Menjawab Krisis Keahlian Teknologi yang Mengancam Asia Tenggara
Riset International Data Corporation yang dirilis pada 2022 menunjukkan, 40 persen organisasi di bidang keuangan atau perbankan di Asia Pasifik menghadapi tantangan besar dalam tranformasi digital.
Riset International Data Corporation yang dirilis pada 2022 menunjukkan, 40 persen organisasi di bidang keuangan atau perbankan di Asia Pasifik, menghadapi tantangan besar dalam tranformasi digital. Mereka berpotensi mengalami krisis pekerja dengan keahlian di bidang digital atau teknologi.
Head of Amazon Web Services (AWS) Training and Certification Asia Tenggara Emmanuel Pillai menyampaikan hal itu dalam salah satu sesi AWS Summit ASEAN 2023 yang berlangsung di Sands Expo and Convention Centre, Singapura, Kamis (4/5/2023).
AWS Summit ASEAN adalah kegiatan yang diselenggarakan AWS untuk mempertemukan komunitas layanan komputasi awan di kawasan Asia Tenggara. Tercatat ada 4.800 yang hadir secara langsung dan 3.300 orang secara daring dalam acara tersebut.
Dalam kegiatan selama sehari itu, ada enam topik yang menjadi bahasan utama, antara lain layanan keuangan (financial services), pengetahuan (insight), keamanan dan adaptasi (security and compliance), pengembangan bersama AWS (Build on.AWS), serta sektor publik.
Keenam topik itu kemudian dibagi ke dalam 55 lebih sesi pemaparan dan lokakarya. Para pembicara berasal dari 50 lebih pelanggan AWS di Asia Tenggara, termasuk 35 sponsor dan mitra. Pada hari yang sama, pengunjung yang datang juga bisa mengikuti simulasi langsung 15 gerai.
Tidak hanya melihat riset IDC, kata Emmanuel, AWS bersama Gallup (perusahaan konsultasi manajemen kinerja global asal Amerika Serikat) juga menggelar studi bertajuk ”Asia Pacific Digital Skills Study: The Economic Benefits of a Tech-Savvy Workforce”. Studi tersebut bertujuan melihat sejauh mana dampak penerapan teknologi bagi pekerja, organisasi, dan perekonomian.
Menurut Emmanuel, studi tersebut melibatkan 16.000 pekerja dan 7.500 pimpinan lintas organisasi baik swasta maupun pemerintah, serta industri. Para responden tersebar di sembilan negara yakni Australia, India, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Selandia Baru, Singapura, dan Thailand.
Penerapan teknologi yang dalam studi Gallup, bisa diartikan bagaimana sebuah organisasi atau perusahaan, menghasilkan dan menggunakan teknologi dalam layanannya, baik itu infrastruktur, perangkat keras dan lunak, maupun hal terkait lainnya, termasuk solusi bagi para pelanggan.
Baca juga: Komputasi Awan untuk Meningkatkan Pelayanan Publik
Menurut Emmanuel, tenaga kerja yang memahami teknologi menjadi kunci pertumbuhan dan kesuksesan sebuah industri. Namun, di Asia Tenggara, para pekerja, seperti di jasa keuangan, justru menghadapi kondisi yang membuat mereka kesulitan mengakses keahlian digital.
”Ada berbagai faktor, dari kendala waktu, akses ke pelatihan yang tersedia, termasuk juga kendala bahasa,” kata Emmanuel.
Padahal, menurut Emmanuel, studi Gallup memperlihatkan pekerja di layanan keuangan sangat membutuhkan keahlian di bidang teknologi.
”Dari 241 responden dari jasa layanan keuangan di sejumlah negara di Asia Tenggara, 85 persen di antaranya sangat menginginkan pelatihan minimal satu keahlian digital, termasuk keahlian di bidang kecerdasan buatan dan keamanan digital,” kata Emmanuel.
Peningkatan keahlian
Emmanuel menjelaskan, keahlian digital memberi dampak pada peningkatan efisiensi. Hal itu diakui 44 persen pekerja di kawasan Asia Tenggara yang telah mendapatkan pelatihan digital.
Apalagi jika keahlian digital itu terkait adopsi layanan komputasi awan, menurut Emmanuel, tidak hanya peningkatan efisiensi, juga penghematan. Keahlian digital itu akan mampu melahirkan inovasi-inovasi baru dan memberikan peningkatan pengalaman pengguna.
Oleh karena itu, kata Emmanuel, AWS sebagai penyedia layanan penyimpanan data berbasis sistem komputasi awan (cloud) sangat memberi perhatian pada peningkatan sumber daya manusia di Asia Tenggara, khususnya terkait keahlian digital dalam layanan komputasi awan.
