Kisah Jembatan Rp 25 Miliar di Padang Pariaman yang Hanya Bertahan Dua Tahun
Robohnya Jembatan Kayu Gadang di Padang Pariaman akibat tingginya curah hujan dan besarnya debit air Batang Anai menyisakan pertanyaan. Bagaimana mungkin jembatan senilai Rp 25,4 miliar itu hanya berumur dua tahun?
![Kondisi Jembatan Kayu Gadang yang ambruk setelah sekitar dua tahun dibangun difoto dari Korong Kayu Gadang Koto Buruak, Nagari Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumbar, Selasa (16/5/2023). Jembatan penghubung dua nagari di Kecamatan Lubuk Alung, yaitu Lubuk Alung dan Balah Hilia Lubuk Alung, ini roboh akibat tergerus tingginya curah hujan dan besar debit air Sungai Anai pada Minggu (7/5/2023) malam. Jembatan sepanjang 101,8 meter dan lebar 7 meter di jalan kabupaten ini dibangun dengan anggaran Rp 25,4 miliar dari dana hibah rehabilitasi dan rekonstruksi BNPB.](https://cdn-assetd.kompas.id/qFlIoKRW951FAjHddXhvJZM0UHU=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F05%2F22%2F08758481-f3b7-416d-be10-cfb8195e3104_jpg.jpg)
Kondisi Jembatan Kayu Gadang yang ambruk setelah sekitar dua tahun dibangun difoto dari Korong Kayu Gadang Koto Buruak, Nagari Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumbar, Selasa (16/5/2023). Jembatan penghubung dua nagari di Kecamatan Lubuk Alung, yaitu Lubuk Alung dan Balah Hilia Lubuk Alung, ini roboh akibat tergerus tingginya curah hujan dan besar debit air Sungai Anai pada Minggu (7/5/2023) malam. Jembatan sepanjang 101,8 meter dan lebar 7 meter di jalan kabupaten ini dibangun dengan anggaran Rp 25,4 miliar dari dana hibah rehabilitasi dan rekonstruksi BNPB.
Jembatan Kayu Gadang di Padang Pariaman, Sumatera Barat, roboh diduga akibat derasnya debit air sungai. Jembatan yang dibangun dari dana bantuan BNPB sebesar Rp 25,4 miliar itu hanya bertahan sekitar dua tahun. Ambruknya jembatan yang digadang-gadang sebagai jembatan percontohan ini jadi pertanyaan.
Separuh badan Jembatan Kayu Gadang yang roboh masih menggantung, Selasa (16/5/2023) siang. Jaraknya sekitar 1 meter dari permukaan Sungai/Batang Anai. Kedua ujungnya tertopang oleh fondasi yang tersisa. Adapun badan yang roboh itu jatuh 6-7 meter dari badan jembatan yang masih utuh.
Jembatan sepanjang 101,8 meter dan lebar 7 meter itu roboh diduga akibat derasnya debit Batang Anai, Minggu (7/5/2023) sekitar pukul 23.30. Cuaca buruk melanda wilayah itu sepekan terakhir. Derasnya debit air pada Minggu menjadi hantaman bagi jembatan yang memang mulai rusak sejak enam bulan lalu. Satu dari tiga penyangga jembatan roboh membuat separuh badan jembatan jatuh.
”Untung robohnya malam hari, tidak ada korban. Kalau kejadiannya sore, mungkin banyak korbannya. Jembatan ini akses utama masyarakat,” kata Syafril Efendi (46), warga Korong Kayu Gadang Koto Buruak, Nagari Lubuk Alung, Selasa (16/5/2023).
![Kondisi Jembatan Kayu Gadang yang ambruk setelah sekitar dua tahun dibangun difoto dari Korong Kayu Gadang Koto Buruak, Nagari Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumbar, Selasa (16/5/2023).](https://cdn-assetd.kompas.id/_ZHpMELsYKsArPO9Cp-jli_sfpM=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F05%2F22%2Fb9549183-04c6-43bf-83a2-57e6a7b535b6_jpg.jpg)
Kondisi Jembatan Kayu Gadang yang ambruk setelah sekitar dua tahun dibangun difoto dari Korong Kayu Gadang Koto Buruak, Nagari Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumbar, Selasa (16/5/2023).
