Sampah Dapur Jadi Kompos, Siasat Hotel Mengurangi Sampah Makanan
Sektor industri pariwisata, termasuk hotel, menjadi salah satu penyumbang sampah makanan terbesar di Indonesia. Mereka harus ikut mengolah sampah. Seperti hotel di Lombok yang membuat pupuk kompos dari sampah dapurnya.
Sabtu (25/3/2023), Rahman Cahyadi telah siap dengan sebuah kantong kompos kosong di area Chef’s Garden di sisi timur Hotel Sheraton Senggigi, Batulayar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Rahman juga telah mempersiapkan karung berisi puluhan kilogram sampah buah-buahan dan sayuran, serta daun-daun kering, juga 2 liter campuran pengurai mikroba.
Executive Chef Sheraton Senggigi itu kemudian membuka penutup kantong kompos. Lalu, ia memasukkan daun-daun kering di dasar kantong. Baru dilanjutkan dengan sampah buah-buahan dan sayuran. Begitu seterusnya hingga kantong sudah terisi sekitar 20 sentimeter dengan sampah daun kering di bagian atas.
Baca juga: Penanganan Sampah Makanan Mendesak
Rahman kemudian menyemprot pengurai mikroba secukupnya. Setelah itu, ia kembali memasukkan sampah basah diselingi sampah kering. Hal itu ia lakukan sampai akhirnya kantong itu penuh dengan sampah kering di atasnya. Sebelum ditutup, Rahman menyemprotkan kembali pengurai mikroba.
Rahman menggunakan proses anaerob atau tanpa udara luar. Menurut dia, proses itu paling cepat menghasilkan kompos yang bagus.
”Setiap dua hari, isi kantong kompos itu bisa berkurang setengah. Tidak akan penuh-penuh karena prosesnya jalan terus. Jadi bisa kita kalikan, sudah berapa ratus kilogram sampah yang telah jadi kompos,” kata Rahman.
Sampah tidak kami buang percuma. Tetapi, mengolahnya di tempat sehingga benar-benar dari sampah bisa menjadi produk yang berguna lagi tanpa mengotori lingkungan. (Sebastian)
Sejak awal Februari 2023, Rahman mulai mengelola sampah makanan di Sheraton Senggigi. Menurut dia, setiap hari Sheraton Senggigi menghasilkan beraneka jenis sampah dapur hingga 200 kilogram. Dari total sampah dapur tersebut, sebanyak 100 kilogram diolah menjadi kompos.
Baca juga: Bersama Kendalikan Sampah Makanan
Kompos yang dihasilkan, kata Rahman, kemudian dimanfaatkan untuk pupuk di Chef’s Garden. Kebun itu berisi tanaman bahan kebutuhan dapur hotel seperti daun mint yang dipakai untuk minuman dan bumbu. Juga sayur-sayuran seperti paprika, sawi sendok (pokcoy), basil, dan koriander.
Keberlanjutan
Menurut penelitian Barilla Center for Food & Nutrition, nilai indeks kehilangan dan kemubaziran pangan Indonesia masuk kategori buruk. Setiap tahun orang Indonesia membuang sampah makanan 300 kilogram dan masuk dalam peringkat tiga besar negara terburuk bersama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Adapun penelitian Bappenas (2021), potensi sampah yang dihasilkan dari makanan yang terbuang sebelum diolah (food loss) dan sampah makanan (food waste) di Indonesia pada tahun 2000-2019 berkisar 23-48 juta ton per tahun atau setara dengan 115-184 kg per kapita per tahun (Kompas, 19 Mei 2022).
Sektor industri pariwisata, terutama hotel, restoran, dan jasa boga, turut menjadi penyumbang sampah makanan. Bahkan, disebut sebagai salah satu penyumbang sampah makanan terbesar. Oleh karena itu, kesadaran industri tersebut untuk mengelola bahan makanan hingga residunya menjadi sangat penting.
