Gairah Membaca di Taman Kota
Di tengah lesunya tingkat literasi bangsa, gairah membaca buku masih terasa di taman kota. Perpustakaan mini dan lemari buku di taman-taman Ibu Kota memudahkan warga mengakses bahan bacaan guna membuka "jendela dunia".

Pengunjung memilih buku yang akan dibaca di Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Jakarta Selatan, Senin (24/4/2023).
Taman Literasi Martha Christina Tiahahu di Jakarta Selatan masih sepi saat Alvaro (15) dan tiga temannya tiba di sana, Senin (24/4/2023) pukul 09.00. Empat sekawan itu baru saja bersepeda sejauh 8,5 kilometer dari sekolah mereka di SMA Katolik Sang Timur Jakarta.
Setelah raga bugar sehabis berolahraga, mereka tak lupa menyegarkan pikiran dengan membaca. Letih menggowes sepeda sudah reda usai istirahat sekitar 15 menit di bangku taman.
Masuk ke perpustakaan berdinding kaca, keempatnya langsung berpencar membidik buku sesuai selera. Alvaro memilih novel fiksi berjudul “Magical Tales of Gandaloka: Welcome to The Fandom”. Mereka pun larut dengan bacaan masing-masing.
Buku sangat penting bagi anak-anak. Dengan membaca buku, mereka bisa mengenal dunia dan membangun mimpinya.
“Membaca di taman ini asyik, suasananya tidak kaku. Berbeda dengan perpustakaan formal di gedung-gedung tertutup. Di sini tidak ada ketakutan harus membaca berlama-lama,” ujarnya.

Pengunjung membaca buku di Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Jakarta Selatan, Senin (24/4/2023).
Pagi itu, Alvaro membaca selama 45 menit. Ia memang tidak berencana membaca buku itu hingga tuntas, tetapi hanya beberapa bab. Begitu juga dengan tiga rekannya, Cornelius (15), Ferdinand (16), dan Raymond (18).
Selama membaca, matanya sesekali melirik memantau situasi di luar. Dari dalam perpustakaan, terlihat jelas suasana taman dengan hijau pepohonan. Tampak juga kereta moda raya terpadu (MRT) yang melintas menuju dan dari Stasiun Blok M BCA.
Meski terletak di pinggir jalan, suara kendaraan dari luar tidak begitu terdengar di dalam perpustakaan. Pengunjung pun bisa membaca dengan tenang.
Baca juga : Literasi Rendah, Ketersediaan Buku Sesuai Minat Siswa Minim
“Tempatnya sangat strategis. Seharusnya buku-buku disebar di tempat seperti ini. Di era sekarang, orang ingin membaca bukan hanya di perpustakaan, tetapi di segala tempat,” jelasnya.

Suasana perpustakaan di Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Jakarta Selatan, Senin (24/4/2023). Perpustakaan di taman itu mempermudah masyarakat mengakses bahan bacaan sehingga diharapkan meningkatkan minat baca.
Tiga jam berselang, Taman Literasi Martha Christina Tiahahu semakin ramai. Hingga pukul 12.00, lebih dari 50 pengunjung yang singgah ke tempat itu. Jumlah itu relatif ramai mengingat saat ini masih masa cuti Lebaran.
Rata-rata pengunjung di hari kerja sekitar 100 orang. Sementara saat akhir pekan bisa lebih dari 300 orang.
Koleksi buku di perpustakaan itu pun beragam. Selain buku fiksi, juga tersedia buku anak, sejarah, geografi, antropologi, agama, seni musik, jurnalistik, teknologi informasi, kesehatan, bisnis, dan ilmu memasak. Pengunjungnya pun terdiri dari semua kelompok usia, mulai anak-anak hingga lansia.
Baca juga : Mengurai Benang Kusut Krisis Literasi
Buku bergambar dan komik menjadi incaran pengunjung anak. Satu di antaranya, Rasya (9), yang lebih dari satu jam membuka halaman demi halaman komik anak berjudul “Keluarga Lalala”.

Pengunjung memilih buku yang akan dibaca di Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Jakarta Selatan, Senin (24/4/2023).
“Suka baca buku yang ada ceritanya, seperti komik dan novel. Penginnya perpustakaan seperti ini dibuat di banyak tempat. Jadi, saat jalan ke luar rumah bisa mampir untuk membaca,” jelasnya.
Rasya ditemani ibunya, Imelda (50), untuk memilih buku bacaan. Imelda pun ikut membaca beberapa buku, salah satunya tentang memasak.
Menurut Imelda, membaca buku bukan hanya penting untuk menambah wawasan. Namun, juga menjauhkan anak dari dampak negatif akibat terlalu sering menggunakan gawai.
Baca juga : Membaca Buku, Investasi Murah Menyongsong Masa Depan Anak yang Cerah
“Anak saya suka terlalu lama nonton kartun di televisi dan terkadang juga di handphone. Hal itu membuatnya suka menyendiri dan kurang bersosialisasi. Dengan mengajaknya membaca di ruang publik, dia mulai berani dan percaya diri berinteraksi dengan orang lain,” jelasnya.