Walaupun tidak ada korban saat kejadian pada Minggu malam, puing-puing jembatan tetap memakan korban. Dua warga yang berboncengan dengan sepeda motor jatuh dari jembatan itu, Jumat (12/5/2023) malam atau lima hari setelah jembatan runtuh. Kedua warga yang berusia di atas 50 tahun itu mengalami patah tulang. Mereka tidak menyadari kalau jembatan yang juga sering disebut Jembatan Sikabu ini rusak dan ditutup.
Jembatan Kayu Gadang berlokasi di jalan kabupaten di Kecamatan Lubuk Alung sekitar 27 kilometer atau 40 menit dari Kota Padang. Jembatan menghubungkan Korong Kayu Gadang Koto Buruak di Nagari Lubuk Alung dan Korong Kampung Sabalah di Nagari Balah Hilia Lubuk Alung. Penyangga dan badan jembatan yang roboh dan terputus dari jalan berada di ujung yang mengarah ke Korong Kayu Gadang Koto Buruak.
Jalur yang dihubungkan jembatan itu merupakan akses penting bagi masyarakat dari kedua arah untuk kegiatan perekonomian dan pendidikan. Salah satu pusat pertokoan berada di Simpang BLKM dekat Jalan Raya Padang-Bukittingi di wilayah Nagari Balah Hilia Lubuk Alung. Adapun salah satu sekolah, SMP 2 Lubuk Alung, berada di Nagari Lubuk Alung.
”Anak-anak di sini banyak sekolah SMP di dalam (Nagari Lubuk Alung). Mereka harus memutar jalan dua kali lebih jauh untuk masuk ke dalam,” kata Mario Raul Putra (39), warga Korong Kampung Sabalah, Nagari Balah Hilia Lubuk Alung. Raul pun berharap pemerintah segera memperbaiki jembatan ini.
![Kondisi bagian penyangga Jembatan Kayu Gadang yang ambruk setelah sekitar dua tahun dibangun difoto dari Korong Kayu Gadang Koto Buruak, Nagari Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Selasa (16/5/2023).](https://cdn-assetd.kompas.id/inif24_T1dGD-WPQD-S2JNnh-fQ=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F05%2F22%2F5cd9f309-6fe0-4ffb-bfc2-5718cd5b1a5d_jpg.jpg)
Kondisi bagian penyangga Jembatan Kayu Gadang yang ambruk setelah sekitar dua tahun dibangun difoto dari Korong Kayu Gadang Koto Buruak, Nagari Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Selasa (16/5/2023).
Puluhan miliar
Jembatan Kayu Gadang mulai dibangun awal tahun 2020. Jembatan baru kelas B bertipe PCI-Girder ini menggantikan jembatan besi yang ambruk pada 14 Agustus 2017. Selain cuaca buruk, kata Raul, robohnya jembatan lama juga dipengaruhi faktor usia dan beban jembatan yang kerap dilewati truk tambang pasir.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menjelaskan, jembatan yang baru dibangun melalui anggaran hibah rehabilitasi dan rekonstruksi yang diajukan Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman tahun 2019 sebesar Rp 25,4 miliar.
Dana tersebut ditransfer ke rekening kas umum daerah (RKUD) pada 30 Desember 2019. Pengerjaan dilakukan pada 2020 oleh pihak ketiga melalui BPBD Padang Pariaman dan selesai dibangun Desember 2020. Jembatan diresmikan oleh Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur dan Sekretaris Utama BNPB Lilik Kurniawan, 19 Agustus 2021.
Berdasarkan kronologi yang disampaikan oleh BPBD Padang Pariaman, sejak pertengahan 2022 hingga Januari 2023, terjadi gerusan di sekitar fondasi jembatan akibat perubahan aliran arus sungai yang mengarah ke fondasi jembatan.
“Puncaknya, curah hujan tinggi dan peningkatan debit sungai yang signifikan dari 6 Mei menyebabkan gerusan di fondasi sungai sehingga jembatan akhirnya ambruk pada 7 Mei 2023 pukul 23.30,” kata Muhari melalui keterangan tertulis, Senin (15/5/2023).
