Membaca Arah Politik Kebersamaan Puan dan Gibran di Akhir Pekan
Potret kedekatan Puan dan Gibran menyiratkan situasi internal PDI-Perjuangan yang belakangan ini menjadi sorotan. Arah politik Gibran diluruskan kembali agar sejalan dengan partai tempatnya bernaung.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·5 menit baca
Ketua DPR RI Puan Maharani menghabiskan waktu akhir pekan bersama Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Potret kedekatan mereka seakan menyiratkan situasi internal PDI-Perjuangan yang belakangan ini menjadi sorotan. Arah politik Gibran diluruskan kembali agar tetap berada pada satu perahu yang sama dengan partai induknya.
Aktivitas bersama Puan dan Gibran dimulai dari kunjungan ke Solo Paragon Mall, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (27/5/2023). Keduanya datang menaiki mobil dinas masing-masing. Meski demikian, Gibran ikut menjemput Puan sewaktu tiba di Bandara Internasional Adi Soemarmo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu sore. Turut hadir mendampingi Puan, dua bupati lain sesama kader PDI-Perjuangan, yakni Bupati Sukoharjo Etik Suryani dan Bupati Klaten Sri Mulyani.
Puan dan rombongannya berjalan melihat-lihat lapak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang tengah pameran di mal tersebut. Sepotong kain batik dibelinya dari salah seorang pelapak. Gibran, Etik, dan Mulyani memang tampak mengekor Puan. Namun, hanya Gibran yang terlihat paling sering berjalan di samping Puan. Obrolan akrab juga dapat disaksikan saat keduanya jalan berdampingan.
Momen “malam mingguan” dilanjutkan Puan dengan bersantap malam di warung makan langganannya, yaitu Bestik Pak Darmo. Dari mal menuju warung makan, Puan mengajak Gibran untuk berada di mobil yang sama.
Keakraban kedua sosok itu lagi-lagi tertangkap mata. Mereka memilih duduk di sudut warung. Hanya Gibran, kepala daerah yang duduk berhadapan muka dengan Puan, saat makan malam. Bestik Solo dan nasi goreng lidah sapi menambah hangat perbincangan keduanya. Sesekali tawa terpecah di sela-sela percakapan.
Setelah itu, Gibran mengajak Puan menonton Dewa 19 yang kebetulan sedang menggelar konser di kota tersebut. Ajakan itu diterima Puan dengan senang hati. Istri Gibran, Selvi Ananada, ikut serta menyaksikan konser itu. Mereka bertiga duduk berjejer pada deretan kursi yang sama.
Keesokan harinya, Minggu (28/5/2023), Puan dan Gibran juga sudah berbarengan sejak pagi. Mereka bersepeda bersama dalam gelaran car free day di Jalan Slamet Riyadi. Tetapi, di tengah jalan, Gibran melaju lebih dahulu meninggalkan Puan. Ia sudah memiliki agenda lain, yaitu bagi-bagi sepatu di salah satu sudut jalan tersebut. Meski demikian, Gibran kembali mendampingi Puan yang berwisata dan santap siang, di Solo Safari.
Dalam kunjungannya kali itu, Puan mengaku sedang tidak ingin membahas hal-hal yang terlalu serius. Tensi dari hari-hari yang padat hendak dikendurkan. Itu boleh ditengok dari agenda kunjungannya yang menyasar destinasi wisata keluarga hingga mencari kuliner khas kota tersebut. Oleh karenanya, ia menyebut, tidak ada pembahasan soal perpolitikan secara spesifik.
“Agenda politiknya, kan, saya bareng Mas Wali (Gibran). Artinya apa? Artinya, ya bareng,” tutur Puan.
Memicu tanya
Kedatangan Puan memicu tanya. Pasalnya, perjumpaan Puan dan Gibran hanya berselang 10 hari dari pertemuan antara Gibran dan Prabowo. Saat bertemu Gibran, Prabowo sekaligus diberi dukungan untuk melaju menjadi calon presiden oleh sejumlah elemen sukarelawan pendukung Gibran dan Presiden Joko Widodo, yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Dukungan itu mengejutkan banyak pihak. Sebagian beranggapan ada manuver politik yang tengah dilakukan Gibran. Bahkan, Gibran juga dipanggil Dewan Pimpinan Pusat PDI-Perjuangan akibat pertemuan itu.
