Perusahaan Industri Hilir Tenaga Surya Mulai Bangun Pabrik di Batam
Sejumlah industri hilir panel surya mulai membangun pabrik di Batam. Rencana ekspor listrik dari PLTS di Batam ke Singapura dimatangkan.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Enam perusahaan industri hilir panel surya mulai membangun pabrik di Kawasan Industri Wiraraja, Batam, Kepulauan Riau. Hal itu menegaskan keinginan pemerintah membangun rantai pasok industri panel surya dari hulu ke hilir.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Senin (5/6/2023), menyatakan, nilai investasi enam perusahaan industri hilir tenaga surya mencapai Rp 12 triliun. Industri itu diproyeksikan menyerap 13.000 tenaga kerja.
”Pemerintah sedang membangun supply chain (rantai pasok) industri panel surya, mulai di hilir dari memproses (pasir) silika dan membuat photovoltaic (panel surya) hingga membangun pembangkit listrik tenaga surya,” kata Airlangga saat menghadiri acara grand launching di Kawasan Industri Wiraraja.
Pada Oktober 2021, PLN Batam dengan PT Trisurya Mitra Bersama dan Sumbcorp menandatangani perjanjian kerja sama pengembangan proyek penyimpanan energi dan tenaga surya terintegrasi di Batam, Bintan, dan Karimun. Mereka akan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang mampu menghasilkan daya hingga 1 gigawatt peak (GWp).
Kemudian dalam pertemuan Leaders' Retreat di Singapura pada 17 Maret lalu, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menandatangani nota kesepahaman dengan Pemerintah Singapura untuk mengembangkan energi baru terbarukan (EBT). Kerja sama itu mencakup investasi pengembangan industri dan kapabilitas manufaktur EBT di Indonesia dari hulu ke hilir.
”(Pemerintah Indonesia) Sedang berbicara dengan Singapura. Sebagian energi yang dihasilkan (PLTS di Batam) akan digunakan untuk dalam negeri, dan sebagian lainnya akan diekspor ke Singapura,” ujar Airlangga.
Presiden Direktur Wiraraja Maruf Maulana mengatakan, penanaman investasi di Kepri semakin menggeliat berkat upaya pemerintah mengintegrasikan kawasan perdagangan bebas (free trade zone/FTZ) di Batam, Bintan, dan Karimun. Integrasi FTZ Batam-Bintan-Karimun yang telah dimulai pada 2020 direncanakan rampung pada 2045.
”Ke depan, kami berharap pemerintah daerah maupun kementerian semakin mempermudah perizinan, terutama proses penetapan wilayah usaha dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,” ucap Maruf.
Gubernur Kepri Ansar Ahmad menyatakan, pada triwulan I-2023, perekonomian Kepri tumbuh 6,59 persen. Selain karena menggeliatnya sektor manufaktur, hal itu juga didorong mulai pulihnya sektor pariwisata pascapandemi Covid-19.
”Sepanjang 2021, kedatangan wisatawan asing di Kepri hanya 3.133 kunjungan. Namun, pada 2022 tembus 800.000 kunjungan. Hal itu berkat kebijakan travelbubble yang disepakati Pemerintah Indonesia dan Singapura pada awal 2022,” kata Ansar.
Ia berharap pada 2023 dapat melebihi kedatangan wisatawan mancanegara sebelum Covid-19 yang sekitar 2,9 juta kunjungan. Saat itu, Kepri menjadi provinsi dengan kunjungan turis asing terbanyak setelah Bali.
Menanggapi hal itu, Airlangga mengatakan, Kepri harus mampu menarik turis dari kawasan Indonesia Malaysia Thailand-Growth Triangle (IMT-GT). Kawasan IMT-GT menargetkan dapat menarik hingga 40 juta wisatawan asing per tahun.
”Kepri berada pada posisi sentral di kawasan IMT-GT. Kalau kita menarik 10 persen saja turis dari kawasan IMT-GT, jumlahnya sudah mencapai 4 juta,” ucap Airlangga.
Ia menambahkan, pemerintah saat ini juga tengah menggodok proyek pembangunan jembatan untuk menghubungkan Pulau Batam dan Pulau Bintan. Dengan terhubungnya dua pulau itu diharapkan industri dan pariwisata Kepri dapat berkembang semakin pesat.