Kasus Mutilasi, Polisi Periksa Kamera Pengawas hingga Bercak Darah
Penyelidikan kasus mutilasi di Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, terus berlanjut. Aparat kepolisian mengumpulkan rekaman kamera pengawas hingga mengambil sampel bercak darah sebagai bukti penguat.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Penyelidikan kasus mutilasi di Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, terus berlanjut. Aparat kepolisian mengumpulkan rekaman kamera pengawas hingga mengambil sampel bercak darah dari lokasi di sekitar tempat penemuan potongan tubuh. Segala upaya ditempuh untuk mencari titik terang atas kasus tersebut.
Korban mutilasi itu diketahui bernama Rohmadi. Ia merupakan warga Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Identitas korban didapat lewat metode pemeriksaan sidik jari dari sejumlah potongan tubuh yang ditemukan.
Terdapat kecocokan antara sidik jari tersebut dan sidik jari Rohmadi yang terdokumentasi ketika pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) elektronik. Kuatnya dugaan itu didukung pula oleh temuan tato bergambar naga pada punggung dan lengan korban.
”Tingkat kecocokannya (pemeriksaan sidik jari) mengarah pada salah satu warga di Surakarta (Rohmadi) yang sempat kami konfirmasi ke keluarga dan saudaranya. Yang kami konfirmasi adalah ciri-ciri seperti yang sebelumnya kami sampaikan. Utamanya adalah tato,” kata Kepala Kepolisian Resor (Polres) Kota Surakarta Komisaris Besar Iwan Saktiadi, di Kantor Polres Kota Surakarta, Rabu (24/5/2023).
Iwan mengungkapkan, langkah penyelidikan selanjutnya ialah mengumpulkan saksi dan bukti-bukti lainnya untuk kian memperjelas perkara itu. Salah satu yang bakal dilakukan ialah pengumpulan kamera pengawas dari lokasi-lokasi yang diduga menjadi tempat kejadian.
Di sisi lain, lanjut Iwan, pihaknya juga bakal memintai keterangan orang-orang terdekat korban seiring dengan terungkapnya identitas tersebut. Hal ini karena belum banyak informasi yang cukup jelas mengenai sosok korban.
Dari hasil pemeriksaan sementara, korban diketahui belum berkeluarga dan tidak pula tinggal bersama keluarganya. Korban juga tak memiliki pekerjaan tetap. Tempat korban bekerja juga urung diketahui.
”Mungkin harapan kami ada yang mendengar, melihat, kemudian memberikan informasi kepada kami. Mungkin bisa rekan kerja atau teman mainnya. Itu akan sangat bermanfaat bagi kami,” kata Iwan.
Secara terpisah, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Sukoharjo Ajun Komisaris Teguh Prasetyo mengatakan, pihaknya mengumpulkan bukti tambahan berupa sampel bercak darah. Apabila dilihat sekilas, katanya, bercak darah itu tampak seperti darah manusia. Namun, dibutuhkan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui bercak darah itu benar-benar milik korban mutilasi.
Teguh menjelaskan, bercak darah ditemukan pada tiang jembatan yang lokasinya dekat dengan penemuan potongan tubuh pertama, yaitu tangan kiri. Letak jembatan hanya berjarak 100 meter dari lokasi penemuan tersebut. Bercak darah menempel pada tiga tiang dengan kepekatan yang berbeda-beda.
Kami berkomunikasi terakhir dua minggu lalu. Itu waktu bertemu melayat di tempat salah satu teman.
”Kepastian nanti yang menjawab dari laboratorium forensik. Intinya ada bercak darah. Entah itu tebal atau tidak, yang terpenting diambil semua sampel yang bisa diperiksa,” kata Teguh.
Sementara itu, Riyanti (53), kakak Rohmadi, menolak memercayai temuan jenazah korban yang termutilasi itu adalah adik kandungnya. Ia merasa adiknya masih hidup, entah di rumah kakaknya atau ayah mereka, di Kebumen, Jawa Tengah. Meski demikian, pihaknya juga belum bisa berkomunikasi lagi dengan Rohmadi hingga kini.
Menurut Riyanti, adik kandungnya itu tergolong sosok pendiam dan tertutup. Ia pun tak banyak tahu tentang apa yang dilakukan adiknya sehari-hari. Sepengetahuannya, sang adik bekerja merawat burung lovebird milik orang lain di Desa Telukan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo.
”Setahu saya, tinggalnya juga di Telukan itu. Tapi, di mana pastinya saya kurang tahu juga. Kami berkomunikasi terakhir dua minggu lalu. Itu waktu bertemu melayat di tempat salah satu teman,” kata Riyanti.
Mahmudi Harun (47), tetangga Rohmadi di Keprabon, mengaku tak menyangka jika korban mutilasi yang ramai diberitakan merupakan tetangganya sendiri. Ia baru mengetahui hal tersebut setelah sejumlah aparat kepolisian mengecek kamar indekos Rohmadi di Keprabon Wetan, Selasa (23/5/2023) sore.
Keyakinannya dikuatkan dari tato naga yang terdapat pada punggung hingga lengan korban. Tato itu mirip dengan yang dimiliki Rohmadi.
Lebih lanjut Harun menceritakan, Rohmadi merupakan sosok yang tertutup. Ia jarang bercengkerama berlama-lama dengan para tetangganya. ”Kalau ketemu warga juga hanya menyapa saja. Tidak banyak mengobrol. Padahal, kami tinggal berdekatan sejak kecil. Jadi, kalau ada masalah, tidak ada yang tahu juga,” katanya.
Harun menambahkan, korban dikenal tidak mempunyai pekerjaan tetap. Beberapa waktu terakhir, Rohmadi diketahui bekerja sebagai penjaga indekos di wilayah Sukoharjo. Oleh karena itu, ia jarang pulang ke kamar indekosnya di Kampung Keprabon Wetan. Sewaktu kembali ke indekos, ia juga hanya mandi sebelum akhirnya pergi lagi untuk melanjutkan aktivitasnya.
Sri Marni (57), tetangga Rohmadi lainnya, mengaku sempat bertemu korban pada Kamis (18/5/2023). Ketika itu, korban meminta kartu keluarga yang dititipkan kepada Sri. Keperluannya untuk mengambil jatah beras bantuan sosial. Sejak saat itu, ia belum pernah lagi bertemu dengan korban hingga tersiar kabar adanya kasus mutilasi tersebut.
”Tidak ada gelagat apa-apa. Tidak kelihatan punya masalah juga. Orangnya memang pendiam sekali,” kata Sri.