Imelda berharap, perpustakaan di taman-taman kota terus ditambah. Namun, topik bacaannya perlu disesuaikan sehingga menarik minat pengunjung untuk membacanya, khususnya anak-anak.
“Buku sangat penting bagi anak-anak. Dengan membaca buku, mereka bisa mengenal dunia dan membangun mimpinya. Jadi, sudah sepatutnya buku diletakkan di tempat-tempat strategis agar mudah dijangkau,” katanya.
Berjarak sekitar 8 km dari Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Agung (23) berjalan kaki menuju lemari berbentuk trapesium di tengah Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Lemari itu berisi puluhan buku yang dikelola oleh Bookhive, perpustakaan bersama yang tersebar di sejumlah taman di Jakarta.
Baca juga : Perkaya Bahan Bacaan di Daerah dengan Penulis Lokal
Lelaki asal Bekasi, Jawa Barat, tersebut mengambil novel berjudul “Lelaki Tua dan Laut” karya Ernest Hemingway. Kemudian ia duduk di bangku taman dan membacanya dengan suara pelan.

Sejumlah pengunjung beraktivitas di di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (24/4/2023). Di taman itu terdapat buku Bookhive yang mempermudah masyarakat mengakses bahan bacaan sehingga diharapkan meningkatkan minat baca.
Rindang pohon meranti menangkal terik matahari yang menyengat Jakarta siang itu. Agung pun bisa membaca buku tanpa berpanas-panasan.
“Niatnya ke Jakarta mau jalan-jalan saja. Namun, cuacanya lumayan panas. Berteduh di taman ini, ternyata ada lemari buku yang bagus. Jadi, baca sebentar untuk mendinginkan kepala,” ujarnya diikuti tawa.
Bookhive didirikan oleh Farid Hamka (28) pada April 2021. Bermula dari meletakkan kotak buku di depan rumahnya di Taman Situ Lembang, kini Bookhive telah menyebar di beberapa tempat di Jakarta, seperti Taman Banteng, kawasan Kota Tua, Taman Jogging di Kelapa Gading, Taman Spathodea di Jagakarsa, dan Taman Literasi Martha Christina Tiahahu.
Pengunjung tidak hanya bisa mengambil dan membaca buku dari lemari Bookhive. Dengan konsep berbagi sumber bacaan, pengunjung pun bisa menitipkan bukunya di lemari tersebut.
Tantangan literasi
Tumbuhnya minat baca di ruang publik mengapungkan harapan untuk mendongkrak literasi bangsa yang masih sangat rendah. Hal ini tergambar dari hasil survei Program for International Student Assessment (PISA) 2018 yang menyebutkan kemampuan membaca siswa Indonesia di urutan ke-71 dari 76 negara

Berdasarkan Asesmen Nasional 2021, satu dari dua peserta didik di Indonesia belum mencapai standar kompetensi minimum literasi. Sejumlah catatan statistik tersebut menunjukkan tantangan literasi di Tanah Air yang tidak gampang.
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando menyebutkan, satu buku di Indonesia ditunggu oleh 90 orang. Padahal, menurut Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), idealnya satu orang mengakses tiga buku dalam setahun.
Pentingnya membaca buku juga menjadi perhatian Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay dalam Hari Buku Sedunia 2023 yang diperingati setiap 23 April. “Tentu saja, buku adalah kendaraan penting untuk mengakses, menyebarkan, dan mempromosikan pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, dan informasi ke seluruh dunia,” ujarnya dalam laman resmi UNESCO.

Pengunjung membaca buku di Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, Jakarta Selatan, Senin (24/4/2023).
Presiden Joko Widodo pun tak ingin ketinggalan. Ia mengunggah gambar poster karikatur dan narasi mengenai peringatan Hari Buku Sedunia 2023 di akun media sosial Instagram dan Twitter miliknya.
“Teknologi berkembang, aneka bentuk gawai kian menyita perhatian, dan digitalisasi semua aspek hampir tak terelakkan, tetapi buku tetap tak terabaikan. Buku masih menjadi sumber utama pengetahuan, yang menyimpan dan menyampaikan ide, nilai, dan budaya dari generasi ke generasi,” tulisnya.