Baca juga: Setahun Terhenti, Pembangunan Jalan Tol Padang-Sicincin di Sumbar Kembali Dilanjutkan
![Abdul Muhari](https://cdn-assetd.kompas.id/2T4iTpr_H936iobBE8FuIlG36lA=/1024x734/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2020%2F02%2F10%2Ff4332d5d-8fec-4fb0-aaac-df643d6a1d0b_jpg.jpg)
Abdul Muhari
Bangunan Jembatan Kayu Gadang beberapa kali digadang-gadang sebagai jembatan berkonstruksi bagus, bahkan jadi proyek percontohan (pilot project). Laman resmi Inspektorat Kabupaten Padang Pariaman (inspektorat.padangpariamankab.go.id) menayangkan artikel berjudul ”Pembangunan Jembatan Sikabu Kayu Gadang Berkualitas Bagus” berdasarkan hasil kunjungan Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB Rifai ke lokasi pada 17 November 2020.
Kemudian, laman resmi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Sumbar (sumbar.bpk.go.id) menayangkan artikel berjudul ”Jembatan Kayu Gadang Jadi Percontohan” pada 19 Desember 2020. Sumber artikel itu dari koran lokal, Singgalang, yang mengutip pernyataan Inspektur Hendra Aswara, yang menyebut bangunan jembatan itu sangat bagus. Sementara, Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Padang Pariaman Yendri menyebut, jembatan itu akan dijadikan pilot project oleh BNPB.
Namun, sederet pujian terhadap bangunan jembatan itu seketika sirna dengan robohnya jembatan hanya sekitar dua tahun usai dibangun. Hal tersebut menjadi pertanyaan. Sebab, umur rencana jembatan standar adalah 50 tahun untuk komponen-komponen utama jembatan, seperti fondasi, bangunan bawah, gelagar, batang-batang rangka, dan sistem lantai. Umur itu merujuk Surat Edaran Nomor 05/SE/DB/2017 Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR.
![Akses jalan ditutup karena Jembatan Kayu Gadang ambruk setelah sekitar dua tahun dibangun difoto dari Korong Kampung Sabalah, Nagari Balah Hilia Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumbar, Selasa (16/5/2023).](https://cdn-assetd.kompas.id/IKSsqZMduQeU4YUJj2DfXqOSdpM=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F05%2F22%2Fc8af3db7-10ab-405a-ad32-07681989f75d_jpg.jpg)
Akses jalan ditutup karena Jembatan Kayu Gadang ambruk setelah sekitar dua tahun dibangun difoto dari Korong Kampung Sabalah, Nagari Balah Hilia Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumbar, Selasa (16/5/2023).
Ada kejanggalan
Warga di sekitar jembatan sejak awal sudah meragukan konstruksi bangunan Jembatan Kayu Gadang. Secara kasat mata, warga melihat kejanggalan pada konstruksi jembatan yang disebut-sebut sebagai jembatan terpanjang di Padang Pariaman itu. Beberapa hari sebelum roboh, struktur yang menghubungkan penyangga jembatan dan jalan telah kosong bagian bawahnya, hanya tersisa lapisan atas jalan.
Raul berpendapat, secara kasatmata, kualitas penyangga/abutmen jembatan pada titik yang roboh di Korong Kayu Gadang Koto Buruak jauh lebih ringkih dibandingkan yang berada di Korong Kampung Sabalah sehingga gampang tergerus air. Pembangunan penyangga jembatan di areal yang roboh juga digabung dengan tonggak jembatan lama.
”Di sebelah sini, (penyangga jembatan) kokoh, dicor pakai besi. Di sebelah sana, (yang roboh) ditimbun saja pakai batu, main timbun saja, sedikit saja ditambah, tampak seperti dikejarkan membuatnya,” kata Raul, yang sehari-hari bekerja sebagai tukang bangunan itu.
Warga lainnya, Andi (48), menimpali, tergerusnya abutmen jembatan itu sudah lama diketahui, tetapi tidak ada antisipasi dari pemerintah. Padahal, jika ada penanganan, bisa saja jembatan itu tetap bertahan. ”Honda (sepeda motor) saja garansinya tiga tahun, masak jembatan ini umurnya cuma dua tahun?” ujarnya.
Sementara itu, Syafril berpendapat, struktur penyangga yang dibuat menggantung dan menjorok ke arah sungai juga menjadi masalah. Kondisi demikian menyebabkan air masuk dan menumbuk sehingga menggerus tebing penghubung jalan dan jembatan. ”Melihat kerjanya memang tidak masuk akal,” katanya.