Baca juga: Perhotelan Asal Sampah Makanan Terbesar
Director Food And Beverage Sheraton Senggigi Made Sebastian Suanda mengatakan, mereka ikut dalam program ramah lingkungan atau program keberlanjutan dari Marriott International. Program itu dijalankan dengan mengurangi 50 persen sampah makanan.
”Kami ingin menjadi organisasi yang ramah lingkungan. Juga menjadi bagian dari dukungan terhadap upaya pengurangan emisi karbon,” kata Sebastian.
Dalam program keberlanjutan itu, kata Sebastian, mereka memiliki sejumlah program. Pada menu, mereka misalnya memiliki program khusus plant based atau menu berbahan dasar sayuran atau nonhewani. Upaya ini diharapkan bisa mengurangi penggunaan daging yang berkontribusi besar terhadap jejak karbon.
Untuk sisa makanan, mereka memiliki program membuat food donation atau donasi makanan. ”Ketika sedang produksi berlebihan, makanan itu bisa kami donasikan ke kantin untuk karyawan. Dalam seminggu bisa sampai tiga kali,” kata Sebastian.
Baca juga: NTB Gandeng Denmark Tangani Sampah
Selain itu, mereka juga mengadakan program Surflus. Program tersebut ialah menjual kembali makanan berlebih dengan setengah harga. ”Makanan yang kami produksi biasanya tahan satu hari. Tetapi, di setengah hari, kami jual lewat aplikasi bernama Surflus. Masyarakat bisa memesan di sana, lalu mengambil sendiri atau menggunakan jasa kurir daring,” kata Sebastian.
Adapun sampah lain seperti nasi, tulang ayam, tulang ikan, dan sejenisnya disumbangkan ke peternak untuk makanan peliharaan. Sementara kompos yang dikerjakan oleh Rahman menggunakan sampah dapur nabati terutama dari sayur-sayuran dan buah-buahan.
”Sampah tidak kami buang percuma. Tetapi, mengolahnya di tempat sehingga benar-benar dari sampah bisa menjadi produk yang berguna lagi tanpa mengotori lingkungan,” kata Sebastian.
Menurut Sebastian, mewujudkan program ramah lingkungan tidak mudah. Diperlukan dukungan semua pihak. Termasuk di Lombok atau Nusa Tenggara Barat yang mengandalkan sektor pariwisata. ”Apalagi, sekarang banyak sekali agen wisata di luar sana mencari hotel-hotel ramah lingkungan, punya sertifikat hijau. Itu jadi pertimbangan mereka,” kata Sebastian.
Nol limbah
Penanganan sampah memang menjadi salah satu prioritas di Nusa Tenggara Barat, yakni lewat program zero waste. Progam itu menekankan pada penerapan konsep pengelolaan sampah berbasis pengurangan jumlah sampah, daur ulang sampah, penggunaan kembali sampah, dan ekonomi sirkular.
Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan program tersebut mulai dari hulu hingga hilir. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB Julmansyah mengatakan, pengolahan sampah organik merupakan salah satu langkah yang mereka lakukan. Baik itu sampah sisa makanan, sampah pasar, maupun restoran.
Baca juga: Perusahaan Rintisan di NTB Olah Sampah Plastik Jadi Paving Block dan Pelumas
Selain itu, edukasi ke semua elemen masyarakat juga terus dilakukan. Termasuk mendukung bank sampah mandiri dan komunitas pengolahan sampah serta sampah menjadi materi merdeka belajar SMA dan SMK se-Nusa Tenggara Barat. Juga membangun pabrik pengolahan sampah menjadi bahan bakar.
Menurut Julmansyah, total sampah yang diproduksi masyarakat NTB selama lima tahun terakhir sebanyak 3,9 juta ton. Dari jumlah produksi sampah tersebut, 1,9 juta ton sudah dikelola melalui program zero waste. Hal itu membuat neraca pengelolaan sampah NTB naik dari 20,05 persen menjadi 54,9 persen.