Riset AlphaBeta pada Maret 2022 menyebutkan, pada 2023 diperkirakan ada 86 juta pekerja di kawasan Asia Pasifik dan Jepang yang membutuhkan pelatihan keterampilan digital untuk mengimbangi kemajuan teknologi.
Oleh
KHAERUDIN
·5 menit baca
KOMPAS/KHAERUDIN
Salah satu gerai pameran di ajang Amazon Web Services (AWS) re:Invent yang digelar di Las Vegas, Amerika Serikat 28 November - 2 Desember 2022, menampilkan aplikasi penganalisis lemparan bebas bola basket. Aplikasi penganalisis ini menggunakan basis data pelempar setiap kali melakukan lemparan sehingga bisa langsung dianalisis sudut dan lemparan kecepatan yang membuat bola bisa masuk ke dalam keranjang.
Masih menurut riset AlphaBeta, pada 2025 komputasi awan atau cloud computing dan keamanan siber bakal menjadi dua keterampilan digital yang paling banyak dicari pemberi kerja.
AlphaBeta adalah firma konsultan yang berbasis di Singapura. Riset bertajuk ”Membangun Keterampilan Digital untuk Tenaga Kerja yang Berubah di Asia Pasifik” ini dimintakan secara khusus oleh Amazon Web Services (AWS), salah satu raksasa global penyedia layanan berbasis komputasi awan.
Selama 10 tahun terakhir, setiap tahunnya AWS menggelar re:Invent, ajang pertemuan global komunitas komputasi awan di Las Vegas, Amerika Serikat. AWS mengklaim re:Invent adalah ajang global terbesar untuk komputasi awan. Dua tahun terakhir, re:Invent diadakan secara daring dan hibrida. Akhir November hingga awal Desember tahun lalu, re:Invent kembali digelar secara luring.
Managing Director AWS untuk region ASEAN Conor McNamara saat bertemu dengan jurnalis dari Asia Tenggara di hari pertama AWS re:Invent, Senin, 28 November 2022, langsung mengutip riset AlphaBeta saat memberi pengantar dalam diskusi tentang apa yang telah dilakukan AWS untuk mengubah wajah teknologi digital di kawasan ini.
KOMPAS/KHAERUDIN
Pengunjung memadati arena eksebisi dalam ajang AWS (Amazon Web Services) re:Invent 2022 yang digelar di Las Vegas, Amerika Serikat, 28 November-2 Desember 2022. Selain pameran besar dari mitra bisnis AWS dalam layanan database, analisa data, machine learning, dan keamanan siber, re:Invent juga menampilkan sejumlah pembicara kunci dari AWS yang mengumumkan produk teknologi komputasi awan terbaru.
Selain soal kebutuhan pelatihan teknologi digital dan dua keterampilan yang paling dicari (komputasi awan dan keamanan siber), riset AlphaBeta juga menyebut bahwa saat ini ada kekurangan pelatihan keterampilan digital di kawasan Asia Pasifik dan Jepang. Meski 97 persen perusahaan dalam riset AlphaBeta melihat kebutuhan untuk melatih pekerjanya agar terampil secara digital, hanya 29 persen perusahaan yang melakukannya. Padahal, studi AlphaBeta juga menyimpulkan bahwa pandemi Covid-19 telah mengakselerasi kebutuhan untuk pelatihan teknologi digital.
”Secara keseluruhan sangat menarik, dalam hal momentum yang kami lihat. Jadi, ya, sedikit rekap tentang bagaimana kami keluar dari pandemi. Menurut saya, apa yang telah kami lihat adalah pertumbuhan yang sangat-sangat beragam, yang menunjukkan daya tanggap dari semua negara tempat kami beroperasi. Baik itu usaha kecil dan menengah, bisnis digital native yang merupakan perusahaan rintisan B2C (business to consumer) generasi pertama, seperti Gojek, Traveloka, Tokopedia, dan seterusnya, hingga perusahaan rintisan tahap awal, yang masih menjadi bagian paling bersemangat bagi kami,” tutur McNamara.
pada 2025 komputasi awan atau cloud computing dan keamanan siber bakal menjadi dua keterampilan digital yang paling banyak dicari pemberi kerja.
Perkembangan teknologi komputasi awan Indonesia bagi AWS juga mendapat tempat khusus. Tanggal 14 Desember lalu menandai satu tahun AWS membuka pusat data dan kantor regional di Jakarta.
McNamara mengaku cukup terkejut dengan perkembangan investasi mereka di Indonesia. Komitmen investasi sebesar 5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 71 triliun selama 15 tahun yang dibarengi pelatihan keterampilan komputasi awan bagi banyak pekerja Indonesia telah melampaui perkiraan mereka, bahkan di tahun pertamanya.
”Kami sangat-sangat senang dengan momentum yang kami lihat di Jakarta selama 12 bulan terakhir. Anda tahu, itu adalah investasi 5 miliar dollar AS selama 15 tahun di negara ini. Saat itu, kami membuat pra-pengumuman pada Juli 2019. Kami mengatakan akan melatih keterampilan komputasi awan bagi ratusan ribu orang Indonesia pada 2025. Kami telah merevisi pernyataan tersebut dan kami telah mengumumkan secara terbuka bahwa AWS telah melatih 300.000 orang di Indonesia,” kata McNamara.