Menurut Puan, para kader PDI-Perjuangan yang menjadi kepala daerah memiliki tugas khusus. Mereka adalah motor terdepan partainya di wilayah masing-masing. Tak terkecuali perihal pemilihan presiden. Terlebih lagi, partai berlambang banteng itu sudah menentukan bakal calon presiden, yakni Ganjar Pranowo.
Dengan demikian, kata Puan, pihaknya tak merasa terlalu khawatir atas pertemuan antara Gibran dan Prabowo yang disertai deklarasi dukungan oleh sejumlah elemen sukarelawan pendukung Gibran dan Presiden Joko Widodo. Ia beranggapan, kedatangannya menjumpai Gibran menunjukkan ketiadaan masalah antara kedua belah pihak.
“Ini saya ada di sini. Pengaruh ke partai nggak? Tuh hayo. Tanyanya sama Mas Wali, Kan, yang bertemu (Prabowo), Mas Gibran,” ujar Puan.
Gibran tak menampik jika pertemuannya dengan Prabowo sedikit dibahas ketika menemui Puan. Namun, ia menegaskan, persoalan itu sudah selesai. Apalagi ia telah mengklarifikasi ke DPP PDI-Perjuangan. Para pimpinan partai juga tak memberinya hukuman apa pun. Untuk itu, ia juga tak merasa bersalah dalam atas peristiwa itu. Ia mengklaim, deklarasi sukarelawan terjadi begitu saja tanpa ada arahan darinya.
Para kader PDI-Perjuangan yang menjadi kepala daerah memiliki tugas khusus. Mereka adalah motor terdepan partainya di wilayah masing-masing. Tak terkecuali perihal pemilihan presiden. Terlebih lagi, partai berlambang banteng itu sudah menentukan bakal calon presiden, yakni Ganjar Pranowo.(Puan Maharani)
Lebih lanjut, Gibran mengungkapkan sudah mendapatkan sejumlah arahan khusus dari Puan. Hanya saja, ia enggan membocorkannya. Dipastikannya, selaku kader PDI-Perjuangan, putra sulung Presiden Jokowi itu akan bertindak tegak lurus sebagaimana arahan Megawati. Terlebih lagi, partainya sudah menentukan bakal capres, yakni Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Pihaknya juga sempat menjelaskan langsung kepada Ganjar saat makan malam bersama, Selasa (25/5/2023), ihwal perjumpaannya dengan Prabowo.
“Nanti pada waktunya sukarelawan yang memberikan dukungan ke Pak Ganjar. Kalau ada instruksi lagi, siap dikumpulkan. Siap diramaikan juga. Kan, sudah sering dibahas,” kata Gibran.
Dihubungi terpisah, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Wawan Mas’udi menjelaskan, pertemuan Gibran dan Puan bisa dimaknai sebagai upaya membangun kesepahaman antara dua mesin politik berbeda. Gibran menjadi simbol bagi mesin politik berwujud sukarelawan, sedangkan Puan melambangkan mesin politik berupa partai. Kedua mesin itu dinilai cukup menentukan untuk memenangi Pemilu 2024.
Wawan menduga, topik perbincangan kedua sosok itu cukup luas. Tidak sebatas soal pemilihan presiden, tetapi juga pemilihan anggota legislatif hingga kepala daerah. Itu dikarenakan jabatan Gibran selaku kepala daerah sekaligus kader potensial dari partai politiknya. Selain itu, Puan juga didapuk menjadi Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDI-Perjuangan.
“Saya kira, kehadiran Mbak Puan ke Surakarta untuk membicarakan semua skenario itu. Ini sekalian memastikan bahwa Mas Gibran tetap full menjadi bagian dari startegi politiknya PDI-Perjuangan. Khususya di wilayah Jateng. Penegasan juga bahwa Mas Gibran tidak sedang bergeser kemana-mana,” kata Wawan.
Wawan menambahkan, kedua sosok itu juga ingin menunjukkan kedekatan personal mereka kepada publik melalui kegiatan bersama yang santai nan hangat. Bukan sekadar hubungan antara pengurus partai dan kadernya. Tetapi, juga kedekatan dua keluarga besar dari Megawati dan Jokowi. Dalam situasi politik yang serba dinamis, mereka tengah saling meyakinkan untuk berjalan di jalur yang sama.
“Yang jelas, ini untuk memperkuat keterikatan satu sama lain. Jadi tidak bisa dimungkiri ketika pertemuan-pertemuan yang berlangsung adalah upaya untuk mengklarifikasi dan saling meyakinkan jika ada perbedaan perspektif.