia berpesan agar buku-buku itu untuk dibagikan ke sejumlah taman baca.
Museum
Kunjungan pun berlanjut ke Museum Siginjai hanya berjarak dua kilometer dari perpustakaan. Kepala seksi (Kasi) Bimbingan dan Publikasi Museum Siginjai, Krisviorini memperkenalkan singkat perihal koleksi dalam museum yang memiliki tiga lantai itu.
Pada lantai I terdapat berbagai peninggalan sejarah kepurbakalaan dana lam. Adapun, lantai II diisi ada beragam peralatan tradisional untuk keseharian masyarakat Jambi di masa lampau. Mulai dari peralatan berburu di hutan, menangkap ikan, pengolahan hasil panen, hingga peralatan rumah tangga berupa anyaman. Sedangkan pada lantai tiga berisi koleksi ragam budaya dan seni tradisi Jambi.
Museum Siginjai memiliki kurang lebih 8.000 koleksi, termasuk yang berupa titipan dan hibah dari masyarakat. Kepala seksi Bimbingan dan Publikasi Museum Siginjai, Krisviorini, mengatakan untuk memantik masyarakat tertarik berkunjung ke museum, kegiatan yang melibatkan warga diperbanyak. Misalnya, dengan menggelar lomba permainan tradisional, lomba menganyam, parade batik, atau sejumlah pelatihan yang berkaitan dengan seni tradisi.
Untuk pertama kalinya wisata literasi digelar. Tujuannya untuk memanfaatkan masa liburan akhir tahun ajaran lebih berkesan.(Masyita Rasyid)
Alhasil, program-program itu memantik tingkat kunjungan naik, khususnya pada anak sekolah. “Museum ingin menjadi lebih menarik untuk dikunjungi bagi masyarakat,” ujarnya.
Usai melihat seluruh koleksi museum, rombongan anak dibawa ke kebun belakang museum. Di kebun yang luas itu, mereka bermain seru. Sejumlah permainan tradisional digelar. Menjelang sore, mereka pun pulang.
Sekretaris FPLJ, Masyita Rasyid mengatakan, untuk pertama kalinya wisata literasi digelar. Tujuannya untuk memanfaatkan masa liburan akhir tahun ajaran lebih berkesan. Di Jambi, pilihan untuk berwisata tak banyak. Alhasil, warga hanya memanfaatkan waktu senggangnya jalan-jalan ke mal.
Program wisata literasi diharapkan dapat membuka mata publik bahwa ada banyak pilihan berwisata cerdas. Rupanya, perpustakaan dan museum bisa menjadi pilihan.