KOMPAS/KHAERUDIN
Pengunjung memadati arena eksebisi dalam ajang AWS (Amazon Web Services) re:Invent 2022 yang digelar di Las Vegas, Amerika Serikat, 28 November-2 Desember 2022. Selain pameran besar dari mitra bisnis AWS dalam layanan database, analisa data, machine learning, dan keamanan siber, re:Invent juga menampilkan sejumlah pembicara kunci dari AWS yang mengumumkan produk teknologi komputasi awan terbaru.
Pelayanan publik
Teknologi komputasi awan pada saat ini memang menjadi salah satu pemicu pertumbuhan industri teknologi digital. Hampir semua industri vertikal yang berhubungan langsung dengan konsumen menggunakan teknologi komputasi awan. Dalam dua tahun pandemi, untuk Asia Tenggara salah satu yang paling tinggi pertumbuhannya adalah perbankan digital.
”Pertama-tama, tidak ada industri vertikal atau pelanggan dengan ukuran berapa pun yang tidak menyentuh cloud. Sampai taraf tertentu, saya pikir adil untuk mengatakannya sekarang. Namun, layanan keuangan, yang tentunya vertikal, di mana kita telah melihat momentum yang sangat besar selama beberapa tahun terakhir. Salah satu pendorong momentum itu adalah gagasan tentang perbankan digital dengan lisensi perbankan digital baru yang diberikan di seluruh Asia Tenggara,” papar McNamara.
Akan tetapi, tidak hanya sektor swasta, layanan publik oleh pemerintah juga sudah menggunakan teknologi komputasi awan. Berbagai aplikasi layanan publik dikembangkan dengan jasa peladen oleh penyedia layanan komputasi awan, seperti AWS atau Google Cloud dan Microsoft Azure.
”Dari perspektif sektor publik, menurut saya, tidak mengherankan bahwa selama beberapa tahun terakhir kami mengalami pertumbuhan yang luar biasa dalam transformasi digital. Estimasi kami adalah bahwa transformasi digital telah dipercepat tiga hingga lima tahun dalam dua tahun terakhir,” tutur Regional Managing Director for Public Sector AWS Eric Conrad.
KOMPAS/KHAERUDIN
Managing Director Amazon Web Services (AWS) Regional ASEAN Conor McNamara (kiri) dan Worldwide Public Sector Regional Managing Director of ASEAN for AWS Eric Conrad (kanan) saat memberikan penjelasan pada sejumlah wartawan dari Asia Tenggara di ajang AWS re:Invent di Las Vegas Amerika Serikat, Senin (28/11/2022).
Ketika layanan di sektor swasta yang terasa nyaman digunakan oleh konsumen ternyata menggunakan teknologi komputasi awan, ada tuntutan serupa untuk layanan publik pemerintah, baik di sektor pendidikan, kesehatan, maupun layanan pemerintah lainnya.
”Masyarakat sekarang berharap mendapatkan layanan sektor publik dengan cara yang sama seperti yang mereka dapatkan melalui entitas komersial,” kata Conrad.
Harian Kompas berkesempatan mengikuti re:Invent dan belajar langsung dari para ahli komputasi awan AWS hingga mengenal teknologi terbaru komputasi awan. Selama lima hari dari 28 November hingga 2 Desember 2022, selain pameran besar dari mitra bisnis AWS dalam layanan database, analisis data, machine learning, dan keamanan siber, re:Invent juga menampilkan sejumlah pembicara kunci dari AWS. Salah satunya adalah CEO AWS Adam Selipsky yang mengumumkan produk teknologi terbaru mereka dalam layanan komputasi awan.
Pada dasarnya, re:Invent adalah konferensi pembelajaran yang menawarkan laboratorium untuk belajar teknologi komputasi awan di konsol AWS (builder labs), bootcamp, pembelajaran gamifikasi (penggunaan teknik gim di lingkungan non-gim), dan ratusan sesi teknis, dari pengantar hingga yang paling mahir bagi peserta yang langsung datang ke re:Invent.
KOMPAS/KHAERUDIN
Pengunjung memadati arena eksebisi dalam ajang AWS (Amazon Web Services) re:Invent 2022 yang digelar di Las Vegas, Amerika Serikat, 28 November-2 Desember 2022. Selain pameran besar dari mitra bisnis AWS dalam layanan database, analisa data, machine learning, dan keamanan siber, re:Invent juga menampilkan sejumlah pembicara kunci dari AWS yang mengumumkan produk teknologi komputasi awan terbaru.
Peserta AWS re:Invent dapat mendalami teknologi baru, mempraktikkan cara baru untuk bekerja, dan mengasah keterampilan bersama rekan komunitas komputasi awan.
Peserta AWS re:Invent memiliki kesempatan menjelajahi demo dan berinteraksi dengan teknologi, termasuk bertemu dengan robot penjaga bar, melihat mesin penganalisis lemparan bebas bola basket, dan memainkan permainan keterampilan teknologi komputasi awan.
Di gerai analisis lemparan bebas bola basket, misalnya, peserta bisa langsung mempraktikkan lemparannya dan dianalisis oleh komputer. Lengkungan lemparan bola hingga kecepatan lemparan yang berhasil ataupun gagal masuk ke keranjang bisa diketahui.
Dengan demikian, pada kesempatan lemparan berikutnya, peserta bisa menghitung sudut lengkungan dan kecepatan yang bisa berhasil membuat bola masuk keranjang. Teknik analisis yang sama juga dapat dipraktikkan pada tendangan penalti di sepak bola. Intinya, saat ini teknologi komputasi awan bisa digunakan untuk apa pun.