![Kondisi bagian tengah Jembatan Kayu Gadang yang ambruk setelah sekitar dua tahun dibangun difoto dari Korong Kayu Gadang Koto Buruak, Nagari Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumbar, Selasa (16/5/2023).](https://cdn-assetd.kompas.id/fiKaZMtaoXxTZ5hzazDlMhmXpWM=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F05%2F22%2Febc9eb01-9327-45b3-9017-3b6b17a0f459_jpg.jpg)
Kondisi bagian tengah Jembatan Kayu Gadang yang ambruk setelah sekitar dua tahun dibangun difoto dari Korong Kayu Gadang Koto Buruak, Nagari Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumbar, Selasa (16/5/2023).
Anggota DPRD Sumbar Dapil Sumbar II, termasuk Padang Pariaman, HM Nurnas, mempertanyakan ambruknya Jembatan Kayu Gadang. Sebab, saat peresmian, jembatan itu sering disebut-sebut sebagai bangunan andal dan kokoh. ”Jangan dijadikan banjir sebagai alasan robohnya jembatan,” katanya, Selasa (16/5/2023).
Nurnas pun mendorong pengusutan terhadap penyebab runtuhnya jembatan, apakah karena kesalahan konstruksi atau masalah lainnya. Dalam rancangan pembangunan jembatan, semestinya sudah antisipasi terhadap risiko bencana, beban jembatan dan kendaraan, kekuatan konstruksi, dan lainnya. Jangan sampai penanggung jawab pembangunan, termasuk rekanan, melenggang begitu saja.
”Harusnya turun tim dari luar (independen). Mendapatkan uang untuk kondisi sekarang tidak mudah. Rusaknya Jembatan Kayu Gadang akan berdampak pada perekonomian masyarakat. Di sana banyak nagari,” ujar politikus Partai Demokrat itu.
Baca juga: Pembangunan Jembatan Layang Panorama I Sitinjau Lauik Jadi Prioritas Kementerian PUPR
Selain itu, Nurnas mengaku, sebelumnya, ia juga sering mengingatkan tentang kondisi Batang Anai perlu segera dinormalisasi, tetapi belum ditindaklanjuti. Aliran sungai itu sangat deras karena banyak kerusakan sejak dari hulu. Tidak hanya menggerus abutmen jembatan, aliran sungai sudah merusak tebing-tebing permukiman.
Faktor lainnya yang mungkin mempengaruhi kondisi jembatan adalah banyaknya truk dan alat berat sebelumnya melintas di sana. Mobil truk pengangkut pasir sering melintas. Sekitar puluhan meter dari jembatan di Korong Kayu Gadang Koto Buruak juga sedang berlangsung pembangunan Jalan Tol Padang-Pekanbaru seksi Padang-Sicincin.
”Bisa jadi mobil alat berat banyak. Sudah ditutup separuh jalan di ujung sana. Sudah banyak tergerus di bagian abutmen. Dengan banjir kemarin, jembatan langsung roboh,” kata Nurnas.
![Kondisi bagian penyangga Jembatan Kayu Gadang yang ambruk setelah sekitar dua tahun dibangun difoto dari Korong Kayu Gadang Koto Buruak, Nagari Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumbar, Selasa (16/5/2023).](https://cdn-assetd.kompas.id/PHHTw8I3gS_EAClUGYxdccYUsQM=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F05%2F22%2F7445e2ea-b536-48ba-a991-8c076c604e84_jpg.jpg)
Kondisi bagian penyangga Jembatan Kayu Gadang yang ambruk setelah sekitar dua tahun dibangun difoto dari Korong Kayu Gadang Koto Buruak, Nagari Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumbar, Selasa (16/5/2023).
Semua aspek dikaji
Pakar konstruksi dan struktur Universitas Andalas (Unand), Febrin Anas Ismail, berpendapat, ada sejumlah hal yang mesti diperhatikan dalam pembangunan jembatan. Hal itu mulai dari struktur konstruksi dan mutu material jembatan, jarak badan jembatan dengan titik puncak banjir sungai, penelitian tanah, hingga lokasi.
