Pemerintah Provinsi NTB bersama Pemerintah Denmark bekerja sama untuk menangani persoalan sampah di provinsi tersebut. Denmark telah berpengalaman sekitar 50 tahun mengelola sampah mereka.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Sampah hingga saat ini masih menjadi salah satu permasalahan besar di Nusa Tenggara Barat. Oleh karena itu, berbagai upaya penanganan terus dilakukan. Salah satunya menggandeng Denmark yang telah berpengalaman setengah abad menangani sampah.
Senin (9/12/2023) siang, Pemerintah Provinsi NTB menerima tim Bornholms Affaldsbehandling (BOFA). BOFA adalah otoritas yang merencanakan, membangun, dan mengoperasikan fasilitas pengolahan dan daur ulang sampah di wilayah Bornholm, Denmark.
Hadir dalam pertemuan itu Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalillah didampingi Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB Julmansyah. Sementara dari tim BOFA adalah Direktur Utama Jens Hjul Nielsen, Project Manager Avid Chistensen, Project Officer Jonathan Pedersen, dan penterjemah mereka Helena Tipawael.
Dalam laman resmi Provinsi NTB, zero waste dijelaskan sebagai konsep pengelolaan sampah berbasis pengurangan jumlah sampah, daur ulang sampah, penggunaan kembali sampah, dan konsep ekonomi sirkuler.
Menurut Rohmi, Pemprov NTB telah mulai menjalankan program zero waste atau NTB Bersih sejak 2019. Beberapa hal penting dari penanganan sampah adalah penggunanaan kembali dan juga daur ulang. Hal itu yang kemudian ingin dipelajari dari Denmark yang telah berpengalaman selama lima puluh tahun mengelola sampah.
Julmansyah menambahkan, kerja sama dengan Denmark dipayungi Program Sustainable Small Island. Program tersebut dilakukan dengan dua provinsi di Indonesia, yakni NTB dan Kepulauan Riau.
”Kami memanfaatkan kolaborasi dengan Denmark ini untuk peningkatan kemampuan, yaitu untuk bank sampah, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas. Juga Pemerintah Provinsi NTB dan kabupaten kota di Pulau Lombok,” kata Julmansyah.
Julmansyah menambahkan, kunjungan tim BOFA merupakan kedua kalinya ke NTB. Pertama pada 2022 saat penandatanganan kerja sama dengan Pemprov NTB. Kemudian tim dari Pemprov NTB juga berkunjung ke Denmark untuk menindaklanjuti kerja sama tersebut.
”NTB membutuhkan pengalaman mereka. Denmark sudah 50 tahun melakukan persiapan juga transisi energi. Bahkan, lewat ekonomi hijau, mereka bisa memangkas emisi hingga 14 persen,” kata Julmansyah.
Menurut Julmansyah, Denmark juga sangat unggul dalam pendekatan sirkular ekonomi sampah. Pendekatan itu menekankan pada pemanfaatan kembali sampah untuk mengurangi limbah dan memberikan manfaat ekonomi.
Jens usai pertemuan membenarkan jika ini adalah kunjungan keduanya ke NTB dan akan kembali pada Maret 2023. ”Sudah banyak dialog antara Denmark dan Indonesia tentang bagaimana menguatkan dan mendukung satu sama lain dalam penanganan sampah,” katanya.
Jens menjelaskan, latar belakang kerjasama tersebut karena kita sama-sama berada di satu bumi dengan sumber daya yang terbatas. Pada saat yang sama, jumlah penghuninya terus bertambah, sekitar 8 miliar jiwa.
”Dalam situasi itu, kita harus lebih baik dalam penggunaan kembali dan juga daur ulang sampah, serta mencegah munculnya limbah. Itu yang kami kerjakan dengan rekan kami di Indonesia,” kata Jens.
Jens menilai, masyarakat Indonesia telah memiliki sikap yang baik untuk menggunakan kembali dan juga mendaur ulang sampah mereka. Hal itu menjadi langkah awal yang baik.
”Menurut saya, hal paling penting adalah bagaimana sikap masyarakat (terhadap sampah). Juga para kepala daerah. Kalau itu terwujud, pasti akan bisa menyelesaikan masalah (sampah) yang ada,” kata Jens.
Jens mengatakan, Denmark menghabiskan 50 tahun untuk menyelesaikan persoalan sampah. ”Kami sudah berjalan jauh dan tentu belum selesai. Namun, kami merasa sangat senang bisa membagi pengalaman tersebut ke Indonesia,” kata Jens yang akan berada di Lombok selama satu pekan dan ke Batam satu pekan.