Ayah Korban Mutilasi di Surakarta Lapor Kehilangan Anak ke Polisi
Ratiman (78), ayah korban mutilasi di Surakarta, Jateng, melapor soal kehilangan anak ke Polsek Grogol, Sukoharjo. Pelaporan berangkat dari tersiarnya kabar mutilasi yang merujuk pada identitas anaknya.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SUKOHARJO, KOMPAS — Ratiman (78), ayah korban mutilasi di Surakarta, melaporkan kehilangan anak ke kantor Kepolisian Sektor Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (24/5/2023) malam. Pelaporan itu didasari atas kabar terungkapnya identitas korban mutilasi yang ciri-cirinya memiliki kesamaan dengan sang anak. Ayah dan anak itu tidak pernah bertemu dalam sepuluh tahun terakhir.
Ratiman mendatangi kantor Polsek Grogol bersama dengan beberapa warga Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Ia tiba sekitar pukul 19.30 WIB. Ia baru keluar dari kantor tersebut pada pukul 22.00.
Adapun tujuan kedatangan Ratiman untuk memastikan apakah korban mutilasi itu benar-benar anaknya atau bukan. Sebab, identitas korban mutilasi itu merujuk pada sosok R, atau Rohmadi, mirip seperti anaknya.
”Itu anaknya hilang. Tetapi pasti keluarganya atau bukan belum ada keterangan. Jadi besok akan lihat perkembangan lagi dari bapak-bapak polisi. Semoga bisa dicari identitasnya apa benar-benar dari keluarga mbah saya (Ratiman) atau bukan,” kata Reno Andriyanto (37), kerabat Ratiman, setelah melaporkan ke Polsek Grogol, Rabu malam.
Dahulu, Ratiman juga pernah tinggal bersama dengan Rohmadi di Keprabon, Surakarta. Namun, Ratiman kemudian berpindah tempat tinggal ke Kebumen, Jateng. Ratiman tidak pernah lagi bertemu anaknya selama sepuluh tahun terakhir. Ia kehilangan kontak dengan anaknya dalam kurun waktu tersebut.
Reno menceritakan, kedatangan Ratiman juga bermula dari informasi aparat kepolisian di Kebumen. Ratiman diberi tahu mengenai kabar korban mutilasi yang beridentitas Rohmadi. Lantas, ia menghubungi kerabatnya yang tinggal di Surakarta untuk mencari tahu kebenarannya. Namun, jawaban soal keberadaan anaknya belum didapat sampai sekarang.
”Diselidiki juga apa benar di kosnya yang ada di Keprabon itu. Ternyata di kos tidak ada. Terus laporan ke sini (Polsek Grogol). Keluarga sudah berusaha mencari, tetapi kan juga belum tahu,” kata Reno.
Hal serupa disampaikan Ketua RT 02 RW 03 Kelurahan Keprabon, Ichsan. Ia ikut mendampingi Ratiman melapor ke polisi. Pihaknya membenarkan, Ratiman berkunjung ke Surakarta setelah menerima kabar penemuan tubuh korban mutilasi yang merujuk pada sosok Rohmadi.
”Tadi memang datang ke Keprabon dulu. Hanya menumpang shalat saja. Beliau dari Kebumen memang datang sengaja menanyakan kebenaran (kasus mutilasi) itu. Ingin memastikan apa itu benar-benar anaknya. Kami dimintai tolong untuk mengantar,” kata Ichsan.
Kepala Polsek Grogol Ajun Komisaris Marlin S Payu menyampaikan, Ratiman melaporkan kehilangan anak atas nama Rohmadi. Hanya saja, ia belum bisa memastikan apakah anak Ratiman itu sama dengan identitas korban mutilasi yang sudah terungkap. Terlebih, Ratiman datang tanpa membawa bukti penguat identitas lainnya, seperti foto dan nomor ponsel.
”Bapak itu laporan anaknya hilang. Belum tahu apakah terkait mutilasi. Hanya saja, anaknya hilang dan dia sudah sepuluh tahun terakhir tidak bertemu. Ada hubungannya atau tidak? Kami belum tahu. Kan, yang namanya sama ada juga di mana-mana,” kata Marlin.
Setelah adanya pelaporan itu, Marlin menyatakan, pihaknya akan menyebarluaskan informasi tentang kehilangan anak yang dilayangkan Ratiman. Jajaran kepolisian bakal tetap berusaha ikut mencari sesuai dengan ciri-ciri yang telah disampaikan. Pencocokan data dengan korban mutilasi memungkinkan untuk dilakukan.
Pencocokan data dengan korban mutilasi memungkinkan untuk dilakukan.
Terkuaknya kasus mutilasi berawal dari penemuan potongan tubuh di Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo pada Minggu (14/5/2023) dan Senin (15/5/2023). Ada enam potongan tubuh yang ditemukan berupa tangan kanan, tangan kiri, badan, kepala, betis kiri, dan bagian panggul, hingga pangkal paha. Hasil pemeriksaan forensik menunjukkan bahwa korban merupakan korban mutilasi.
Adapun identitas korban diketahui dari pemeriksaan sidik jari. Identitas merujuk pada sosok Rohmadi (50), warga Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Data sidik jari itu terdokumentasi sewaktu korban merekam data untuk pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) elektronik. Dugaan identitas korban diperkuat dari temuan tato gambar naga pada bagian punggung hingga lengan kanannya.