Hal-hal tersebut semuanya harus dikaji saat merancang bangunan jembatan. ”Saya ragu semua aspek itu tidak dikaji saat mendesain awalnya,” kata Febrin, yang merupakan dosen teknik sipil di Unand, Jumat (19/5/2023).
Menurut Febrin, struktur konstruksi dan mutu material jembatan harus lebih kuat dibandingkan beban jembatan dan kendaraan yang melintas serta memperhatikan risiko bencana. Jarak badan jembatan juga mesti di atas titik puncak banjir sungai.
Saya ragu semua aspek itu tidak dikaji saat mendesain awalnya.
Selanjutnya, penelitian tanah mesti dilakukan apakah memenuhi daya dukung pembangunan fondasi atau tidak. Kemudian, lokasi jembatan sedapat mungkin tidak di tikungan sungai. Jika pun terpaksa dibangun di tikungan, mesti ada perlakuan (treatment) terhadap arus sungai agar tidak menggerus penyangga jembatan.
Febrin menilai, lokasi yang berada di tikungan sungai kemungkinan berpengaruh besar terhadap ambruknya Jembatan Kayu Gadang. Arus sungai yang menghantam di tikungan lama-lama akan menggerus pondasi jembatan di tepi tebing.
”Itu salah satu kemungkinannya. Namun, banyak faktor di situ harus dikaji betul. Intinya ke depan, lakukan investigasi detail, cari solusi sesuai hasil investigasi. Kalau tidak dilakukan itu, kejadian ini akan berulang lagi,” ujarnya.
![Kondisi Jembatan Kayu Gadang yang ambruk setelah sekitar dua tahun dibangun difoto dari Korong Kampung Sabalah, Nagari Balah Hilia Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumbar, Selasa (16/5/2023).](https://cdn-assetd.kompas.id/0o0TnGo-RiQ-uC60ggX9vdf3NmU=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F05%2F22%2Ffe8d7112-7018-4e9f-a082-e13298699003_jpg.jpg)
Kondisi Jembatan Kayu Gadang yang ambruk setelah sekitar dua tahun dibangun difoto dari Korong Kampung Sabalah, Nagari Balah Hilia Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumbar, Selasa (16/5/2023).
Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur mengatakan, kejadian robohnya Jembatan Kayu Gadang sudah dilaporkan ke BNPB. ”Kami sudah komunikasi langsung dengan Kepala BNPB. BNPB sedang melakukan investigasi. Kami menunggu jawaban itu,” katanya, Jumat (19/5/2023).
Suhatri belum bisa menyimpulkan penyebab robohnya jembatan itu, apakah murni karena bencana atau karena kesalahan konstruksi. Semuanya akan terjawab setelah investigasi selesai dilakukan.
Menurut Suhatri, tergerusnya salah satu ujung jembatan itu terjadi sejak enam bulan lalu. Pemkab Padang Pariaman selalu melaporkan perkembangan kondisi jembatan itu kepada BNPB setiap terjadi banjir atau besarnya debit Batang Anai.
”Sebelum roboh, saya sempat memantau. Langsung kami turunkan tim. Kami rapat. Tahu-tahu malamnya roboh,” ujar Suhatri, yang masih menjabat Wakil Bupati Padang Pariaman saat jembatan itu dibangun. Ia pun berharap usai investigasi, BNPB bersedia membangun kembali jembatan tersebut.
Adapun terkait upaya normalisasi Batang Anai, Suhatri juga sudah mengirimkan proposal ke Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V dan Kementerian PUPR. Suhatri juga membicarakan persoalan ini kepada Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
”Kepada balai (BWS Sumatera V), kami berharap Batang Anai dinormalisasi. Proposal sudah kami serahkan. Kondisi ini tidak bisa dibiarkan. Aliran sungai sudah liar dan berubah-ubah, tebing-tebing masyarakat mulai banyak yang longsor. Sudah mendekati rumah-rumah penduduk,” ujarnya.
Muhari mengatakan, BNPB telah menurunkan tim untuk melakukan analisis awal penyebab ambruknya jembatan tersebut. Hasilnya akan menjadi dasar untuk tindak lanjut berikutnya. BNPB membawa serta Kementerian PUPR untuk mengkaji secara teknis penyebab ambruknya jembatan dan rekomendasi teknis yang harus dilakukan.
Baca juga: Pembangunan Infrastruktur Harus Mengurangi Bencana