Regional Managing Director ASEAN and Worldwide Public Sector AWS Eric Conrad dalam pemaparan terpisah menyebutkan, sejak 2017, AWS telah melatih keahlian di bidang komputasi awan untuk sekitar 1 juta orang di kawasan Asia Tenggara.
Pelatihan itu termasuk di Indonesia yang saat ini telah mencapai 400.000 orang dan merupakan paling banyak di kawasan Asia Tenggara. Sementara di Singapura 200.000 orang dan Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam masing-masing 50.000 orang.
Baca juga: Komputasi Awan Penyimpanan Data Pemerintah Belum Mandiri
Pelatihan keahlian digital sering kali dianggap rumit dan berat. Padahal, pelatihan itu bisa didesain dengan cara yang menyenangkan dan interaktif sesuai kebutuhan pekerja sehingga persoalan waktu bisa diselesaikan, termasuk penyesuaian bahasa sesuai dengan bahasa yang digunakan pekerja tersebut.
AWS, misalnya, mendesain AWS Industry Quest atau sebuah pengalaman pembelajaran baru berbasis permainan yang interaktif. Lewat cara itu, individu atau organisasi mempelajari cara membangun solusi melalui layanan komputasi awan untuk kebutuhan industri mereka.
Menurut Emmanuel, pembelajaran ini pertama kali diluncurkan pada November 2022 untuk Industri layanan keuangan.
”Industri jasa keuangan sedang mengalami transformasi digital yang cepat. Akibatnya muncul kebutuhan mendesak akan tenaga kerja yang terampil secara digital. Tenaga kerja itu diharapkan dapat membantu lembaga keuangan mendapatkan manfaat sepenuhnya dari teknologi komputasi awan,” kata Emmanuel.
AWS Industry Quest untuk layanan keuangan, misalnya, kata Emmanuel, memberi pengalaman belajar berbasis permainan yang dirancang khusus bagi karyawan layanan keuangan. Tujuannya untuk membantu mereka membangun solusi perbankan baru yang inovatif, baik itu solusi untuk mencegah penipuan, pusat data layanan keuangan, komputasi jaringan untuk pasar modal, maupun akun deposit tanpa server.
Menyadari
Pandangan AWS sejalan dengan layanan jasa keuangan di Asia Tenggara. Mereka menyadari bahwa untuk terus bertahan, transformasi digital yang dibarengi dengan kemampuan karyawannya sangat penting.
Menurut CEO Banking Computer Services atau BCS Ricky Lim, yang menjadi salah satu pelanggan layanan AWS, pihaknya terus berusaha menangani kekurangan talenta di komputasi awan.
”Seiring dunia yang semakin saling terhubung, kami juga memainkan peran penting dalam memfasilitasi pembayaran transfer secara langsung yang lebih baik, lebih cerdas, dan lebih aman di sejumlah negara,” kata Ricky.
Baca juga: AWS re:Invent, Komputasi Awan untuk Segalanya
Oleh karena itu, kata Ricky, sebagai operator layanan pembayaran terkemuka di Singapura, BCS menggandeng AWS dalam mempercepat transformasi digital mereka, termasuk dengan peningkatan kapasitas karyawannya melalui Program AWS Cloud Fluency and Certification.
Saat ini, ada 100 lebih staf IT tengah mengikuti pelatihan dari para ahli dan disiapkan untuk mendapatkan sertifikat praktisi komputasi awan dari AWS.
Kepala Riset Techcombank (salah satu bank terbesar di Vietnam) Ashley Longabaugh menambahkan, mereka telah memulai transformasi digital dengan menginvestasikan hingga 5 juta dollar AS pada 2025.
Investasi itu, kata Ashley, juga untuk pelatihan dari AWS. Harapannya, pelatihan yang diberikan mampu mendorong lingkungan kerja yang inovatif bagi masa depan perusahaan mereka, terutama memperlancar layanan komputasi awan organisasi mereka.
Menurut Ashley, pentingnya keahlian digital membuat perusahaannya memberikan dasar-dasar layanan komputasi awan bagi seluruh karyawan. Peningkatan kapasitas dari AWS bagi 2.000 karyawannya akan berlangsung dua tahun ke depan.
Keahlian digital semakin disadari penting bagi Asia Tenggara, juga dunia, sehingga talenta-talenta dengan keahlian digital harus dipersiapkan. Tidak hanya untuk saat ini, tetapi di masa-masa mendatang. Tidak hanya bagi industri layanan jasa keuangan, tetapi juga industri lain yang ingin terus bertahan di tengah makin ketatnya persaingan.